Pernahkan anda menyangka bahwa Veda dalam hal ini Bhagavata Purana yang dituliskan ribuan tahun yang lalu telah menjelaskan secara detail mengenai proses terbentuk dan berkembangnya janin manusia? Uniknya, apa yang dijelaskan dalam Veda tersebut benar-benar sesuai dengan apa yang diketahui oleh kedokteran modern saat ini.
Dalam Bhagavata Purana 3.31.1 disebutkan; “,”Karmana daiva netrena jantur dehopapattaye stryah pravista udaram pumsa retah kanasrayah, dibawah pengawasan Tuhan Yang Maha Esa dan sesuai dengan perbuatan (karma)nya, sang makhluk hidup (jiva) di-masukkan ke dalam rahim sang ibu (oleh para Deva pengendali urusan material dunia fana) melalui mani sang ayah untuk memperoleh badan jasmani baru tertentu”
Lebih lanjut dalam Bhagavata Purana 3.31.2- 4 dan 10 dijelaskan bahwa Sang Jiwa memperoleh badan jasmani dan tumbuh berkembang dalam rahim sang ibu.
Bhagavata Purana 3.31.5-8 menyebutkan bahwa dengan memperoleh gizi dari makanan dan minuman yang di-konsumsi si ibu, sang jiva dalam janin tumbuh didalam rahim sang ibu, tetapi dalam kondisi sengsara karena:
-
- Ia tinggal dalam rahim ibu bagaikan seekor burung dalam sangkar yang tidak bisa bergerak bebas
-
- Ia tinggal dalam rahim ibu yang bagaikan ruangan amat sempit
-
- Ia tinggal dalam rahim ibu yang amat panas dan menyesakkan. Dan ia merasakan seluruh tubuhnya seperti terpanggang oleh panasnya api pencernaan si ibu
-
- Sang janin tidak sadarkan diri dari waktu ke waktu karena sangat menderita seperti itu
-
- Ia tiada henti merasakan derita akibat dari makanan si ibu yang terlalu pahit, terlalu pedas atau terlalu asin atau asam
- Ia benar-benar secara pisik terbelenggu/terkungkung tanpa kebebasan sedikitpun dan tanpa daya di dalam rahim dengan kepala merunduk ke arah perut. Punggung dan lehernya melengkung bagaikan busur.
Dalam Bhagavata Purana 3.31.9 – 16 menyebutkan bahwa sang makhluk hidup yang menderita dalam rahim si ibu cukup beruntung, maka ia bisa mengingat segala penderitaan yang dialaminya dalam seratu kali penjelmaannya yang telah lewat. Dalam derita diikat oleh tujuh lapis materi (5 unsur materi kasar + pikiran dan kecerdasan), si bayi berdoa kepada Tuhan yang telah menempatkan dirinya dalam kondisi demikian.
-
- Ia menyatakan diri hanya ber-lindung kepada Tuhan dalam beraneka-macam inkarnasi-Nya.
-
- Ia sadar sebagai jiva spiritual abadi yang kini dicengkram maya dan berulang-kali sujud kepada Tuhan dalam aspek Beliau sebagai Paramatma
-
- Ia tahu bahwa dirinya terpisah dari Tuhan karena terperangkap dalam badan jasmani sehingga salah menggunakan hidupnya
-
- Ia sadar bahwa dirinya kini menderita di alam material karena melalaikan Beliau yang manjadi penguasa segala sesuatu
-
- Ia berharap agar bisa kembali berhubungan dengan Tuhan Krishna dalam pelayanan bhakti kepada-Nya
- Ia berjanji akan kembali berserah diri kepada Nya agar bebas dari segala macam derita.
Lebih lanjut dalam Bhagavata Purana 3.31.17- 21 dinyatakan bahwa dalam kondisi Terendam dalam genangan darah yang kotor dalam perut sang ibu, si bayi sangat ingin segera keluar dari rahim. Ia menghitung-hitung berapa bulan sudah diri nya berada dalam kondisi amat menyengsarakan seperti itu. Ia berkata,”O Tuhanku, kapankah hambamu ini, sang jiva yang sengsara, akan bebas dari kurungan derita ini?”. Dan ia juga berdoa bahwa atas karunia Tuhan, ia menyadari betul kondisi dirinya begitu menderita meskipun baru berusia 10 (sepuluh) bulan dan Ia bersyukur karena telah diberikan badan jasmani manusia, sehingga bisa menginsyafi diri (sebagai jiva abadi rohani, pelayan kekal Tuhan). Ia berkata tidak mau keluar dari rahim sang ibu meskipun sangat menderita di dalamnya, sebab ia takut jatuh lagi ke dalam sumur gelap kehidupan material. “Tenaga material-Mu maya akan segera menangkap diriku, sehingga hamba menjadi tidak insyaf diri lagi begitu lahir kedunia fana, begitu ia berkata kepada Tuhan. “Paham ke-AKU-an palsuku akan seketika menyelimuti diriku yang merupakan awal dari siklus kelahiran dan kematian (samsara) yang menjerat diriku”. Ia pun berjanji, dengan bantuan kecerdasannya yang suci, akan selalu ingat pada kaki padma Tuhan agar bebas dari gelapnya kehidupan material dan siap lahir ke dunia fana.
