Dalam beberapa artikel sebelumnya, saya sudah menjelaskan bahwa Alam material yang maha luas ini tersusun dari jutaan alam semesta yang keluar dari pori-pori Tuhan. Dan dalam setiap alam semesta memiliki second creation, yaitu Dewa Brahma.
Isaac Newton mengatakan: ”Sususnan matahari, planet-planet, dan komet-komet yang paling indah ini, hanya bisa berjalan atas perintah dan kuasa dari suatu Mahluk yang cerdas dan perkasa”. Dari pernyataan ini maka akan muncul pertanyaan; “Bagaimana Tuhan mengendalikan semua ini sehingga semua benda langit, kehidupan bahkan sampai unsur-unsur sub-partikel dapat bergerak secara harmonis?”
Veda menjelaskan secara terperinci susunan pemerintahan alam semesta yang dibentuk oleh Brahma atas petunjuk dari Sri Narayana. Tentunya pengamatan dengan indria kasar kita ini tidak akan mampu melihat mahluk-mahluk yang memegang suatu peranan dalam pemerintahan alam semesta ini karena jenis badan mereka berbeda.
Secara global, jenis jabatan di alam semesta material ini adalah;
- Manu
- Manvantara Avatara
- Dewa-dewa pengendali alam material tertentu
- Sapta Rsi
Para pejabat Pemerintahan alam semesta ini diganti pada setiap pergantian Manu. Pergantian para pejabat ini dilakukan oleh Tuhan dalam perwujudan-Nya sebagai Manvantara-avatara.
Dalam hari (kalpa) Brahma yang sedang berlangsung sekarang, masa pemerintahan enam Manu telah lewat. Dan kini sedang berlangsung pemerintahan Manu yang ke tujuh. Berikut ini adalah nama-nama personalia dalam jabatan Pemerintahan alam semesta material dalam hari (kalpa) Brahma yang disebut varaha-kalpa dan kini sedang berlangsung.
Beberapa catatan tambahan tentang personil Pemerintahan alam semesta adalah sebagai berikut;
- Manvantara-avatara Vibhu pada masa Manvantara ke 2 (Svarocisa Manu) hidup sebagai sukhla-brahmacari. Sebanyak 88.000 rishi belajar pertapaan dan pengendalian diri dari Beliau.
- Indra Satyajit bersama Manvantara-avatara Satyasena pada masa Manvantara ke 3 (Uttama Manu), membunuh para Yaksa, Raksasa dan para Hantu yang menyengsarakan semua makhluk lain.
- Manvantara-avatara Hari pada masa Manvantara ke 4 (Tamasa Manu) menyelamatkan sang gajah Gajendra.
- Menurut Vira Raghava Acarya, Manvantara-avatara Vaikuntha pada masa Manvantara ke 5 (Raivata Manu) menciptakan planet Vaikuntha diatas pegunungan Loka-loka.
- Manvantara-avatara Ajita pada masa Manvantara ke 6 (Caksusa Manu) mengambil wujud kura-kura raksasa untuk menopang Gunung Mandara yang diputar oleh para Dewa dan Asura dalam ikhtiar mereka men-cari amrta (kisah inilah yang dijadikan dasar pendirian pelinggih padmasana).
- Manvantara-avatara Sarvabhauma pada masa Manvantara ke 8 (Savarni Manu) akan mencopot kekuasaan Indra Purandara atas Tri Bhuvana dan menyerakannya kepada Vali Maharaja.
- Para rishi yang akan menjadi anggota Sapta Rishi pada masa Manvantara ke 8 (Savarni Manu) kini sedang tekun dalam melaksanakan kegiatan spiritual di Asramanya masing-masing.
Tugas dan kewajiban setiap pejabat Pemerintahan alam semesta material dapat diringkas sebagai berikut.
Pemerintahan alam semesta material terbentuk sejak alam semesta tercipta dan akan tetap ada sampai alam semesta lebur (pralaya). Tapi para pejabatnya di ganti dalam setiap pergantian Manu.
Jangka waktu pemerintahan alam semesta adalah sama dengan 100 tahun usia Brahma. Menurut Veda, 1 hari Brahma disebut 1 kalpa dan 1 kalpa = 1.000 x Catur-Yuga. Perhitungan lengkapnya adalah sebagai berikut.
Dalam 1 hari Brahma (1 kalpa), memerintah empat belas Manu secara bergantian. Karena itu, jangka waktu pemerintahan setiap Manu adalah 1.000/14 = 71 Catur-Yuga (dibulatkan); atau 4.320.000.000/14 = 308.571.429 Tahun Bumi.
Menurut Veda, kita sekarang hidup dalam masa pemerintahan Manu yang ke tujuh yaitu Vaivasvata Manu, dalam putaran Catur-Yuga yang ke dua puluh delapan. Jadi Catur-Yuga harus berlangsung 43 kali lagi sebelum pemerintahan Vaivasvata Manu berakhir.
Telah dikatakan bahwa umur alam semesta ini = usia Brahma. Dan Veda menyatakan bahwa Brahma berusia dua parardha. 1 parardha = 50 tahun, sehingga 2 parardha = 100 tahun. Dikatakan bahwa 50 tahun pertama usia Brahma telah lewat. Kini Brahma berada pada hari pertama dari paruh usianya yang kedua dan disebut varaha-kalpa. Dengan kata lain, Pemerintahan alam semesta telah ada sejak (311.040.000.000.000/2) + (6 x 308.571.429) + (27 x4.320.000) = 155.521.968. 068.574 tahun yang lalu.
Pemerintahan alam semesta material akan berakhir ketika Brahma wafat dan terjadi pralaya (kiamat) total atas seluruh alam semesta material yaitu 155.518.031.931.426 tahun atau sekitar 156 biliun tahun lagi.
Manu, Indra, para Dewa pengendali dan Sapta Rishi semuanya tergolong jiva-tattva, makhluk hidup yang merupakan vibhinnamsa, perbanyakan kecil terpisah nan kekal dari Tuhan dan selamanya berada dibawah pengendalian-Nya. Sedangkan Manvantara-avatara adalah inkarnasi Tuhan dan merupakan svamsa, perbanyakan pribadi-Nya sendiri.
Oleh karena para pejabat yang tergolong jiva-tattva ini diberikan “kekuatan (sakti) khusus” oleh Tuhan, maka mereka kadang-kala disebut Saktyavesa-avatara.
Kualifikasi utama para pejabat yang tergolong jiva-tattva ini adalah mereka adalah bhakta Sri Visnu (Tuhan) disamping memiliki amat banyak phala atas karmanya yang baik selama hidupnya di dunia fana. Padma purana menyatakan ; “Visnu bhakta smrta daiva”, para Dewa ini adalah bhakta Sri Visnu”.
Para Raja perkasa dari Bumi seperti Pururava, Nahusa, san sebagainya di masa silam pernah ditunjuk sebagai Indra ketika Purandara terjebak dalam kesulitan besar karena kesalahannya membunuh brahmana Visvarupa dan berbuat kesalahan kepada Guru kerohaniannya Bhrhaspati.
Seperti halnya para pejabat Pemerintah di Bumi bisa dihukum bila ceroboh atau salah dalam melaksanakan tugas. Begitu pula, semua pejabat Pemerintahan alam semesta bisa terkena hukuman bila salah melaksanakan tugas. Misalnya, Nahusa yang menjabat sebagai Indra dikutuk menjadi ular Piton karena kesalahannya menghina para Rsi.
Om Swastyastu,
saya ingin share disini ada sebuah tulisan menarik yang saya rasa berhubungan dengan ini, dapat dilihat aslinya di,
http://www.facebook.com/note.php?note_id=147798029870
dan di,
http://www.facebook.com/notes.php?id=100000208925277&start=0&hash=0af2a58a908ec56acf5906691bf358ab#/note.php?note_id=149207734870
ini adalah cerita yang terbagi menjadi dua bagian dan saya akan copas saja,
ASURA JALANDHARA KISAH PENYERANGAN ALAM SURGA.
Bagian : 1
Beberapa milyard tahun yang lalu, terjadilah penobatan seorang Atma (Ruh) di Svargaloka. Atma ini, yang telah lahir dialam Surga, alam Para Deva, dikarenakan karma baiknya yang melimpah, maka layak dinobatkan sebagai Raja Svargaloka, INDRA.
