Om Svastyastu
Mungkin sering sekali kita mendengar istilah jaman Kaliyuga, tetapi apakah ini mitos atau bualan belaka? Mari kita buktikan bersama dengan ajaran etika terlebih dahulu, yang tentunya akan sangat berkaitan dengan Jaman Kaliyuga ini.
Dalam ajaran Wrhaspati tattwa dijelaskan bagaimana seharusnya seseorang menjalani kehidupannya. meskipun kita memangĀ dalam jaman Kaliyuga, tapi sangatlah penting untuk kita maknai lagi apa yang telah ditulis oleh leluhur kita. Leluhur kita begitu mengerti dan tahu akan apa yang akan terjadi pada setiap jaman. Maka dari itu leluhur kita menuliskan wejangan-wejangannya agar kelak berguna bagi kita semua.
Ā Wrhaspati Tattwa sloka 60 :
Ahimsa ngaranya tan pamati-mati. Brahmacharya ngaranya tan ahyun arabya. Satya ngaranya tatan mithyavacana.Awyawaharika ngaranya tan awiwada, tan adol awelya, tan paguna-dosa. Astainya ngaranya tan amaling-maling, tan angalap drewya ning lyan yan tan ubhaya.
Artinya :
Ahimsa artinya tidak membunuh-bunuh. Brahmacarya artinya tidak mau beristri. Satya artinya tidak berbohong. Awyawaharika artinya tidak berperkara, tidak berjual beli tidak mau menghakimi demikian saja mana salah mana yang benar terhadap orang lain. Asteya artinya tidak mencuri, tidak mengambil hak milik orang lain sebelum disetujui.
Ā Dalam Nitissastra (V3) dikatakan :
Wasita nimittanta manemu laksmi,
Wasita nimittanta pati kapangguh,
Wasita nimittanta manemu dukha,
Wasita nimittanta manemu mitra.
Ā Artinya :
Karena kata-kata engkau mendapat kebahagiaan
Karena kata-kata engkau menemui ajalmu
Karena kata-kata engkau menderita nestapa
Karena kata-kata engkau mendapat kawan.
Ā
Nitisastra IV sloka 10
Pangdening kali murkaning jana wimoha matukar arebut kawiryawan.
Tan wring ratnya makol lawan bhratara wandhawa, ripu kinayuh pakasrayan
Dewa- drewya winasa dharma rinurah kabuyutan inilan padasepi
Wyartha ng sapatha su prasasti linebur tekaping adharma murka ring jagat
Ā Artinya :
Karena pengaruh jaman Kali, manusia menjadi kegila-gilaan, suka berkelahi, berebut kedudukan yang tinggi-tinggi. Mereka tidak mengenal dunianya sendiri,Ā bergumul melawan saudara-saudaranya dan mencari perlindungan kepada musuh. Barang-barang suci dirusakkan, tempat ātempat suci dimusnahkan, dan orang-orang dilarang masuk ke tempat suci, sehingga tempat itu menjadi sepi. Kutuk tak berarti lagi, hak istimewa tidak berlaku, semua itu karena perbuatan orang-orang yang murka
Tulisan-tulisan yang saya cetak tebal adalah untuk menjadi fokus renungan kita.Yang pertama ātidak mau menghakimi demikian saja mana salah mana yang benar terhadap orang lainā.Ā Secara sadar saya telah menyadari juga bahwa dominan dari kita cenderung untuk tidak melakukan hal ini. Mengapa? Karena saya kira banyak yang sudah mengaku paling bisa, paling benar dan paling hebat. Entah apakah ini disengaja atau tidak, sering sekali terjadi diskusi intern agama Hindu contohnya yang justru malah kelihatan saling menghakimi, saling mengaku paling benar, dan yang lainnya salah. Jika kita bisa memaknai kembali apa pesan leluhur kita, tentunya damai pulalah diri kita ini dan secara tidak langsung akan mendamaikan lingkungan kita juga. Ada kalanya benar kata pepatah ādiam berarti emasā dan ada pula kalanya benar bahwa ādiam berarti tidak tahuā. Namun seorang yang bijaksana adalah orang yang tahu sesuatu, tetapi bisa memposisikan dirinya, kapan pengetahuannya digunakan,dan untuk apa pengetahuannya ? Akan lebih baik ketika kita mengaku ābahwa kita tahu diri kita tidak tahuā