Sedangkan dalam Bhagavata Purana 3.31.22-27 lebih lanjut dijelaskan bahwa saat sang Jiva berdoa demikian, angin yang menyebabkan proses kelahiran mendorongnya ke depan dengan kepala menghadap ke bawah. Sang bayi lahir keluar rahim dalam kesusahan amat besar dengan kepala mengarah kebawah tanpa berbernafas dan pingsan akibat penderitaan bukan kepalang. Di dunia fana, si bayi diasuh oleh orang-orang yang tidak memahami keinginannya, tidak mampu menolak apa saja yang diberikan kepada dirinya, dibaringkan di tempat kotor, dan ia tidak bisa menggaruk tubuhnya untuk meniadakan rasa gatal, apalagi duduk,berdiri dan berjalan. Di dunia fana, si bayi yang kulitnya masih amat lembut dan halus, tidak berdaya digigit kutu, agas, nyamuk dan binatang kecil lain. Ia telah kehilangan kearifan berpikir, lupa pada hakekat dirinya sebagai sang jiva rohani abadi (karena dikhayalkan oleh maya) dan menangis dengan sangat memilukan.
Dalam Bhagavad Gita 14.5. Sri Krishna berkata,”Sattvam raja tamah iti gunaih prakrti sambhavah nibadhnanti dehe dehinam avyayam, begitu sang makhluk hidup (jiva) berhubungan dengan alam material, ia seketika di-cengkram (oleh maya dengan tangan halus) Tri Guna yaitu tiga sifat alam material sattvam (kebaikan), rajas (kenafsuan) dan tamas (kegelapan)”
Om Swastyastu
Bli Wyn, wenten pertanyaan akidik. Sinmapura yen niki akidik OOT dari topik diatas. Tapi masih di sub tema : “Numitis”
Di Bali kan mengenal sistem Patrilinear, yen ma-peluasan (baas pipis) untuk kelahiran baru roh yang turun adalah dari garis Bapak. Pertanyaannya, napi ke wenten ring Purana yang menjelaskan bahwa proses reinkarnasi itu harus dari garis Bapak / Purusha seperti halnya yang terjadi di Bali. Apakah system reinkarnasi yang dijelaskan dalam kitab suci kita mengatur jalur reinkarnasi untuk garis tertentu. Misal garis Purusha, atau mungkin area/wilayah, dll.
Suksma sedurungne.
Om Swastiastu Pak Subudi,
saya coba kasi bayangan dikit ya akan tetapi itu mungkin jauh dari jawaban yang anda inginkan, sebagai bayangan begini:
saya punya keluarga yang saudara perempuan dan telah memiliki anak, belakangan baru saya ketahui bahwa saudara saya ini memiliki anak bukan dari suaminya karena perkenalan masa pacaran dengan suaminya hanya 6 bln dan kemudian menikah, jadi menurut Pak Subudi siapakah yang diupacarai dalam otonan, 3 bulanan, dll.
Dan kemudian si anak ini jelas jika menurut cerita Pak Subudi diatas maka akan keluar jalus dari garis keturunan sang ayah dan kemudian jika tua atau telah meninggal maka sang roh dalam anak ini akan dianggap sebagai leluhur oleh keluarga kami padahal jika mencari ‘jejaknya’ khan sudah diluar dari garis keluarga.
Nah dari pengandaian saya tsb maka saya harap Pak Subudi bisa mengambil kesimpulan bahwa proses punarbhawa tidak harus dari garis bapak,…
Tapi saya juga menuggu pandangan dari Sdr. Ngarayana.
Om Santih Santih Santih Om
Saya sangat setuju dengan pernyataan Bli Ari.
Jangankan yang menjelma adalah Atman dari keluarga “manusia” yang lain, Atman yang pada kehidupan yang lalu, adalah berbadan dewa, Bhuta atau Binatangpun bisa menjelma!
Jadi, sama sekali tidak menutup kemungkinan bahwa yang lahir/numitis itu adalah bukan leluhur dari pengempon sanggah gede kita.
Hanya saja, karena roh yang terikat memiliki kedekatan emosional dengan keturunannya, maka mungkin saja dia lebih mengincar untuk bisa terlahir kembali di keluarganya yang sebelumnya, dan tentunya hal ini juga sangat tergantung pada Sancita Karma Phala-nya
Haribol
Osa,
saya adalah salah satu penggemer tulisan2 dan web bli wayan prabhu.
slemat bli. atas perjuanganna. saya dulu bermimpi punya web kayak gini. makanya senag seakali ketemu web kayak semacam ni. sukses ya.
btw kalo ada waktu mampir juga ke http://www.sripadanectar.com
ada;
Paramatma: the Source of Inspiration
and Prinsip2 dasar Ilmiah Reinkarnasi
suksma
Diah
sang makhluk hidup (jiva) di-masukkan ke dalam rahim sang ibu (oleh para Deva pengendali urusan material dunia fana) melalui mani sang ayah
……..
berarti dalam mani sang ayah ada roh sang cabang bayi ya prabu????
bukan setelah pertemuan mani dan ovum baru ada roh yg masuk???
jadi bingung…….
trus ketika sang bayi menderita dan kita jadi tahu dengan artikel ini, apa yg bisa kita lakukan prabu untuk mengurangi penderitaan sang bayi dalam kandungan sang ibu???
mohon penjelasan. trims. Haribol….