Alam Surga atau Svargaloka, bukanlah alam suci yang sempurna. Alam ini hanyalah sekedar sebuah alam yang berlimpah kenikmatan. Siapapun Atma atau Ruh yang mempunyai cukup timbunan karma baik, baik yang dulu lahir sebagai manushya (manusia, yaitu spesies makhluk yang menghuni alam Bumi atau Bhurloka) atau Asura (spesies makhluk yang menghuni alam Neraka atau Narakaloka), pantas mendapatkan phala (pahala = buah) perbuatan bajiknya dengan terlahirkan menjadi spesies Deva di alam Surga sesudah kelahirannya kembali. Hal ini terjadi apabila Atma telah terlepas dari alam Yama atau Yamaloka. Cukup bermodalkan banyak karma baik, tidak diperlukan yang lain, tidak begitu diperlukan phala atau pahala dari pengekangan indera, siapapun bisa terlahirkan disana. Oleh sebab itu, kelahiran sebagai Deva, belum tentu mampu terlepas dari jeratan keinginan materi. Karena sesungguhnya, di Surga sendiri, obyek-obyek kenikmatan fisik, tersedia melimpah ruah. Deva bukan makhluk sempurna, tapi tetap saja diperlukan timbunan kebajikan yang banyak untuk terlahir dialam Deva.
Setelah selesai penobatannya, Indra yang baru ini sepatutnya meminta DARSAN, meminta restu AVATARA BRAHMAN, PERWUJUDAN BRAHMAN YANG TAK TERGAMBARKAN, yaitu BRAHMAN YANG MEWUJUD MENJADI DEVA. DEVA VISHNU dan DEVA SHIVA. Tempat persemayaman SANG AVATARA AGUNG ini terletak jauh dari Svargaloka. Harus melewati beberapa alam lagi, yang lebih tinggi vibrasinya dari alam Para Deva. Yaitu Tapaloka atau Alam Tapa, Janaloka atau Alam Jana, Mahaloka atau Alam Maha, dan barulah ketika menginjak Satyaloka ATAU Alam Satya, disanalah AVATARA AGUNG ini bersemayam.
Deva Vishnu bersemayam di Vaikunthaloka, disana Dia bersemayam bersama perwujudan Shakti Brahman, perwujudan kekuatan BRAHMAN, yaitu Devi Laksmi, beserta para Atma-Atma Suci yang lebih tinggi kedudukannya dari Para Deva. Atma-Atma yang telah mampu lepas sepenuhnya dari jerat kenikmatan material Prakrti. Atma-Atma Suci yang tinggal selangkah lagi, menyatu dengan Brahman Yang Abadi.
Selepas mendapat Darsan dari Deva Vishnu, rombongan Para Deva yang dipimpin oleh Rsi Brhaspati, seorang Rsi illahi yang bertugas sebagai Guru Spiritual Para Deva, bergegas menuju Shivaloka. Disana mereka hendak meminta Darsan Deva Shiva, AVATARA AGUNG PERWUJUDAN BRAHMAN yang lain, yang sesungguhnya SATU KESATUAN dengan Deva Vishnu.
Brahman, Yang Tak Terbayangkan, Yang Kekal Abadi, Yang Mengatasi Hukum-Hukum Alam, Yang Melampaui Segalanya, sengaja Mewujud, Menyaru sebagai makhluk biasa. Fenomena ini disebut AVATARA. Sangat sulit bagi makhluk fana yang berbadan jasmani, baik Deva, Asura maupun Manushya jika harus mengenali Brahman Yang Mutlak. Melalui Avatara-Nya lah, seluruh makhluk mendapat anugerah kemudahan yang luar biasa untuk mengenali-Nya.
Shivaloka adalah tempat dimana Deva Shiva, didampingi perwujudan Shakti Brahman, Devi Parvati atau Devi Durgha bersemayam. Disana juga banyak Atma-Atma yang lebih tinggi kedudukannya daripada Para Deva, tinggal. Mereka disebut Para Gana. Dipimpin oleh Ganesha, seorang Atma Suci yang punya kekuatan luar biasa namun penuh kelembutan. Maka beliau dilambangkan berkepala Gajah. Gajah adalah makhluk yang berkekuatan besar, namun tidak agresif karena makhluk herbivora, pemakan tumbuh-tumbuhan. Walau punya daya kekuatan dahsyat, tetapi lembut, tidak agresif seperti singa atau harimau, hewan pemakan daging, carnivora. Ganesha adalah seorang yang lembut, dilambangkan satu gadingnya patah, menyimbolkan, keagresifannya sudah patah separuh. Karena pemimpin Para Gana, beliau disebut Ganapati.
Seusai mendapatkan Darsan dari Deva Shiva, ada sedikit kesombongan dihati Deva Indra. Sangat sulit mendapatkan Darsan dari kedua Perwujudan Brahman ini. Deva Indra merasa bangga, Indra yang baru, yang menggantikan kedudukan Indra yang telah selesai masa jabatannya ini mulai besar kepala.
Dan, Deva Shiva, tahu akan hal itu.
Bagaimanapun bijaknya seseorang, bagaimanapun baiknya seseorang, apabila belum sepenuhnya lepas dari jeratan obyek-obyek kenikmatan, ego-nya, ahamkara-nya, masih bisa muncul merayap. Apalagi, bila seorang Atma seperti Indra yang baru ini, karena karma baiknya yang melimpah, bisa terlahirkan dialam Surga, bahkan mampu menduduki jabatan sebagai Indra, Raja Svargaloka, bagaimana mungkin tidak akan merasa bangga? Kedudukan, kekayaan, bisa menggelincirkan ‘kesadaran’ siapapun juga. Termasuk Indra yang baru ini. Dan sesuai dengan hukum Surga, bahwasanya tidak selayaknya seorang Deva, apalagi Raja Para Deva, masih memiliki watak seperti itu. Shiva Mahadeva tahu. Dan Dia tidak ingin, kepongahan tersebut menjatuhkan ‘kesadaran’ Indra. Jatuh merosot kebawah lagi. Harus mulai dari nol lagi untuk menraihnya kembali. Harus lahir ditempat penuh penderitaan lagi. Maka dari itu, Shiva, Brahman sendiri, akan menegurnya, akan mengingatkannya, akan menyadarkannya. Dengan cara-Nya sendiri.
Rombongan Para Deva yang dipimpin Rsi Brhaspati, keluar dari alam Satya dengan penuh kebanggaan. Rsi Brhaspati sendiri, sebetulnya menangkap gelagat yang seharusnya tidak layak bagi Para Deva itu. Beliau mengingatkan, bahwasanya kesombongan, bukanlah sifat yang baik bagi siapa saja, terlebih bagi yang sudah terlahirkan sebagai Deva. Kesombongan hanya layak bagi Asura, makhluk yang berkesadaran rendah, penghuni alam Neraka.
Tapi, mabuk kekuasaan terlalu menjerat Para Deva, terutama Indra. Dan, kemabukan itu meluap juga menjadi keangkuhan ketika mereka hendak melewati ‘gerbang’ ketujuh keluar dari alam Satya. Disana, ditengah jalan yang harus mereka lewati, nampak, seorang Pertapa yang tidak dikenal. Rsi Brhaspati-pun tidak mengenalnya, entah penghuni alam mana. Pertapa tersebut tengah bermeditasi dengan khusyuk-nya.
Para Deva tertegun, semua tertegun. Siapakah sosok pertapa ini? Seorang Yogi dari bangsa manusia yang berhasil ‘memasuki alam Satya’ dan berharap Darsan Deva Shiva, ataukah dari golongan Deva atau Para Gana, salah satu penghuni alam Satya itu sendiri?
Karena menghalangi jalan, Indra meminta pertapa itu menghentikan meditasinya sejenak, menyingkir sejenak untuk memberikan jalan. Tapi, pertapa itu bergeming. Seolah tidak mendengar perkataan Indra. Sekali lagi, Indra meminta sang pertapa menyingkir sejenak. Kali inipun, sang pertapa tetap bergeming. Tetap khusyuk dalam meditasinya. Menyadari ada seorang makhluk yang tidak diketahui asalnya seolah meremehkan dan merendahkannya, meremehkan Indra, Raja Para Deva, Raja Svargaloka, penguasa alam yang penuh kemakmuran, penuh vidyadara dan vidyadari (bidadara dan bidadari), alam yang penuh kenikmatan, Indra, mulai gusar. Untuk ketiga kalinya Indra meminta agar sang pertapa menyingkir dengan menunjukkan siapa dirinya serta dengan sedikit ancaman. Namun, kali inipun, sang pertapa, seolah acuh tak acuh, tetap duduk diam, dengan mata terpejam, tetap tenggelam dalam keheningan.