Yang kedua āKarena kata-kata engkau mendapat kawan.ā Benar sekali adanya demikian, kata-kata memang sangat ampuh untuk mendapatkan kawan, seyogyanya kitapun bisa memilih mana yang merupakan kawan dan mana yang hanya mengaku kawan bagi kita. Demikian pula dalam berbagai diskusi intern seharusnya kita bias membicarakan hal lain yang lebih bermanfaat dibandingkan harus memamerkan sesuatu yang berasal dari satu sumber. Sama saja seperti dua orang anak yang diberi masing-masing hadiah yang sama oleh ayahnya, namun karena hadiah itu terbungkus kertas kado yang berbeda, masing-masing anak hanya melihat dari warna pembungkusnya saja. Dan akhirnya membanding-bandingkan dan akhirnya bertengkar karena satu sama lain kukuh merasa memiliki yang terbaik. Setelah terbuka hadiah itu, apa yang didapat? Ternyata isinya sama. Hanya satu penyesalan yang didapat, rasa malu dan rasa tanggung ingin meminta maaf, ternyata mereka baru menyadari bahwa mereka adalah saudara.
Apabila hal-hal seperti ini dibudayakan, bukankah sama saja kita melakukan hal yang sia-sia? Dimana seharusnya dengan berdiskusi kita makin bisa menambah teman, mengetahui berita bervariasi bagaimana pengalamannya dengan Hindu? Apakah mesti kita bertanya tentang Tuhan? Bagi saya Tuhan itu Privasi, jadi jika ada yang bertanya siapa Tuhan mu? Saya boleh tidak menjawab.
āBergumul melawan saudara-saudaranya dan mencari perlindungan kepada musuhā melek sedikit, kalau kita membaca kitab suci tentu tak akan sama dengan membaca watak ramalan Bintang atau Zodiak. Kebiasaan membaca Zodiak adalah heran dan kagum ternyata watak kita bisa diramalkan dengan baik. Biasanya juga kita membaca dengan keras mana yang baik-baik saja, sedangkan yang buruk dibaca dalam hati. Beda dengan membaca Kitab suci, membaca kitab suci seperti membaca bocoran Wikileaks, dimana kita harus waspada dan mencari bagaimana cara mengurangi atau menghindari hal-hal yang negatif seperti tulisan diatas bagaimana ciri-ciri jaman Kaliyuga ini. Hal yang perlu kita lakukan adalah menghindarinya, karena manusia masih bisa berkarma.dengan karma lah, kita bisa memanfaatkan ajaran-ajaran Veda dengan baik.
Nah Fokus terakhir adalah āBarang-barang suci dirusakkan,tempatātempat suci dimusnahkanā Ini bermakna universal,bagi seluruh manusia. Jangan sampai hal ini terulang lagi, dimana benda-benda yang mempunyai nilai kultus dan memiliki makna Historical religius bagi agama tertentu dirusak lagi. Marilah kita perangi karma buruk kita dari Asubha Karma menjadi Subha karma. Jika semua manusia percaya Karma Phala, maka untuk berpikir jahat sekalipun kita akan takut. untuk itulah mari kita jaga bersama apa yang leluhur kita berikan kepada kita. Semoga kita bisa menjaga semua yang beliau berikan kepada kita.
Saya berharap positif sekali di tulisan pendek ini. Jika ada kata-kata yang kurang berkenan, mohon dimaafkan. Semua agar kita sadar bahwa kita semua bersaudara, dan ciri-ciri jaman Kaliyuga memang sudah kentara dalam kehidupan kita,secara sadar,maupun tidak.