Menurut sloka-sloka di atas dalam pemahaman saya, roh itu masuk pada saat pertemuan sperma dan sel telur, tapi spermalah yang membawa pengaruh utama, karena dalam sperma akan ditentukan apakah kromosomnya XX atau XY sedangkan dalam ovum hanya XX. sehingga jika spermanya XY maka akan menjadi laki-laki, tapi jika XX akan menjadi perempuan.
Caranya.. sang ibu dan anggota keluarga yang lain harus rajin2 membaca kitab suci pada saat kehamilan dan memberikan stimulus yang positif, lingkungan yang kondusif, karena itu akan berpengaruh terhadap perkembangan sang bayi sehingga diharapkan anak itu akan menjadi anak yang suputra.
Tapi jika masih dalam kandungan ibu-nya kerjanya marah-marah, bapaknya tidak memiliki kasih sayang dan keluarganya kacau, maka kemungkinan besar anak itu akan terpengaruh pada apa yang dilakukan ibu dan lingkungan keluarganya, dia akan menjadi anak yang tidak baik juga.
thx prabu….
nice article, jd pgn jd obgyn…
hehehehe…
cita2 belaka
Om Swastyastu sdr. Ngara,
saya mohon ijin unutk copy artikel ini….:)
@ ari_bcak
Silahkan bli, copy aja..
@ari_bcak….
lengkapi amunisinya spy tidak sakit kepala
siiiip…… go go go …….
@bEpAsIh,
Om swastyastu bro,
amunisi masih kurang….. 😀
Kalau menurut prabu…janin yang meninggal sebelum lahir di karenakan apa? di Weda juga di jelaskan?
@ kirana
Tentu, semua itu tidak lepas dari hukum karma dan punabawa. Sebagaimana kisah anak-anak dewi gangga dan saudara2 tua dari Bhisma. Kenapa Dewi gangga meceburkan putra-putranya ke sungai gangga? Karena jiva-jiva yang terlahir tersebut hanya numpang lewat menebus dosa dan setelah itu kembali ke alam rohani.
Coba deh baca atau tonton mahabharata…
@ Ngarayana
Kenapa Dewi gangga meceburkan putra-putranya ke sungai gangga? Karena jiva-jiva yang terlahir tersebut hanya numpang lewat menebus dosa dan setelah itu kembali ke alam rohani…
Tapi anak2 Dewi Gangga di ceburkan oleh ibunya setelah anak itu lahir, menurut anda tidak kah dia pembunuh anak nya sendiri? kenapa dia tidak membiarkan anak nya hidup dan menjalani karmanya sendiri…
@ kirana
Dewi gangga bukan manusia biasa, beliau mengetahui masa lalu, masa sekarang dan masa depan dan mengetahui siapa jiva yang akan hadir di kandungannya dan “lila” yang akan dia lakukan.
coba deh baca Mahabharata atau tonton film-nya dulu. saya punya versi lengkapnya, kalau anda tinggal di sekitar Serpong, silahkan di copy dengan membawa hardisk external.
Bli Ngarayana, mohon ijin sebagian artikel-artikel ini saya copy dan saya upload lagi ke website saya. Bagi yang ingin mengetahui cerita Mahabharata, terutama mengenai Dewi Ganga dan Bayi-bayinya, silahkan baca di http://mahabharata-adiparwa.blogspot.com/
http://dotiklan.com
@ dotiklan
Silahkan bli, semuanya boleh di copy dan di sebarkan secara bebas..
Thanks juga linknya.. sangat bermanfaat.
Siang Phrabu.
Eh Phrabu bilang ada film mahabarata versi lengkap, boleh kopi ya kapan-kapan, kalo buku mahabaratanya sendiri gimana, saya cuma pernah baca tiga ato empat parwa aja, kalo ada pinjem ya Bli.
@ Ngarayana
Iya deh nanti saya baca Mahabarata…kalau anda baik hati bisa gak dikirim ke Bali copy an nya…
Sebenarnya dari pertanyaan saya yang pertama maksudnya bukan seperti itu, tapi karna anda jawab dengan versi Dewi Gangga ya coba saya komentari seperti itu…semua hal yang terjadi pada mahluk hidup adalah karna hukum karma dan punabawa saya tau itu…
Dalam tulisan anda di atas anda jelaskan proses masuknya atma dalam kandungan secara lengkap…yang saya tanyakan apakah anda tau kenapa janin sebelum lahir meninggal, yach…bahasa umumnya keguguran…mungkin ada penjelasan di dalam weda, sama halnya kenapa ada waria..kalau Tuhan menciptakan manusia hanya ada laki dan perempuan…
Maaf kalau saya belum juga bisa mengerti secara jelas tentang jawaban anda, yach kalau ada salah kata tolong di maaf kan
@ Dwi;
Saya tidak punya kitab lengkapnya, tetapi di Narayana Smrti Ashram Yogyakarta ada.