Indra bangkit amarahnya, sontak dia mengeluarkan senjata kebanggaannya, Vajra. Senjata ini menunjukkan status siapa saja yang memegangnya adalah Raja Diraja Para Deva. Seolah ingin menunjukkan bahwa ‘Akulah Indra, Raja Surga’, Indra mengancam sang pertapa.
Melihat akan hal itu, terkejutlah Rsi Brhaspati. Dia menegur Indra. Tapi Indra yang melihat keacuhan pertapa itu tetap tak tergoyahkan walau dia sudah menunjukkan Vajra, akhirnya tak bisa membendung amarahnya. Dilemparkannya Vajra tersebut. Rsi Brhaspati yang berusaha mencegah, terlambat. Vajra telah meluncur, mengarah tubuh sang pertapa. Kilatannya menyilaukan mata. Diiringi bunyi gemuruh mengerikan. Sesat lagi, tubuh pertapa tersebut pasti hancur lebur. Terlalap halilintar Indra. Sungguh, perbuatan yang keterlaluan.
Namun, semua terpana, semua terkejut, tak luput juga Indra dan Rsi Brhaspati, manakala menyadari, setelah Vajra itu meledak dahsyat mengenai tubuh sang pertapa, begitu usai ledakannya, tubuh sang pertapa ternyata masih utuh dan tetap asyik dalam meditasinya. Bahkan, Vajra itu terpental, jatuh ke tanah.
Dan satu detik kemudian, mulailah terlihat sang pertapa itu bergerak, menoleh kearah Indra. Perlahan terlihat, mata beliau terbuka, bahkan tepat didahinya, tampak lamat-lamat muncul cahaya api, mulai membesar!
Rsi Brhaspati terkejut, Indra terkejut, semua Para Deva terkejut. Mereka sontak bersujud, menempelkan dahinya ke tanah. Mereka tahu, mereka sadar, pertapa didepannya, tak lain dan tak bukan adalah Deva Shiva sendiri yang menyamar! Rombongan Para Deva dilanda ketakutan dahsyat. Karena, siapapun yang terkena api dari mata ketiga Deva Shiva, pasti hancur lebur menjadi abu.
Tapi Shiva adalah Pengasih, Shiva adalah Kasih itu sendiri. Dia tidak melemparkan api dari mata ketiga-Nya. Shiva punya rencana sendiri. Cara untuk menyadarkan Indra dan Para Deva yang lebih ‘membangun kesadaran’-nya.
Dengan penuh sesal, Rsi Brhaspati memohon ampunan Shiva. Beliau meohon agar Shiva, menarik kembali sorot cahaya api yang hendak menerjang mereka semua. Rsi Brhaspati, memohon agar kesalahan Indra diampuni.
Dan, dengan senyum kedamaian, Shiva menarik kembali sorot api dari mata ketiga-Nya. Lantas Dia melemparkannya, keluar dari alam Satya, kearah alam semesta, kearah kabut-kabut semesta yag memutih bagai lautan susu, kearah nebula-nebula diantara bintang gemintang.
Shiva punya sebuah rencana. Rencana untuk menyadarkan Indra dan Para Deva. Api yang Dia lemparkan ini, sesungguhnya adalah sedikit dari bagian tubuh-Nya, yang kelak akan Dia bentuk menjadi seorang makhluk, yang akan menyadarkan Indra dan Para Deva.
Sesungguhnya, siapapun, Deva, Asura atau Manusia, tidak akan lepas dari jeratan hukum Karmaphala. Perbuatan Indra yang lancang melemparkan Vajra demi ambisinya sendiri, demi ego-nya sendiri, bukan demi menegakkan Dharma, tidaklah terpuji. Alam akan membalas, dan Alam hanyalah sebuah mesin ditangan Brahman. Deva Shiva-lah yang akan mengatur buah karma perbuatan Indra. Kelak pasti berbuah, berbuah kepahitan bagi Indra.
Cahaya api dari mata ketiga Shiva, terperangkap dalam jajaran galaksi. Disana, tanpa ayah, tanpa ibu, tanpa melalui kandungan bentuk apapun, cahaya ini, berubah menjadi makhluk kecil, sosok anak kecil. Sosok bercahaya yang mengeluarkan tangisan dahsyat. Tangisannya menggemparkan tempat tinggal Deva Brahmaa, Deva Pencipta.
Deva Brahmaa bukan Avatara Brahman. Beliau adalah seorang Deva utama, yang mendapat tugas menciptakan wujud-wujud material semesta dan jasad makhluk. Beliau-lah sang creator, arsitek semesta. Diatas itu semua, sesungguhnya Brahman-lah yang membimbingnya, dalam wujud Devi Sarasvati, pendamping Deva Brahmaa.
Karena begitu hebat kesucian Brahmaa, beliau mendapat anugerah diangkat sebagai salah satu Tri Murti. Sang Pencipta, Sang Pemelihara dan Sang Pelebur, Beliau diangkat posisinya sebagai Sang Pencipta, sejajar dengan Vishnu Sang Pemelihara dan Shiva Sang Pelebur. Betapa tinggi dan terhormat kedudukan itu bagi Brahmaa. Hingga kadangkala, banyak yang salah duga, menganggap Brahmaa adalah Avatara Brahman juga, padahal bukan. Inilah permainan Illahi, permainan yang indah. Dalam ajaran Gnostik, Brahmaa inilah yang dikenal dengan nama Autogenes. Autogenes artinya Gen Yang lahir sendiri. Gelar Brahmaa adalah Svayambhuva yang artinya Yang lahir sendiri. Gnostik sebenarnya mengambil oper ajaran Veda.
Mencermati permainan ini, jelas sudah, Brahman, YANG MUTLAK ABADI, bukanlah sosok yang suka dipuji, bukanlah sosok yang tak mau tersaingi. Sebab, apa dan siapa yang bisa menyaingi-Nya? Sehingga tak ada sesuatupun yang perlu dikhawatirkan-Nya. JIKA DIA MASIH KHAWATIR TERSAINGI, DIA BUKAN YANG MUTLAK ABADI, DIA MASIH MERASA TERANCAM, DIA MASIH KEKURANGAN. DAN YANG MASIH KEKURANGAN BERARTI BUKAN TUHAN!
Begitu dahsyatnya tangisan itu, sehingga beberapa gerak benda-benda semesta terganggu. Para Deva, penghuni beberapa konstalasi galaksi terkejut. Hal ini memaksa Deva Brahmaa untuk mencari tahu sendiri, apa gerangan yang menyebabkan gerak benda-benda ciptaannya terganggu? Siapa pemilik getaran dahsyat itu?
Dan disana, ditengah gugusan nebula-nebula semesta, yang memutih bagai lautan susu, tampak sosok anak kecil bercahaya. Deva Brahmaa takjub. Dia tahu, dari sinilah sumber masalah itu. Didekatinya sosok makhluk kecil itu. Direngkuhnya dengan penuh kasih. Maka, diamlah anak itu. Namun, walau tangisannya terhenti, anak ini tidak bisa tenang, terus meronta-ronta dalam pangkuan Brahmaa Yang Agung. Bahkan, suatu ketika, tangan mungilnya tak sengaja bergerak menekan leher Brahmaa.
Sungguh terkejut Brahmaa mendapati tekanan tangan mungil itu mengalirkan energi illahi luar biasa. Energi yang murni dan suci. Hal ini membuat Brahmaa meneteskan air mata haru. Sekelebat, dengan kekuatan spiritualnya, Brahmaa melihat siapa anak ini. Tahulah Brahmaa bahwasanya, anak ini dilahirkan oleh Shiva, Avatara Brahman. Dan kelak anak ini akan menjadi perantara-Nya untuk menyadarkan Para Deva. Anak ini tak akan mampu dikalahkan oleh siapapun, kecuali oleh Avatara Brahman sendiri. Deva Brahmaa terharu, dipeluknya anak itu.
Karena anak ini ditemukan ditengah lautan nebula yang bagaikan susu, maka Brahmaa memberikannya nama Jalandhara, yang artinya Dia yang lahir dari samudera. Deva Brahmaa tahu, tidak diperlukan perawatan khusus untuk membesarkan anak ini. Darimana dia ditemukan, disanalah dia akan tumbuh sendiri. Deva Brahmaa, meninggalkannya kembali sang anak yang telah tenang itu disana. Ditengah kabut semesta.