Ā Om Santih Santih Santih Om
āBergumul melawan saudara-saudaranya dan mencari perlindungan kepada musuhā << benar-benar menggambarkan kondisi umat Hindu di Bali (termasuk di Lombok) saat ini.
bagaimana dengan di lombok ram? coba diceritakan sedikit.
mungkin lebih tepat menggambarkan umat hindu etnis bali karena umat hindu non etnis bali tidak seperti itu. etnis lain persatuan dan persaudaraan seetnis bagus sekali. mari cari tahu kenapa begitu..
memang yang kecil itulah yang harus bersatu. semoga tak terjadi lagi konflik-konflik yang memecah belah persatuan umat.
ohy, menurut apa yang saudara saya pernah katakan,perantauan dari bali di luar sana memang malah lebih solid pak,walaupun mereka berasal dari berbagai wilayah di Bali,asalkan mereka sudah saling tahu bahwa mereka berasal dari Bali,merantau, seagama,merasa senasib, maka persatuan itu akan semakin kuat.
bagi saya malah faktor minoritas mereka disana yang menggembleng mereka agar tetap bersatu. bagaimana dengan yang lainnya? ayo semangat,kita bersatu.sudah saatnya kita menjadikan hal ini teladan.
Salam Prabu…..
Luar Biasa…..
Suksma.
Suksma nggih, saya hanya share saja kok.semoga bisa menjadi obor dalam mengarungi kegelapan di jaman kali ini,walaupun hanya sedikit. š
Rama, Anton :
āBergumul melawan saudara-saudaranya dan mencari perlindungan kepada musuhā << benar-benar menggambarkan kondisi umat Hindu di Bali (termasuk di Lombok) saat ini
mungkin lebih tepat menggambarkan umat hindu etnis bali karena umat hindu non etnis bali tidak seperti itu. etnis lain persatuan dan persaudaraan seetnis bagus sekali. mari cari tahu kenapa begitu..
Bagaimana dengan komentar kalian diatas, apakah sudah sesuai dengan :
Nitissastra (V3):
Wasita nimittanta manemu laksmi,
Wasita nimittanta pati kapangguh,
Wasita nimittanta manemu dukha,
Wasita nimittanta manemu mitra.
Artinya :
Karena kata-kata engkau mendapat kebahagiaan
Karena kata-kata engkau menemui ajalmu
Karena kata-kata engkau menderita nestapa
Karena kata-kata engkau mendapat kawan.
Jadi kalau kalian dalam berkomentar belum bisa melaksanan itu bukankah ini juga merupakan sifat orang jaman Kali?
kalau sloka yang bapak kutip itu sloka Etika Hindu pak,sebagai renungan untuk dijadikan pedoman agar kita jangan sampai mendapat kemalangan,musuh,penderitaan, khususnya di jaman kali ini.
dalam Hindu berkata yang baik dinamakan wacika.berfikir yang benar adalah manacika,dan berbuat yang benar dinamakan kayika.semua adalah bagian dari Tri Kaya Parisudha.
dan secara tak langsung ketiga aspek tadi adalah bagian dari karma kita,makanya kita diharapkan bisa berhati-hati terhadap apa yang kita katakan,pikirkan dan lakukan.
ohy, kalau ngetik komentar asalkan ga dibarengi dengan berucap,mungkin saya cenderung mengatakan bahwa kita sedang berpikir(tulisan apa yang ingin diketik) dan berbuat(mengetik komentar). setuju ga? š
EDY :
@: “kalau ngetik komentar asalkan ga dibarengi dengan berucap,mungkin saya cenderung mengatakan bahwa kita sedang berpikir(tulisan apa yang ingin diketik) dan berbuat(mengetik komentar)”.
Baik Pak Edy bilang berpikir silahkan………..berbuat silahkan……..sah…sah…saja dan benar.