Dan kalau mau copy film-nya, silahkan datang ke sini. Saat ini saya taruh di hardisk komputer kantor… maklum hardisk saya sudah penuh.. 😀
@kirana
Oh begitu, maaf mbok kalau saya salah persepsi.
Kirim ke Bali? waduh… beli di gramed atau di ashram2 aja mbok.. atau tar kalau saya ke Bali mudah-mudahan inget bawa film-nya ya.. 🙂
Kenapa janin meninggal?
Apa, mengapa dan bagaimana secara detail, terus terang saya belum pernah baca.. 🙂
Namun yang saya pahami dari beberapa sloka yang pernah saya baca, bahwasanya semuanya itu tidak lepas dari karma si Jiva yang dalam kandungan dan si orang tua beserta orang-orang deketnya.
Mungkin Jiva janin tersebut adalah jiva yang hanya menikmati penderitaan sesaat dan akhirnya kembali ke alm rohani atau karena dosa orang tuanya sehingga mereka harus menangis di tinggal calon anak yang mereka damba-dambakan..
Membicarakan masalah hukum Tuhan, karma dan punarbawa memang ruwet dan komplek…
Maaf Kirana kalau jawaban saya jauh menyimpang dari target yang anda maksud.. maklum, saya juga baru belajar.
Hi mas ngarayana, aq ada beberapa yg agak menganjal ketika mbaca semua buku dimana dikatakan bahwa atman itu kekal dan tak pernah bisa bersatu ke tuhan. Dan anda juga membetulkan hal itu… sebab di sloka2 veda memang bisa diartikan begitu. Tapi ada beberapa sloka bahwa atman bersumber dari tuhan.
Secara bodoh2an, saya lebih suka menggatakan bahwa atman bagian dariNYA. sehingga ini memungkinkan untuk bersatu denganNya. Nah sekarang, coba bermain dengan logika ya …. Seandainya Atman merupakan sesuatu yg kekal dan tak pernah dibuat/dihancurkan, maka di alam semesta ini kan berarti ada 2 jenis molekul yg bersifat kekal, yaitu Tuhan dan atman. Apa betul demikian?
Kalau benar begitu, Tuhan tersebut tidak esa dong… sebab Tuhan ada temannya.
Jadi mohon diterangkan ya mas……
Seperti yg anda katakan bhwa konsep saya adalah maya… (lupa tu hehehe) yg menanggap kita adalah Tuhan. Sebab saya berpikir, bhwa Tuhan itu satu dan tak ada sesuatu yg lain selain Dia… Sehingga sebelum terbentuknya alam ini, tdk ada apapun selain dia. Dan ketika Dia bertujuan hal yg maha agung (hal yg sulit kita pikirkan), maka Dia memecah dirinya menjadi berbentuk macam2 termasuk menjadi kita…
Sebab dengan konsep itu konsep Tat Twam asih berlaku. Oh ya… ada sebuah cerita yg menarik, Saya pernah berkerja di Lembaga Pendidikan. Disitu ada seorang guru yang sangat disiplin. Padahal banyak guru disana pada mengeluh ttg uang gaji, Cari muka pada bos, dll… termask saya sendiri melakukan itu…hehehhehe Tapi aneh… guru itu tidak seperti kita, dia gak rame ttg gaji, dia g tau cari muka, dia turuti aturan2 yg ada, dia hanya ingin lembaga ini maju n bisa menciptakan manusia2 yg berguna..
Aq ketawa aja…mendengar ucapan itu….batinku “walah sok idealisme”. Aq kan programer disana, aku check gajinya berapa sih? Ternyata ya sama, terus aku tanya keorang2, ternyata dia anaknya Bos lembaga itu…… Oh pantas saja…..
Terus aq dekati dia, “Pak, kenapa g langsung jadi Kabag?”, dia menjawab “Ini perintah bapak, lagipula saya ya suka jd guru biasa kok..”
Malam itu aku berpikir dan mengambil kesimpulan, klo kita merasa bahwa ini adalah milik kita (kita punya andil), maka kita ingin merawatnya dengan baik tanpa memperhitungkan apa yg kita dapat. Tapi kita merasa sesuatu yg lain (g pnya andil) maka sampai kapanpun ya kita bekerja pasti ada pamrihnya.
Sejak itulah saya kok merasa pas bila atman saya juga bagian dari Tuhan, dimana kita itu bekerja ya untuk Tuhan sendiri. Untuk apa imbalan yg terlalu tinggi, wong kita adalah beliau juga kok. Dan konsep itu ada juga di sloka2 Veda.