Dan dialam Neraka. Di Narakaloka, dialam yang penuh duka cita, penuh penderitaan, Rsi Sukracharya, seorang Rsi Illahi yang mewujud dialam Naraka dan menjalani peran sebagai Guru berbagai spesies Asura ( Daitya, Danava, Raksasha, Paisacha dll), beliau tahu dan mengetahui, apa rencana Illahi yang tengah mulai digelar. Beliau, dititahkan untuk mengambil peran disana. Rsi Sukracharya, menunggu sosok anak itu tumbuh dewasa. Dan begitu saatnya tiba, beliau, dengan ijin Brahmaa, mengambil anak itu. Dibawanya ke alam Naraka. Dengan penuh kasih anak itu beliau besarkan. Rsi Sukracharya terharu, beliau tahu, bahwasanya anak itu adalah bagian tubuh Shiva yang mewujud.
Rsi Sukracharya-pun tahu, ada sosok makhluk lain yang lahir dalam wujud Asura. Yang lahir dari kandungan seorang Asura pilihan, Kalinemi. Sosok wanita putri Kalinemi, bukanlah makhluk biasa. Putri Kalinemi ini adalah bagian shakti Brahman, sedikit tubuh Parvati, yang mewujud sebagai wanita. Putri Kalinemi ini bernama Vrnda. Sangat cantik tiada bandingan. Dan Vrnda lahir, untuk dipersatukan dengan Jalandhara. Bagai Shiva dan Durgha. Begitu Shiva bertemu Dhurga, maka kekuatan-Nya tiada taranya, demikianlah Jalandhara apabila kelak telah dipertemukan dengan Vrnda.
Jalandhara dibesarkan oleh Rsi Sukracharya. Dididik dan dibimbing olehnya. Manakala sudah menginjak dewasa, Rsi Sukracharya menjodohkannya dengan Vrnda. Bahkan, atas usul beliau, Jalandhara diangkat sebagai Raja Para Asura, makhluk yang sejak dulu dikatakan sebagai musuh Para Deva.
Musuh, ya, karena sejujurnya, Para Asura iri akan kenikmatan surgawi yang dinikmati Para Deva. Kenikmatan yang tidak ditemukan di alam mereka. Sesungguhnya, untuk dapat menikmati kenikmatan Surgawi, Para Asura harus menanam karma baik sebanyak-banyaknya. Barulah apabila itu sudah mereka lakukan, mereka akan terlahir sebagai manusia. Namun ironisnya, di alam Neraka, kesempatan berbuat baik sangatlah sulit.
Walaupun begitu, Para Asura diberi ‘anugerah’ mampu melihat alam Surga. Mampu mengetahui dimana alam itu berada. Hal inilah yang mendorong mereka, tergiur secepatnya ingin mencicipinya. Lupa akan proses alamiah yang seharusnya mereka jalani, yaitu harus lahir dulu sebagai manusia. Mereka ingin instant, tanpa harus melalui proses alam yang rumit, karena memang dibutuhkan karma baik yang banyak untuk lahir dulu menjadi manusia.
Manakala mampu lahir menjadi manusia, maka mereka sesungguhnya cukup mempunyai pilihan lebih baik lagi. Yaitu ‘MENGGAPAI KESADARAN PURNA’ karena dialam manusia akses itu sangat-sangat besar, dan tidak didapati dialam Surga sekalipun, atau malah tetep tergiur dengan iming-iming kehidupan Surga.
Maka jangan heran, jika ada manusia yang tergila-gila dengan surga, dan sama sekali tidak tertarik dengan ‘Kesadaran Purna’, Kebahagiaan Sejati Yang Kekal Abadi, bisa jadi, dulu dia pernah lahir sebagai Asura. Atau bahkan, mungkin mereka baru saja terlahir kealam manusia dari alam Asura.
Beberapa ratus tahun yang lalu, dijaman Kali Yuga ini, banyak Asura yang karena banyak memiliki timbunan karma baik, terlahir menjadi manusia. Lahir dialam yang asing dan baru. Alam yang antara penderitaan dan kegembiran seimbang. Alam yang stabil. Alam yang cocok dan sanggup mendukung Atma-Atma untuk meningkatkan ‘Kesadaran’ mereka. Alam yang punya akses luas untuk melepaskan rantai kelahiran dan kematian, menuju kekekalan, menuju sumber abadi.
Surga, tidak memiliki akses seperti dialam manusia. Surga tidak cocok untuk peningkatan ‘kesadaran’. Disana banyak melimpah ruah kenikmatan dan kesenangan. Banyak Atma yang terlena. Sedangkan alam Neraka, adalah alam yang penuh penderitaan, juga tidak cocok untuk peningkatan ‘kesadaran’ bagi Atma. Maka, bagi Atma-Atma yang sadar, mereka akan lebih memilih terlahir menjadi manusia daripada menjadi Deva.
Dan beberapa ratus tahun yang lampau, banyak Para Asura terlahir menjadi manusia. Mereka lahir ditanah yang ‘masih menggambarkan keadaan alam asal mereka dahulu’. Tanah yang gersang, tandus, berpasir, panas dan terik. Disanalah mereka lahir. Sifat-sifat Asura masih kental pada mereka. Oleh karena banyaknya Para Asura yang berhasil terlahirkan menjadi manusia, maka Rsi Sukracharya, mendapat tugas, terlahir kealam manusia, menjadi pembimbing mereka, guru mereka, panutan mereka. Rsi Agung ini, adalah Rsi pilihan yang sangat-sangat telaten. Rsi Sukracharya mampu membentuk, melahirkan sebuah metode yang praktis bagi mereka yang kesadarannya masih rendah.
Namun pada perkembangan selanjutnya, dalam metode indah yang dilahirkan oleh Rsi Sukracharya ini, kental disana-sini ada tersirat ‘paranoida’, ‘phobia’, ada ketakutan yang berlebihan, ada ketidak sukaan yang masih melekat di alam bawah sadar (Citta) sang penerus metode ini, kepada apa yang dinamakan alam Asura. Alam yang tidak mereka kehendaki. Bahkan pada perkembangan selanjutnya, mereka sangat memusuhi segala macam bentuk-bentuk Asura.
Semua ini hanyalah cerminan, bahwa mereka muak dan tak mau lagi dekat-dekat dengan alam Asura. Walaupun memang benar, tapi, sang penerus Rsi Sukracharya terlalu berlebihan dalam memandang keberadaan alam Asura.
Ketika Jalandhara sudah semakin dewasa, Rsi Sukracharya merasa sudah waktunya skenario illahi ini digulirkan. Beliau suatu waktu menceritakan kepada Jalandhara tentang peristiwa Pengadukan Lautan Susu atau Samudra Manthana ( Akan saya ceritakan pada kesempatan lain : Damar Shashangka). Dimana, semua hasil pengadukan itu, yang dilakukan oleh Para Deva dan Para Asura pada zaman Para Asura diperintah oleh Raja Vali, semua hasil pengadukan dimiliki oleh Para Deva. Para Asura sama sekali tidak mendapatkan bagian. Padahal, Para Asura juka ikut bekerja keras membantu Para Deva melakukan pengadukan. Bahkan, Tirtha Amrta, Air Keabadian, Air Kemakmuran, hanya tertumpah dialam Svargaloka dan sedikit dialam manusia. Sedangkan dialam Neraka, setetes-pun tidak tertumpah.
Sesuai hukum alam, Tirtha Amrta, Air Keabadian, Air Kemakmuran, memang harus tertumpah di Surga. Karena kemakmuran, kegembiraan, dan hanya ada dan memang harus ada di Surga saja. Sedangkan alam Neraka, memang harus tetap dalam kondisi penuh penderitaan. Itu sudah hukum alam. Hukum Abadi Brahman. Bila tidak demikian, maka proses evolusi Atma seluruh makhluk dari ketiga alam, akan terganggu total.
Rsi Sukracharya tahu itu, Jalandhara tahu itu, tapi apabila kemakmuran telah membuat lupa daratan, maka harus ada yang menegur, harus ada yang mengingatkan. Dan Jalandhara, bagian tubuh Shiva harus menjalankan perannya, memberikan pelajaran kepada Para Deva. Terutama kepada Indra, Raja Para Deva.