Pertanyaan tiang buat Pak Edy maupun yg lain dari komentar Bpk Rama dan Anton :
@RAMA : āBergumul melawan saudara-saudaranya dan mencari perlindungan kepada musuhā << benar-benar menggambarkan kondisi umat Hindu di Bali (termasuk di Lombok) saat ini"
@ANTON : "mungkin lebih tepat menggambarkan umat hindu etnis bali karena umat hindu non etnis bali tidak seperti itu. etnis lain persatuan dan persaudaraan seetnis bagus sekali. ."
Apakah komentar tadi sudah menjalankan yg namanya " berfikir yang benar = manacika dan berbuat yang benar yg dinamakan kayika?
Apakah ini bisa digolongkan pemikiran orang jaman kali?
1. @RAMA : āBergumul melawan saudara-saudaranya dan mencari perlindungan kepada musuhā << benar-benar menggambarkan kondisi umat Hindu di Bali (termasuk di Lombok) saat ini"
saya :keadaaan di Bali memang begitu sekarang pak,meskipun juga tidak semua seperti itu. untuk yang di Lombok, makanya komentar saya nge-reply menanyakan "bagaimana dengan di lombok ram? coba diceritakan sedikit.", kebetulan si rama belum menanggapi pak.
2. @ANTON : "mungkin lebih tepat menggambarkan umat hindu etnis bali karena umat hindu non etnis bali tidak seperti itu. etnis lain persatuan dan persaudaraan seetnis bagus sekali. ."
saya :
saya tidak setuju jika dikatakan lebih tepat, tapi memang ada hal-hal demikian, "dimanapun itu". karena konflik di salah satu wilayah tentu menjadi pencitraan tersendiri bagi masyarakat luar Bali terhadap Bali keseluruhan.mungkin lebih tepat lagi, kita tunggu feedback nya bli. š
EDY :
” memang ada hal-hal demikian, “dimanapun itu”. karena konflik di salah satu wilayah tentu menjadi pencitraan tersendiri bagi masyarakat luar Bali terhadap Bali keseluruhan”.
“Hal-hal demikian” ada dimanapun kami setuju apalagi di jaman kali.
Pertanyaan tiang :
1.Kenapa memfonis langsung ke BALI, bagaimana dengan daerah
lain yg mungkin tidak tersorot khalayak umum apakah Bapak
tahu?
2.Bagaimana dengan pertanyaan saya sebelumnya :
Apakah komentar teman kita sudah menjalankan yg namanya ”
berfikir yang benar = manacika dan berbuat yang benar yg
dinamakan kayika?
Apakah ini bisa digolongkan pemikiran orang jaman kali?
1.Kenapa memfonis langsung ke BALI, bagaimana dengan daerah
lain yg mungkin tidak tersorot khalayak umum apakah Bapak
tahu?
saya :
saya juga dari Bali pak,tinggal di Bali.yang saya jadikan cermin tentunya mesti yang terdekat dulu, di wilayah yang benar-benar kita tempati. jangan berpikiran bahwa saya menjudge “hanya” Bali yang demikian, namun di banyak tempat juga ada, bahkan mungkin bisa lebih parah. sengaja saya letakan tulisan ini di category Filsafat,agar bukan menjadi ajang judge sana-sini. yang saya harapkan agar kita merenung,dan mencari solusi pak.
2.Bagaimana dengan pertanyaan saya sebelumnya :
Apakah komentar teman kita sudah menjalankan yg namanya ā
berfikir yang benar = manacika dan berbuat yang benar yg
dinamakan kayika?
Apakah ini bisa digolongkan pemikiran orang jaman kali?
saya :
Tri Kaya Parisudha sangatlah sulit dijalankan,apalagi oleh orang2 awam seperti kita pak, prasangka buruk juga sulit dihilangkan.untuk hal ini ,tentunya bukan saya parameter yang harus digunakan untuk mengetahui pikiran,ucapan dan perbuatan itu, namun diri kita sendiri. hati nurani kita tak pernah bohong. karma baik atau buruk tentunya kita sendiri yang akan menikmati hasilnya.