Nah…Tolong dong mas… kasih pencerahan…apa konsepku salah?
@ adi wira kusuma
Om Swastiastu
hal ini sudah pernah di diskusikan secara alot dan sangat panjang dalam artikel yang lainnya, jadi mohon di baca dan ditelaah dulu tiga artikel berikut dan lanjutkan diskusinya di sana ya bli..
1. Mahluk hidup
2. Filsafat mayavada
3. Maya, tenaga Tuhan Yang Maha Esa
Semoga bermanfaat dan mari kita diskusikan lagi jika ada yang belum mach bli..
Om swastiastu sodaraku Ngarayana,
seperti yang anda kutip,
“Menurut sloka-sloka di atas dalam pemahaman saya, roh itu masuk pada saat pertemuan sperma dan sel telur, tapi spermalah yang membawa pengaruh utama, karena dalam sperma akan ditentukan apakah kromosomnya XX atau XY sedangkan dalam ovum hanya XX. sehingga jika spermanya XY maka akan menjadi laki-laki, tapi jika XX akan menjadi perempuan.”
Maaf ada prtanyaan yang masih mengganjal di hati saya,
Bukankah sperma itu mahluk hidup, dan spt pernah saya baca pada ulasan2 anda yg lain, setiap mahluk hidup punya roh, brarti bukankah sperma itu sebelum mencapai ovum sudah ada roh di dalamnya?
Mohon pencerahannya….suksma
om shanti shanti shanti om….
Om Swastiastu bli de’ jayax
Salam kenal
Kalau menurut pemahaman saya saat ini, yang disebut mahluk hidup adalah entitas dimana dia bisa melakukan perkembangbiakan (baik sendiri atau berpasangan), tumbuh dan melakukan fungsi-fungsi hidup lainnya. Berkaitan dengan ini, kita akan mengenal mahluk uniseluler (ber sel 1) dan multiseluler (bersel banyak). Mahluk hidup uniseluler umumnya berkembang biak dengan cara membelah diri atau dengan melakukan pertukaran kromosom dengan mahluk sejenis yang memiliki genetik berbeda agar keturunan mereka memiliki sifat bawaan kedua induknya yang bertukar kromosom. Untuk mahluk multiseluler berkembangbiak baik dengan kawin atau tanpa kawin (pembelahan, fragmentasi dan sejenisnya).
Sekarang kita coba memandang kondisi sperma. Meski sperma dapat bergerak seperti kecebong dan berlomba memperebutkan sel telur, apakah sperma dapat dikategorikan mahluk hidup “murni”? Sperma tidak bisa tumbuh setelah lepas dari testis, sperma tidak bisa membelah dan menjadi sperma-seperma yang lain karena sperma memang hanya memiliki kromosom haploid (n). Dengan demikian apakah sperma dapat dikategorikan mahluk hidup individual sebagaimana halnya virus, bakteri, amueba dan sebagainya?
Melihat dari kenyataan ini saya memandang bahwa sperma adalah salah satu sel dalam suatu mahluk hidup yang tergolong sel gonal (sex) haploid (n) yang berbeda dengan sel-sel tubuh yang diploid (2n). Pustaka Veda menyatakan bahwa dalam setiap mahluk hidup terdapat 1 atman/jiva/roh dan 1 paramatman. Sekarang kita ambil contoh manusia. Manusia memiliki milyaran sel-sel yang merupakan satuan hidup terkecil. Apakah sel-sel itu semuanya memiliki atman dan paramatman? Tidak bukan? Tetapi kumpulan sel sebagai satuan hidup terkecil yang tergabung membentuk individu yang disebut mahluk hiduplah yang memiliki 1 atman. Padahal sel sperma yang merupakan hasil pembelahan sel gonal dapat dikatakan bagian dari satu individu yang memiliki 1 atman. Dengan demikian apakah sel sperma dapat dikatakan mahluk hidup tersendiri dengan 1 atman?
Melihat dari pengertian mahluk hidup dan mengingat sperma dapat dikatakan salah satu sel haploid dalam mahluk hidup, saya berpendapat kalau sperma belum memiliki roh/jiva/atman.
Bagaimana bli? Atau temen-temen yang lain ada masukan?
Salam,-
Om Swastyastu sdr. Ngarayana,
Kebetulan dari webnya pak Wira (Wirajhana Eka), saya menemukan artikel yang terkait juga dengan hal ini, bahkan mungkin dijelaskan dengan detail juga tahap-tahap pembentukan janin, cek di;
http://www.ece.lsu.edu/kak/GarbhaUpanishad.pdf
http://www.vedarahasya.net/garbha.htm
http://www.bioline.org.br/request?jp02085
Suksma,
Om Swastiastu bli Ari
Suksma link-link-nya bli…
Saya tertarik dengan link pertama, sumber dari Garbha Upanisad. Ternyata dalam kitab suci kita sudah banyak membahas tentang hal ini dan dengan kata lain pengetahuan manusia pada jaman itu sudah cukup mumpuni ya…
Salam,-
OSA
sy mau menanyakan bebarapa pertanyaan mengenai artikel diatas, smoga sdr. Ngarayana bs membantu utk menjawab kebingungan sy,,
1. Pada artikel diatas dsebutkan : “Sang Jiva yang berada dalam mani (sperma)sang Ayah….” (Hari pertama). Hari pertama ini dihitung dari kapan? apakah Jiva sdh terbentuk dlm mani (sebelum terjadi pembuahan pd ovum).