Shiva yang menghendaki, Jalandhara yang menjalani dan Rsi Sukracharya yang memicunya. Skenario telah berjalan, sandiwara kehidupan mulai tergelar. Sebentar lagi.
(Bersambung).
ASURA JALANDHARA KISAH PENYERANGAN SURGA
Bagian : 2
Siapapun yang mempunyai timbunan karma baik berlimpah, maka otomatis alam akan menumbuhkan buahnya. Berupa kemakmuran, kemashyuran, kemujuran, kekuasaan, dll. Dan dari sekian banyak buah karma baik, hanyalah ‘tumbuhnya kesadaran yang dikatakan buah utama.
Apabila karma baik itu berbuah kemakmuran, kemashyuran, kemujuran, kekuasaan, dll, sangat rentan dengan ‘kejatuhan kesadaran’. Rentan merosot ketingkat bawah lagi. Banyak yang tergelincir oleh karenanya.
Dan fenomena seperti itulah yang tengah terjadi pada Para Deva di jaman Jalandhara.
Surga adalah alam kenikmatan, berlimpah kemakmuran, kemashyuran, kekuasaan, sensualitas dan segala bentuk kenikmatan material. Atma-Atma yang lahir disana, banyak yang terjebak. Lupa tujuan semula. Surga bisa berbuah racun bagi peningkatan kesadaran. Bagi yang ‘sadar’, Surga bukan tujuan utama. Surga bukan tempat suci. Surga hanyalah salah satu alam, seperti alam-alam yang lain. Surga memanjakan indera-indera. Maka pemimpin Surga-pun, diberi gelar INDRA.
Di Surga banyak terdapat ras Deva, sesuai dengan karmanya. Ada ras Vidyadara-Vidyadari (Bidadara-Bidadari), ras Apsara-Apsari, ras Gandharva-Gandharvi, ras Nagha bahkan ada juga ras setengah Deva, sebut Yaksha-Yakshi. Ras Yaksha inilah kebanyakan mendapat pekerjaan sebagai pasukan, sebagai tentara. Maka jangan heran, apabila anda memasuki kompleks suci umat Hindhu Bali, anda akan disambut sepasang arca menyeramkan sebagai penjaga pintu Pura yang biasa dinamakan Dvaraphala. Inilah penggambaran ras Yaksha, makhluk setengah Deva.
Diatas alam Surga, barulah dikatakan sebagai alam suci. Dan kesuciannya bertingkat, semakin keatas semakin suci. Ada alam Tapa, alam Jana, alam Maha dan alam Satya. Dikeempat alam ini, dihuni juga oleh Para Deva yang tidak dibawah kuasa Deva Indra. Para Deva diatas alam surga adalah Deva-Deva yang bijak. Terdiri juga dari berbagai ras, ada Brahma Rsi, Deva Rsi, Sapta Rsi, Satya Rsi, Panca Rsi, dll. Rsi Brhaspati, guru Para Deva di alam Surga, berasal dari salah satu alam ini. Begitu juga Rsi Sukracharya, guru para Asura.
Penghuni alam diatas Surga, sangat dihormati oleh Para Deva, Asura dan Manushya.
Sedangkan para penghuni alam Neraka, yaitu Para Asura, tersebar ditujuh alam Naraka, yaitu Patala, Vaitala, Nitala, Mahatala, Sutala, Talatala dan Rasatala. Dibawah alam Neraka, ada sebuah alam tersembunyi. Hanya penghuni alam Satya saja yang mampu mengetahuinya. Inilah alam Deva Yama atau Yamaloka. Sebuah alam misterius, dimana seluruh makhluk yang telah menemui kematiannya, untuk sementara akan singgah dialam ini. Disinilah diputuskan, Atma tersebut, sesuai dengan buah karmanya, akan terlahirkan kembali menjadi apa. Deva Yama bukan Deva biasa. Deva Yama kedudukannya lebih tinggi dari pada Indra. Tidak sembarangan makhluk bisa memasuki alam ini sebelum kematiannya menjelang. Karena di gerbang alam Yama, selain dijaga oleh seekor Naga besar bernama Shesha, juga dibatasi oleh sungai beraliran deras dan berair darah bernama Vaitarani. Atma-Atma suci yang bertugas dialam Yama disebut Yamabhala. Mereka dipimpin oleh seorang Atma pilihan bergelar Mrtyu, yang artinya adalah Kematian!
Para Asura juga terdiri dari banyak ras. Ada ras Ditya, ras Danava, ras Raksasha, ras Bhutakala, ras Paisacha, dll. Ada sebuah anugerah atau keistimewaan tersendiri bagi Para Asura. Mereka mampu mengetahui dimana letak alam Surga. Namun hanya sebatas itu. Mereka sama sekali tidak mampu memasukinya. Karena bagaimanapun juga, vibrasi badan mereka, tidak sesuai dengan vibrasi alam Surga. Diperlukan cara yang benar untuk memasukinya, yaitu melalui proses alami. Para Asura harus memperbanyak kebajikan, memperbanyak timbunan karma baik. Kelak bila kematian menghampiri, pasti akan terlahirkan dialam Surga atau dialam manushya. Menjadi Deva atau Manusia.
Ada lagi satu alam, terletak diantara Bumi dan Surga. Dialam ini terkumpul Atma-Atma yang tidak menemukan jalan ke alam Yama. Atma-Atma penasaran. Atma-Atma yang menjelang kematiannya, terlalu terikat oleh duniawi. Tidak rela meninggalkan kenikmatan duniawi. Inilah alam tempat Ruh-Ruh penasaran berada.
Atma-Atma yang terjebak antara dua dunia, dunia kehidupan dan kematian ini disebut Preta. Dalam ajaran Veda, Atma yang belum diupacarai sesudah dia meninggalkan dunia, akan otomatis menjadi Preta selama beberapa hari. Dengan upacara sraddha, mampu mendorong Atma yang meninggalkan dunia ini ‘menyadari bahwa ia telah mati.’ Begitu ia menyadari, ia akan mulai bergerak ke alam Yama. Bila ia sudah tergerak. Bila kesadarannya telah terbuka, maka ia baru bisa melihat jalan ke alam Yama. Ia baru bisa bertemu dengan Yamabhala. Selama belum ‘sadar’, belum ‘rela’, maka Yamabhala-pun tidak bisa membawanya ke alam Yama.
Kekayaan, kedudukan, Istri atau Suami yang cantik atau tampan, bisa membuat seorang Atma tidak rela melepaskannya. Bila kesadaran rendah ini muncul, Atma akan terjebak dialam Preta. Evolusinya mandeg. Dan konyolnya, banyak manusia yang memanfaatkan Atma-Atma kebingungan ini sebagai ‘pembantu halus’ mereka. Inilah yang disebut ‘Prewangan’. Atma-Atma seperti inilah yang kerap kali marasuki seorang medium pemanggil Ruh. Atau bisa juga merasuki manusia yang kesadarannya tengah dalam kondisi ‘rendah’. Maka terjadilah fenomena kesurupan. Atma- Atma seperti inilah yang sering dimanfaatkan oleh manusia-manusia sebagai media menyakiti orang lain secara gaib ( Teluh, tenung, santet, dll), atau di-‘isi’ kan pada benda-benda tertentu yang lantas disebut Azimat, dll. Sungguh kasihan. Atma yang tengah kebingungan, bukannya malah ditolong dan disadarkan, tetapi malah dibuat medium untuk tujuan-tujuan yang kurang benar. Atma yang dibuat medium dan manusia yang menggunakannya sebagai medium, sama-sama tidak sadar.
Cara yang mudah untuk melepaskan keterikatan Atma dengan semua yang ia tinggalkan didunia adalah, ‘MEMBAKAR JASAD’-nya. Begitu jasad hancur menjadi abu, keterikatannya banyak berkurang. Dan kesadaran bahwa ‘aku telah mati’, akan muncul pada Atma yang terjebak ini.
Pada jaman Jalandhara, banyak Para Asura yang memiliki ‘kesadaran tinggi’. Karma telah mengaturnya. Alam telah mengaturnya. Para Asura yang berkesadaran tinggi ini memang harus berjodoh dalam satu babak kehidupannya untuk bertemu, untuk dekat dengan Jalandhara. Pada jaman itu, Rsi Sukracharya telah berhasil membimbing para Asura. Dapat dipastikan, pada kehidupan selanjutnya, mereka akan terlahirkan sebagai manusia.