2. Bhagavata Purana 3.31.5-8 :
“……sang jiva dalam janin tumbuh didalam rahim sang ibu, tetapi dalam kondisi sengsara karena:……”
mengapa dikatakan jiva pada saat dalam rahim dlm KONDISI SENGSARA? apakah alasan yg dsampaikan diatas sesuai dg keadaan sebenarnya dr janin? karena jiva blom merasakan hal yg dpt dirasakan oleh individu yg sdh mencapai taraf “kesadaran” akan tri guna? dmana ksadaran itu akan dicapai apabila jiva sdh berhubungan dengan alam material (Bhagavad Gita 14.5.). selain itu, dr segi medis saat ini dikatakan bhwa pd saat janin (jiva brda dalam rahim, maka janin akan berada pd tempat yg nyaman layaknya kita tidur diruang yg hangat dan nyaman.
3. Bhagavata Purana 3.31.17- 21 : pada awalnya si bayi sangat ingin keluar dr rahim agar segera terbebas dari kurungan derita, namun mengapa setelah diberi badan jasmani malah tidak mau keluar dari rahim?
4.Bgmn penjelasan mengenai konsep reinkarnasi pada jiva yg baru dilahirkan (muncul ke alam material dan dicengkram tri guna, mengapa ingatan akan masa lalu tdk membekas sedikitpun? walaupun ada bbrp kasus dmn ingatan akan masa lalu msh terlintas jelas.
5. bgmn penjelasan mengenai munculnya jiva pada proses kloning?
dmna proses kloning merupakan perkembangbiakan tanpa melalui pembuahan sperma dan ovum namun hanya melibatkan sel genetik ayah??
mgkin itu yg sy masih bingung setelah membaca artikel sdr. Ngarayana..
-suksma-
OSSSO
@ Darma
Om Swastiastu
Saya akan coba sesuai dengan pemahaman saya ya bro.. kalau ada yang keliru mohon teman-teman mengoreksinya.
1. Sejak kapan sang Jiva/Atman masuk ke dalam suatu badan material? Sebagaimana disinggung dalam Garbhadana Samskara maka proses masuknya jiva ke dalam badan adalah pada saat proses pembuahan. Karena itulah Veda menyarankan kepada manusia untuk memilih tempat yang kondusif jika ingin mencetak anak yang suputra karena di tempat-tempat yang tidak layak biasanya yang mengincar untuk masuk ke dalam kandungan adalah jiva-jiva yang membawa karma yang kruang baik.
2. Pandangan akan sengsara atau tidaknya sang Jiva di dalam janin ini adalah dari sudut pandangan spiritual dan material. Dari sudut pandang spiritual, sang jiva sengsara karena sebentar lagi dia akan menjelma keluar dari rahim dan menjalani suka duka kehidupan material ini. Memang benar dari 2 sudut pandang ini kelihatan sangat bertolak belakang. Kita yang menyaksikan kelahiran bayi yang menangis merasa sangat bahagia, padahal jiva yang terdapat dalam bayi tersebut sedang terkungkung oleh badan material. Kita yang melihat seseorang yang meninggal dengan tenang dan kembali ke alam-nya dan terbebas dari ikatan duniawi malahan kita menangis meratapi kesedihannya. Jadi di sini terletak pada perbedaan sudut pandangan kita akan memandang suatu kondisi. Kitab-kitab Veda menjelaskan proses pembuahan ini dari sudut spiritual, bukan rasa nyaman secara material.
3. Kenapa jiva yang terkungkung dalam badan bayi tidak mau keluar dari rahim?
Karena dia sadar akan penderitaan hidup yang harus dia lalui di alam material ini. Dia harus berusaha keras belajar, berkali-kali dirundung suka dan duka, mengalami usia tua, sakit dan mati yang dalam Bhagavad Gita disinggung dengan menyebutkan; “janma-mrityu-jara-vyadhi- duhkha-dosanudarshanam”.
4. Mengapa ingatan akan masa lalu tidak membekas?
Coba kita lihat susunan badan material ini. Kita tersesun dari unsur kasar badan wadag (stula sarira), badan halus dan badan penyebab atau Jiva yang bersifat rohani. coba kita lihat kembali artikel tentang alam material di sini.
Pikiran dan ingatan dalam hal ini adalah unsur material dimana saat seseorang meninggalkan badan maka ada yang memang karena karma dan keterikatannya yang kuat akan duniawi membuatnya tidak serta merta hancur. Fenomena adanya mahluk halus adalah salah satu contoh dimana manusia yang sudah mati tidak rela meninggalkan badannya sehingga dia tetap ada di dunia ini dengan badan halusnya sambil meratapi kehidupan masa lalunya. Tetapi normalnya mahluk hidup yang mati wajar akan meninggalkan semua jenis badan materialnya tersebut, termasuk pikiran dan ingatannya dan kembali masuk dalam siklus samsara dan mendapatkan badan material yang baru sehingga dia tidak akan mampu mengingat masa lalunya.
5. Dalam proses kloning kita harus memerlukan sel telur (ovum) dan rahim seorang wanita. Jika dalam proses pembuahan normal maka sel sperma dan sel telur yang sama-sama bersifat haploid (1n kromosom) bergabung dan menjadi diploid (2n kromosom) di dalam media sel telur, maka dalam proses kloning sel telur yang memiliki inti sel dengan kromosom haploid (1n) diganti dengan inti sel yang bersifat diploid (2n) yang bisa berasal dari seorang laki-laki, atau wanita. kapan sang Jiva akan masuk ke dalamnya? Saya belum baca sumber kitab sucinya, namun dari pemahaman saya maka sang jiva mulai masuk ke dalam sel telur tersebut saat inti sel-nya di replace dengan inti diploid dan sesaat setelah sel diploid tersebut berkembang dan membelah.
Jika ada yang bisa menambahkan silahkan…
Salam,-
@ngarayana
ngara menuliskan “Sebagaimana disinggung dalam Garbhadana Samskara maka proses masuknya jiva ke dalam badan adalah pada saat proses pembuahan….”
kok tdk sama dengan yg dijelaskan dlm “Garbha Upanisad” yg mana dinyatakan sang jiwa masuk kedalam badan/janin pada bulan ke-tujuh??
suksma…
@to-eka
wah bli teliti sekali… thanks ya sudah mengungkapkannya di sini.
Saya belum memahaminya secara pasti apakah itu artinya jiva memang baru masuk ke dalam embrio pada bulan ke-7 ataukah pada saat pembuahan. Saya akan tanyakan lebih lanjut pada yang lebih kompeten. Namun sementara ini melihat dari alur kejadian yang disampaikan dalam Garbha Upanisad yang menyatakan ; “स
Salam kenalan..
Mungkin proses kejadian manusia boleh di lihat dari agama2 lain .. sila kunjungi
http://lailizah.tripod.com/proses_kejadian_manusia_menurut_al-Quran.htm
T Kasih
Hare Krisna Prabu !!!
Saya sangat tertarik dengan artikel ini tapi saya berharap Prabu mau memuat artikel berikutnya yang mengulas hal-hal yang berkaitan dengan upacara2 seperti 7 bulanan, setelah kelahiran ada 3 dan 6 bulanan (nelu bulanin dan ngotonin ) dst hingga potong gigi. dan ini ada di tradisi Jawa dan Bali.
Apakah di dalam Veda juga ada dan dijelaskan secara detail ?
Sukseme
Haribol
Sinampure Prabu ! numpang lewat sj
@ Dotiklan
Dalam Web sampean ada artikel tentang pengktipan MIDBRAID, dimana saya dapat memperoleh informasi yg lebih lengkap tentang kursusnya atau buku-bukunya ???????????
Suksme
Ingin penjelasan ..
dipetik dari Bhagavata Purana 3.31.1 disebutkan; “,”Karmana daiva netrena jantur dehopapattaye stryah pravista udaram pumsa retah kanasrayah, dibawah pengawasan Tuhan Yang Maha Esa dan sesuai dengan perbuatan (karma)nya, sang makhluk hidup (jiva) di-masukkan ke dalam rahim sang ibu (oleh para Deva pengendali urusan material dunia fana) melalui mani sang ayah untuk memperoleh badan jasmani baru tertentu”
Ayat di atas menampakkan proses biasa pada peringkat permulaan sahaja..
Bhagavata Purana 3.31.5-8
Bhagavata Purana 3.31.9 – 16
Bhagavad Gita 14.5.
Mungkin ada ayat lain selain di atas yang menceritakan tentang proses kejadian manusia , tidak ada ayat-ayat di atas yang relate dengan proses perubahan janin dalam perut ibu dari masa ke masa sehingga terbentuk menjadi manusia.. tentang catatan uraian perkembangan dalam rahim serta gambar-gambar pembentukan bayi di atas mungkin diambil dari sumber-sumber yang selepas dikaji oleh fakta sains. Sekali lagi.. apakah ada ayat-ayat lain menerangkan penceritaan proses kejadian manusia proses dari air mani , daging.. tulang hingga menjadi manusia yang sempurna dan bernyawa..
Terima kasih..
@ Arimbawa
Untuk upacara dan sejenisnya tentu ada bli. Mudah-mudahan suatu saat bisa kita kupas.
Tentang Midbrain minggu kemarin ada seminarnya di kantor saya di kawasan Puspiptek Serpong. Di gramedia saya lihat sudah banyak buku-buku yang menulis tentang itu.