Melalui Rsi Sukracharya, para Asura pilihan ini mengetahui bahwasanya Para Deva tengah terlena. Tengah kehilangan kekuatan Dharma-nya. Di alam Surga tidak ada bencana alam, di alam Surga tidak ada murka alam. Dan apabila Para Deva terlena, menyimpang dari Dharma, sudah sejak dulu, sejak jaman dahulu, Para Asura pilihan akan menjadi tangan Alam. Menjadi wakil Alam, membuahkan karmaphala. Kondisi seperti ini tidak bisa dipastikan kapan terjadinya. Namun apabila Para Deva jatuh kesadarannya, pasti akan lahir ‘Putra Sang Avatara’ dialam Asura untuk memimpin para Asura pilihan mengingatkan Para Deva.
Alam Surga dan alam Neraka punya keunikan hukum alam-nya sendiri. Alam manusia lepas dari keunikan hukum alam Surga dan alam Neraka. Alam manusia punya hukum alam sendiri. Dan hukum alam di alam manusia, lebih membangun, lebih memicu peningkatan kesadaran.
Para Asura pilihan ini, dengan penuh kesadaran, siap menegakkan Dharma. Siap mengingatkan Para Deva. Dan manakala, Jalandhara menawarkan mereka untuk menjadi duta, duta untuk memperingatkan Para Deva di Surga, maka, banyak yang menawarkan diri.
Jalandhara mengutus para Asura yang terpilih menjadi duta menyampaikan peringatan ke Surga. Isi peringatan yang sampaikan oleh Jalandhara kepada Para Deva adalah, bahwasanya hasil pengadukan Lautan Susu, Samudera Manthana pada masa lalu, yaitu Tirtha Amrta, tidak sepantasnya dinikmati oleh Para Deva-Deva yang yang berkesadaran rendah seperti mereka saat ini. Jika mereka tidak segera sadar, Jalandhara, Raja Para Asura, akan menyerang Surga!
Duta dari bangsa Asura hanya mampu sampai dipintu gerbang Surga. Mereka menyampaikan pesan dari Jalandhara. Mendapati pesan bernada ancaman seperti itu, Para Deva penjaga gerbang, Para Yaksha, melaporkannya kepada Indra. Indra yang mendapat laporan seperti itu, bangkit kepongahannya. Ancaman para Asura, ibarat seperti ancaman dari segerombolan kucing menantang segerombolan harimau. Mana mungkin para Asura mampu menyerang Surga. Menginjakkan kakinya saja, tidak akan mampu, apalagi memasuki Surga dan menyerang Surga.
Indra segera mengutus seorang Deva untuk memberi jawaban. Dan jawaban itu sangat-sangat menghina Para Asura.
Duta para Asura, mendengar jawaban yang penuh kesombongan itu segera kembali ke alam Neraka dan melaporkannya kepada Jalandhara. Mendengar jawaban Para Deva yang tidak sepatutnya diucapkan oleh bangsa Deva, Jalandhara, dengan persetujuan Rsi Sukracharya, segera mengatur barisan perang! Para Asura pilihan telah berkumpul. Mereka menantikan detik-detik mendebarkan. Dengan adanya ‘Putra Shiva’ ditengah-tengah mereka, mereka membulatkan tekad, siap berperang demi Dharma.
Perang ini bertujuan untuk membersihkan Surga dari ‘sel-sel kanker ganas’ yang akan merusak kesadaran Para Deva. Para Asura yang ikut berperang, dan yang tidak tergiur kenikmatan surgawi, berperang hanya demi menegakkan hukum alam, dapat dipastikan, pada kelahiran selanjutnya akan menjadi manusia. Dan, berduyun-duyun Para Asura datang memperkuat barisan Jalandhara.
Dengan persiapan lengkap. Dengan patuh dan percaya penuh kepada Rsi Sukracharya dan Jalandhara, berangkatlah pasukan Asura menuju alam Surga.
Para Deva sejatinya bukanlah pengendali alam. Pengendali alam adalah Brahman sendiri. Ada Deva maupun tidak, alam akan tetap berputar, berevolusi dan beraktifitas. Hukum-hukum alam dikendalikan oleh karmaphala,oleh hukum sebab akibat, bukan karena ada campur tangan Para Deva.
Para Deva hanyalah Atma-Atma yang menghuni alam Surga. Ada Surga Matahari (Surya), ada Surga Bulan (Chandra), ada Surga Air ( Varuna ), dan Surga-surga yang lain. Sesungguhnya, mereka cuma penghuni. Mereka tidak berkuasa sepenuhnya kepada Surga yang mereka huni. Sebagaimana manusia yang menghuni Bumi, manusia tidak berkuasa sepenuhnya atas Bumi. Ada hal-hal diluar kuasa manusia yang seringkali terjadi di Bumi, seperti bencana alam, perubahan cuaca, dll. Semua itu murni digerakkan oleh hukum alam, tidak ada Deva apapun yang mengendalikannya. Begitu juga Para Deva diatas Surga yang mereka tempati. Mereka tidak berkuasa sepenuhnya. Hukum alam lebih berkuasa di atas semesta ini. Jangan terkecoh!
Dan Surga terindah, sebagai mascot dari semua Surga adalah Amaravati. Disinilah Indra bertempat tinggal. Disinilah pusat semua alam Surga, kota kebanggaan Para Deva. Surga Matahari ( Surya), Surga Bulan ( Chandra ) dan Surga-surga yang lain, tidak bisa mengalahkan keindahan Amaravati.
Deva bukan Malaikat. Malaikat hanyalah metafora. Dimana alam, Prakrti, membalaskan karma baik kepada seluruh makhluk, alam akan dipandang sebagai Malaikat. Bila Prakrti atau Alam membalaskan karma buruk kepada seluruh makhluk, Alam dipandang sebagai Iblis. Maka dari itu, konon MALAIKAT TERCIPTA DARI CAHAYA DAN IBLIS TERCIPTA DARI API, BISAKAH KITA MEMISAHKAN CAHAYA DARI API? RENUNGKAN. CAHAYA ADALAH WUJUD HALUS API DAN API ADALAH WUJUD HALUS CAHAYA. HAKIKATNYA ADALAH SATU KESATUAN. ( Baca catatan saya mengenai Karmaphala dan Punarbhava.)
Dan, Jalandhara memilih menyerang Amaravati. Karena Amaravati adalah symbol kekuasaan Para Deva. Dengan kekuatan ‘Illahi’-nya, Jalandhara dengan mudah menjebol pintu gerbang Surga! Para Yaksha gempar, seluruh penghuni Surga tak mengira pintu Surga bisa dengan mudah dijebol oleh Jalandhara! Begitu pintu Surga terbuka, para Asura pilihan, dengan mudahnya masuk dan mampu menginjakkan kaki di Surga! Kenyataan ini membuat seluruh penghuni Surga ketakutan!!
Para Asura langsung merangsak maju ketengah kota Amaravati. Para Deva mati-matian membendung gerak laju para Asura. Melihat kenyataan ini, Indra tertegun. Dia merasakan bahwasanya, ini semua adalah buah karma buruk dari seluruh Para Deva yang telah larut dalam kepongahannya ! Kini, Mahadeva telah murka!
Diantara Para Deva, terbagi menjadi dua kelompok, ada yang berperang hanya sekedar menjalankan Dharma-nya, mematuhi aturan semesta. Bahwa siapapun, yang belum terlahirkan sebagai Deva, tidak berhak menguasai Surga. Di kelompok kedua, ada yang berperang karena tidak rela kenikmatan mereka diganggu gugat.
Begitu juga di kalangan Para Asura, ada yang berperang hanya sekedar menegakkan Dharma, mengingatkan Para Deva, tetapi akhirnya ada juga kelompok kedua yang berubah niat setelah melihat keindahan Surga, mereka tergiur ingin memiliki segala kenikmatan yang terhampar didepan mata mereka.
Siapa yang menegakkan Dharma, baik dari kalangan Para Deva dan Para Asura, inilah Atma-Atma pilihan. Atma-Atma yang menorehkan buah karma cemerlang dan dicatat oleh Prakrti. Dan mereka akan menikmati limpahan karunia ‘Kesadaran Sejati.’.
Siapa yang hanya menginginkan kenikmatan Surga, itulah Atma-Atma yang akan jatuh. Dipihak Para Deva, mereka yang mati-matian mempertahankan kenikmatan surgawi, kelak akan lahir kembali menjadi Asura. Sedangkan dipihak Para Asura, mereka akan tetap terlahir sebagai Asura.
Rsi Sukracharya, Rsi Brhaspati dan Jalandhara menjalankan tugas mereka, untuk mencari Atma-Atma pilihan diantara Para Deva dan Asura!
Namun, pasukan Asura terpukul mundur. Banyak yang gugur dimedan laga. Rsi Sukracharya, dengan menggunakan ramuan Sanjivani, memberikan kehidupan baru bagi yang gugur. Beliau atas ijin Mahadeva, memberikan kesempatan kedua bagi para Asura yang gugur untuk memperbaiki niatnya. Dan Para Deva tercengang ketika mengetahui, para Asura yang gugur, dapat hidup kembali!
Kini, giliran Para Deva yang terdesak hebat, banyak Para Deva yang gugur. Rsi Brhaspati, Guru dari para Deva, memberikan ramuan yang sama, ramuan Sanjivani. Para Deva yang gugur, dapat dihidupkan kembali. Seperti Rsi Sukracharya, Rsi Brhaspati memberikan kesempatan kedua bagi Para Deva untuk memperbaiki niatnya!
Mengetahui akan hal itu, Jalandhara meminta petunjuk kepada Rsi Sukracharya, dimanakah tempat tanaman Sanjivani tumbuh. Dia hendak memusnahkannya. Rsi Sukracharya segera menyuruh Jalandhara menuju sebuah gunung bernama Drona. Hanya disana tanaman Sanjivani tumbuh. Tanpa menunggu waktu, diiringi oleh beberapa Asura yang lain, Jalandhara untuk sementara meninggalkan barisan, mencari Gunung Drona.
Setelah diketemukan, dengan kekuatan Illahi-nya, Jalandhara mencabut Gunung itu dan melemparkannya ketengah-tengah lautan semesta! Para Asura yang melihat kekuatan Jalandhara, takjub dan ketakutan!
Mendapati Gunung Drona lenyap, Para Deva gempar! Kekuatan macam apakah yang mampu melenyapkan Gunung itu? Kecuali Mahadeva Shiva atau Vishnu sendiri, tidak mungkin bisa terjadi!
Dengan hilangnya Gunung Drona, satu persatu, pasukan Para Deva berjatuhan, gugur! Indra, beserta para penghuni surga yang lain, diiringi vidyadara dan vidyadari, apsara dan apsari serta gandarva dan gandharvi, segera meninggalkan Amaravati. Dan Amaravati, kini dukuasai oleh para Asura yang dipimpin oleh Jalandhara!
Para Deva yang gugur, adalah mereka-mereka yang tidak layak dan tidak kuat dengan jerat surgawi. Mereka harus keluar, tidak berhak lagi hidup menghuni surga. Atma mereka akan jatuh, kembali menjadi makhluk dibawah Deva, harus lahir menjadi Asura. Maka berhati-hatilah menjadi seorang Deva.
Indra, Para Deva dan seluruh yang meninggalkan Amaravati, menjadikan Bumi, alam manusia sebagai tempat pelariannya. Mereka turun ke Gunung Himalaya, gunung tertinggi dialam manusia. Yang senantiasa diselimuti oleh salju abadi. Di Gunung ini, memang kerap kali dijadikan kunjungan oleh Para Deva. Gunung ini memang penuh misteri. Dan disana, tanpa sepengetahuan manusia yang berkesadaran rendah, kecuali para Yogi, mereka sementara bersembunyi. Pilihan ini diambil, karena mereka yakin, para Asura tidak akan mengira Para Deva turun ke alam manusia. Para Asura mungkin akan mengira bahwa para Deva melarikan diri ke Surga-surga yang lain.
Selama disana, mereka merundingkan langkah selanjutnya. Mereka tidak menyangka, begitu kuatnya Jalandhara. Dan mereka mulai menyadari, bahwasanya, ini semua adalah karma buruk mereka. Dan Jalandhara mungkin bukanlah Asura asli. Menduga-duga akan hal itu, Para Deva menjadi ketakutan sendiri.
Daripada menduga-duga, Indra memutuskan untuk menemui Avatara Brahman, Deva Vishnu dialam Satya. Tapi hal itu beresiko. Karena untuk menuju alam Satya, harus melewati enam alam lagi diatas Bumi. Dan dari keenam alam itu, salah satunya adalah alam Surga yang kini dikuasai oleh Jalandhara.
Namun, demi untuk mengembalikan tata aturan semesta, dan demi menyesali dosha-dosha mereka, Indra, dengan diiringi beberapa Deva, nekad hendak menghadap ke alam Satya, menemui Deva Vishnu. Sedangkan para Deva yang lain, untuk sementara bersembunyi, bertebaran diseluruh Gunung Himalaya.
Perjalanan penuh resiko-pun ditempuh. Karena Indra walaupun angkuh tapi juga masih memiliki karma baik yang besar, maka ia mampu mencapai alam Satya dengan selamat. Tiba digerbang Alam Satya, Para Deva segera bersujud sembari mengucarkan mantra-mantra Veda. Mereka mengakui segala kesalahan mereka dan memohon bantuan Deva Vishnu Yang Agung.
Dan Deva Vishnu-pun berkenan menemui mereka. Memasuki Vaikunthaloka, tempat kediaman Atma-Atma suci ini, Para Deva terus menerus mengucarkan mantra-mantra Veda. Dan manakala mereka telah bertemu dengan Deva Vishnu yang nampak berkilau-kilauan, mereka mengakui segala kesalahan mereka dan memohon bantuan Sang Avatara. Deva Vishnu tersenyum, Dia sudah mengetahui semuanya, dan dengan tegas, Deva Vishnu menolak memberikan bantuan-Nya.
Betapa sedih Indra dan Para Deva. Mereka keluar dari Vaikunthaloka dengan harapan yang pupus. Ditengah kegalauan mereka, Indra memutuskan untuk menemui Rsi Naraddha, Rsi Illahi yang terkenal bijak. Untuk menuju tempat Rsi Naraddha, Para Deva juga harus menempuh resiko.
Karena buah karma baiknya juga, Indra dan Para Deva dapat menemui Rsi Naraddha dengan selamat. Rsi Naraddha telah tahu semuanya. Beliau mengerti bahwa scenario illahi tengah berjalan. Dan kini, beliau mengambil perannya setelah Rsi Sukracharya dan Rsi Brhaspati telah mengambil dahulu peran mereka.
Rsi Naraddha menyanggupi membantu Para Deva. Beliau akan pergi ke Surga sendiri, menemui Jalandhara dan Rsi Sukracharya. Kedatangan Rsi Naraddha di Surga adalah sebuah kehormatan besar bagi Para Asura. Mereka menyambutnya dengan suka cita.
Setelah bertemu dengan Jalandhara dan Rsi Sukracharya, maka Rsi Naraddha segera mengatakan bahwa sudah cukup memberikan hukuman bagi Para Deva. Kini, sudah saatnya Jalandhara mencari Deva Shiva. Sudah saatnya Jalandhara menyatu lagi dengan-Nya. Mendengar akan hal itu, Jalandhara gembira. Pembebasan Purna sudah ada didepan mata. Rsi Naraddha menyuruh Jalandhara segera pergi ke alam Satya, ke Shivaloka, mencari Dia disana. Diiringi oleh Asura pilihan yang benar-benar mempunyai karma baik luar biasa, Jalandhara segera berangkat kea lam Shivaloka.
Ketika rombongan Jalandhara tiba digerbang alam Shivaloka, Para Gana, penghuni alam Shivaloka terkejut mendapati ada Asura yang mampu mencapai gerbang Shivaloka. Mereka segera mengusir para Asura itu. Para Asura, terlempar jatuh dari Shivaloka. Namun walau bagaimanapun, mereka yang terlempar sangat-sangat gembira karena bisa menginjakkan kaki di Shivaloka, itu adalah suatu pencapaian luar biasa bagi mereka dalam wujudnya seorang Asura.
Para Asura terlempar keluar dari gerbang Shivaloka. Namun Jalandhara tidak! Para Gana takjub. Mereka menanyakan keinginan Jalandhara. Jalandhara berkeinginan untuk bertemu dengan Deva Shiva sendiri. Para Gana kebingungan, mana mungkin itu terjadi? Seorang Asura, tidak akan mungkin bisa memasuki alam Satya untuk bertemu dengan Shiva. Ditengah kebingungan itu, Devi Parvati atau Devi Durgha sendiri muncul dengan tiba-tiba! Melihat Devi Parvati, Jalandhara tergetar hebat! Dia mengalami loncatan kesadaran luar biasa. Dia ekstase! Dia ekstase hanya dengan melihat-Nya! Namun tak lama, Devi Parvati menghilang kembali.