@akula
Mungkin link yang diberikan bli Ari-bcak bisa membantu mas…
http://www.ece.lsu.edu/kak/GarbhaUpanishad.pdf
http://www.vedarahasya.net/garbha.htm
http://www.bioline.org.br/request?jp02085
Salam,-
Dear all and specially for bro to-eka.
Saya sudah mendapat balesan email dari guru maharaj Bhakti Raghava yang menerangkan prihal kapan jiva masuk ke dalam kandungan. Berikut saya copy-paste-kan jawaban email beliau. Semoga bisa bermanfaat buat kita semua.
Salam,-
sukseme sdr. ngara atas follow up pertanyaan saya beberapa waktu yg lalu.
jadi menurut pemahaman saya setelah membaca copy email tsb adalah bahwasannya jiwa/atman itu telah masuk kedalam janin saat awal terbentuknya (ketika sperma dan ovum bersatu), dan dengan keberadaan jiwa/atman tersebut maka memungkinkan janin itu hidup/tumbuh/berkembang. Lalu setelah bulan ke-7 kesadaran pada janin itu mulai timbul,dalam artian pada masa2 tersebut mulainya pengaruh kekuatan material menyelimuti sang jiwa, misalnya sang janin mulai merasakan panas, sakit dan kesadaran fisik yg lainnya.
Apakah kira2 demikian? mohon pencerahannya…
sukseme sblmnya…
@ to-eka
Sami-sami bli… tyang juga mendapat hal baru atas pertanyaan bli yang sangat kritis… salut.
Iya, pemahaman tyang juga seperti itu. 🙂
Mungkain web ini dapat memperjelaskan tentang kejadian manusia..
http://www.youtube.com/watch?v=bo3h1qEqzvI&feature=related
Terima kasih
Om Swastyastu,
saya ada pertanyaan tentang atman dalam tumbuhan :
* kapan atman itu masuk ke dalam benih tumbuhan?
* sbagaimana apa yg saya pahami bahwa satu atman menghidupi satu individu, dan atman itu sendiri tidak bisa dilukai, ataupun terpotong, lalu bagaimana menjelaskan fenomena pencangkokan/menghasilkan tumbuhan baru dari bagian tumbuhan induk?
mohon pencerahannya, suksema…
@to-eka
Om Swastiastu
Wah permasalahan yang berat bli… Mungkin hal ini sudah disinggung dalam kitab suci Veda, namun terus terang saya sendiri belum pernah membacanya.
Berdasarkan pada pemahaman saya, sebagaimana disinggung juga oleh His Holiness Bhaktisvarupa Damodara Swami Sripada Maharaj atau Dr. Thoudam Damodara Singh, Ph.D yang merupakan seorang swamiji (orang suci) dan sekaligus seorang ilmuan yang sangat berpengaruh dalam bidang kimia, Tuhan meresap pada setiap partikel terkecil, termasuk atom. Keberadaan Tuhan dalam sebuah atom diperlihatkan dengan adanya sebuah partikel spiriton yang dalam kalangan ilmuan juga sering disebut sebagai “God Particle” [tentang spiriton mungkin bisa dipelajari lebih jauh dalam peper hasil penelitian dan pemikiran Sripad Maharaj yang banyak dibahas di internet] yang mengendalikan semua gerakan elektron, proton, muon dan semua sub-partikel penyusun atom itu sendiri. Artinya, jika Tuhan juga berada dalam setiap atom dan semua benda hidup seperti Tumbuhan dan bahkan virus sebagai jasat renik terkecil tersusun atas atom, maka Tuhan otomatis menjadi pengendali para mahluk tersebut. Jika pada organisme kompleks seperti mamalia, burung, reptil, ikan dan ampibia roh masuk ke dalam badan pada saat terjadi pembuahan, lalu bagaimana dengan tumbuhan? Selama pembentukan individu baru tersebut melalui proses pembuahan, maka jiva tersebut akan masuk ke dalam badan materialnya yang baru pada saat terjadinya pembuahan. Namun bagaimana jika pembentukan organisme baru tanpa pembuahan seperti contohnya proses stek, pertunasan, pencangkokan dan juga pragmentasi? Menurut penjelasan-penjelasan dari pelajaran para guru dan senior yang saya dengarkan selama ini, roh akan masuk ke dalam calon badan yang baru dari hasil pencangkokan, pertunasan atau pragmentasi tersebut langsung sesaat setelah proses tersebut terjadi. Proses ini bisa terjadi karena keberadaan Tuhan dalam aspek spiriton yang mengatur masuknya roh-roh tersebut.
Maaf kalau jawabannya kurang memuaskan. Kalau suatu saat saya membaca sloka-slokanya, pasti akan saya posting lagi.
Salam,-
Om Swastiastu,
terima kasih atas penjelasannya yang sangat bermanfaat
suksma…
Wajib dibaca temen2 Hindu & Muslim… 🙂
http://www.faktailmiah.com/2010/08/27/perkembangan-embrio-manusia-sains-vs-mitologi.html/comment-page-1#comment-215