Jalandhara kebingungan. Dia bergerak mencari-cari Devi Parvati. Dia mengaduk-aduk seluruh semesta! Semesta bagaikan sebuah roda ditangannya! Para Gana gempar dibuatnya!!!
Shiva dan Parvati, masih mempunyai sebuah rencana bagi Jalandhara. Kelak, Deva Vishnu harus turun kedunia, mewujud sebagai Shri Rama. Tujuannya untuk menghancurkan wujud evolusi jasmaniah yang menyimpang dialam manusia. Karena banyak evolusi jasmaniah manusia telah salah jalur. Tercipta perwujudan-perwujudan tidak sempurna di alam manusia. Banyak tercipta wujud manusia setengah hewan. Pun Shrii Rama juga harus menghancurkan ras manusia purba, keturunan Cakshusha Manu (Manu yang keenam) yang masih tersisa. Wujud evolusi fisik manusia yang stabil untuk waktu sekarang, harus menggunakan wujud keturunan Vaivasvata Manu, Manu yang ketujuh. ( Dalam Veda, Manu atau Adam tidak hanya ada satu, dalam proses dari Penciptaan sampai Kiamat, akan turun empat belas Manu atau empat belas Adam. Dan kita, manusia modern, homo Sapiens, adalah wujud dari keturunan Manu ke tujuh yang disebut Vaivasvata Manu. Masih harus ada tujuh Manu lagi, tujuh Adam lagi yang harus turun membentuk ras-ras manusia baru yang lebih sempurna. Setelah lengkap empat belas Manu atau Adam, baru kiamat semesta akan terjadi.Jangan terkecoh dengan ramalan-ramalan kiamat yang hendak datang pada waktu dekat ini!)
Ras manusia purba, keturunan Caksusha Manu, Manu keenam, sudah tidak cocok sebagai wadah Atma untuk berevolusi. Masa guna-nya sudah habis. Dan untuk itulah Deva Vishnu harus turun menjadi Shri Rama kelak.
Dan demi tujuan itu, harus ada sebuah ‘sebab’ yang menyebabkan Dia lahir. Harus ada kesalahan kecil yang disengaja sebagai syarat agar Dia bisa lahir ke alam manusia. Dia harus mematuhi aturan semesta yang Dia ciptakan sendiri. Walaupun Dia mampu mewujud tanpa dipengaruhi oleh sebuah ‘sebab’, tapi Dia tidak akan melanggar aturan alam yang telah Dia tetapkan sendiri. Inilah Keberadaan. Inilah Tuhan Yang Sesungguhnya. Dia tidak semau gue, seenak udelnya sendiri. Dia mematuhi aturan semesta, aturan yang dibuat-Nya sendiri. Untuk memberi contoh kepada manusia, bahwasanya mengikuti sebuah aturan, sebuah hukum, adalah perbuatan yang Dia haruskan!
Dan ‘sebab’ itu, akan Dia peroleh dari Vrnda, istri Jalandhara, bagian tubuh Parvati yang mewujud dialam Asura. Permainan illahi, kadang membingungkan, tapi indah.
Para penghuni alam satya memohon kepada Sang Avatara Agung untuk menghentikan Jalandhara. Dan Deva Vishnu sendiri segera turun ke alam Asura. Dia akan menghentikan suplay energi Jalandhara yang didapatkan dari Vrnda, istrinya. Dia akan mengalihkan suplay energi itu kesebuah wujud illusi. Dan bila Vrnda mengetahui bahwa dia telah mengalirkan energy ke arah yang salah, Vrnda harus marah, dan harus mengutuk Vishnu. Dan dengan kutukan itu, maka Vishnu akan dapat ‘menurun’ kealam yang lebih rendah, yaitu alam manusia. Dan Dia akan lahir sebagai Shri Rama. Inilah permainan illahi.
Deva Vishnu, diiringi beberapa Atma-Atma suci dari Vaikunthaloka, turun kea lam Asura. Mereka menuju ke taman kerajaan Jalandhara. Dia, Vishnu yang agung, menyamar sebagai seorang pertapa, dan duduk bermeditasi ditengah petamanan istana. Para Atma-Atma suci juga menyaru, menyamar sebagai makhluk-makhluk kecil yang mirip kera. Berkeriapan memenuhi petamanan istana.
Vrnda yang keluar dari istana dan sedianya menuju petamanan, terkejut melihat seluruh taman dipenuhi makhluk-makhluk aneh. Dan begitu melihat ada seorang pertapa yang tengah duduk bermeditasi di tengah pertamana, dia segera menghambur dan memeluk pertapa itu.
Pertapa yang tak lain adalah Deva Vishnu Yang Agung, melihat Vrnda ketakutan melihat banyak makhluk ganjil yang berkeriapan dipetamanan istananya, maka pertapa ini mengeluarkan suara aneh. Begitu suara-Nya terdengar, makhluk-makhluk mirip kera ini menyibak, menepi. Mereka memberi jalan kepada dua ekor makhluk mirip kera yang datang menghadap kearah pertapa sambil membawa mayat seorang Asura.
Melihat mayat itu adalah mayat suaminya, Vrnda segera memohon agar mayat itu dihidupkan kembali. Vishnu tersenyum, maka dia hidupkan mayat Jalandhara palsu itu. Mendapati suaminya hidup lagi, Vrnda segera memeluknya.
Namun terjadi keanehan, energi Vrnda tidak dapat mengalir kearah sosok tubuh yang dipeluknya. Mendapati akan hal itu, Vrnda segera berkata kepada sang pertapa :
“Oh, pertapa. Engkau telah menipu aku. Kini seluruh kekuatan suamiku telah hilang karena aku telah menyalurkannya kearah yang salah. Karena perbuatanmu ini, kelak kamu juga akan dipisahkan dengan istrimu. Dan hanya dengan bantuan pasukan manusia kera, kamu akan memperoleh istrimu kembali.”
Selesai berkata seperti itu, Vrnda memejamkan mata. Tubuhnya berubah menjadi gulungan energi. Melesat cepat, menuju alam Satya dan bersatu kembali dengan Devi Parvati.
Vishnu tersenyum. ‘Sebab’ untuk kelahirannya telah Dia dapatkan. Dan Dia, kembali ke Vaikunthaloka.
Disana, Jalandhara sudah kehabisan energi untuk mencari-cari Parvati. Dan sudah saatnya Shiva muncul.
Shiva muncul dihadapan Jalandhara, diangkatnya Tri sula-Nya, dipenggallah kepala Jalandhara, DIPENGGALAH EGO JALANDHARA YANG TERSISA! Begitu ego Jalandhara lepas dari tubuhnya, Jalandhara mencapai kebebasan Purna. Dia menyatu kembali dengan Shiva.
Mendengar kabar itu, Para Deva di bumi bersuka cita, mereka segera menuju Amaravati. Dan para Asura yang tinggal di Amaravati, begitu Jalandhara telah menyatu lagi dengan Shiva, mereka tidak kuat lagi tinggal Surga, vibrasi alam Surga tiba-tiba tidak sesuai dengan vibrasi tubuh mereka sepeninggal Jalandhara. Maka, mereka segera keluar dari Surga, menuju ke alam Neraka.
Indra yang telah menyadari kesalahannya, bertahta kembali di Surga.
Sedikit Energi Vrnda jatuh ke alam manusia. Energi ini menumbuhkan sebuah pohon bernama Tulasi. Dan didaerah mana pertamakali pohon ini muncul, daerah itu dinamakan Vrndavana. Dimana kelak, didaerah inilah Shri Krishna akan lahir. Dan Shrii Krishna sangat menyayangi pohon Tulasi.
Selesai.
Semoga bermanfaat,
Suksma,
@bli ari
bagus sekali artikel nya bli, terima kasih
Om Swastyastu Mahardika,
itu saya kutip dari tulisan seseorang yang “mungkin” telah sadar dengan dirinya sendiri sehingga dapat memahami apa yang termuat dalam Purana dan menceritakan kembali dengan baik sehingga makna dari Purana tsb dapat dimengerti oleh kita-kita ini yang tingkat spiritual kita masih “pemula”.
Suksma,
Thanks saya jadi lebih tau tentang hal yg diuar indra manusia ini