Saya setuju dengan pendapat Pak Edy jangan langsung memfonis secara keseluruhan hanya karena ulah segelintir oknum.
Mari kita intropeksi kedalam diri dulu, mari besama-sama belajar berpikir,berbicara dan berbuat baik dan benar seperti apa yg tertuang dalam tulisan ini salah satunya komentar diweb ini. Kami rasa Pak Edy setuju dengan berkomentar yg baik dan benar sudah belajar menerapkan nilai-nilai diatas
Suksema Pak Edy senang bisa mengenal Bapak.
iya pak,lebih bermanfaat kalau kita mencari solusi terhadap masalah-masalah yang ada.semoga juga pesan penulis dipahami dengan baik,sama seperti pemahaman pak Yansen yang sudah sangat paham dengan maksud tulisan ini.
senang juga saya berdiskusi dengan bapak. š
harapan saya,mari kita bersatu walaupun sangat berat di jaman Kaliyuga ini.perbedaan,etnis,dan pembeda lainnya jangan dijadikan alasan untuk menilai kualitas dan akhirnya menimbulkan pengkotak-kotakan ajaran Hindu itu sendirio.
jayalah Hindu
renungkan juga lirik lagu dari Band Bali kebanggaan kita : SID
“kutatap dunia, terasa perih luka didada, pertempuran manuisa yang buta indahnya perbedaan”
“ku bisa engkau pun bisa melupakan kebencian yang ada, bersama kita terluka, bersama kita bisa tertawa”
“ayo bangun dunia didalam perbedaan jika satu tetap kuat kita bersinar, harus percaya dan ada yg sempurna, dan dunia kembali tertawa”
š
mantap banget bos,
memang salah satu penyatu kita sebagai manusia adalah musik.
selain itu juga ada sepakbola.
menonton acara musik atau menonton acara bola,pandangan kita sama-sama tertuju pada satu obyek saja,semuanya fokus dan secara tak langsung menumbuhkan semangat persaudaraan dan kekeluargaan.
setidaknya hal itu bisa kita aplikasikan juga di dalam kehidupan sehari-hari agar kita senantiasa ingat,kita bersumber dari sumber yang sama,dan bertujuan sama.
semoga kedepannya, SID dan atau para pengharum nama Bali khususnya bisa juga membawakan pesan-pesan luhur leluhur kita.begitu juga untuk semua umat Hindu lainnya yang tersebar di berbagai pelosok,semoga tetap solid.
jayalah Hindu.
@Subha_Karma
Kami semua mendapat pesan dari tulisan anda ini.
tetapi yg menjadi keraguan saya adalah, di satu sisi, anda menekankan pada kritik tajam, spt tulisan “Bali (Baang Anake Liang Ingkel-ingkel)”, dll. namun di sini dan di tulisan anda sebelumnya, anda seolah mengajarkan jangan mengkritik. bahkan jgn sampai mengurusi hal2 spt itu!
apakah ini menunjukkan anda semakin bijaksana, atau dari semula semua adalah plan anda? (kalau boleh saya bertanya dgn bercanda, tanpa maksud menyinggung, apakah saat anda menulis artikel2 sebelumnya, pikiran anda termasuk yg sesuai dgn kriteria2 di atas, atau baru menyesuaikan? no offens ya, hehe…)
Sloka2 yg anda angkat pas. namun ada kekurangan menurut saya pribadi.
Walaupun branded “kaliyuga” tapi menurut saya tema ini masih di “dwaparayuga”
pesan yg ‘saya’ tangkap dari tulisan di atas adalah “bagaimana supaya terhindar dari (…)”
sedangkan solusi yg dibutuhkan untuk kaliyuga ini menurut ‘saya’ adalah “bagaimana cara untuk menyelesaikan (…)”
Sekarang sudah kaliyuga, sudah tidak bisa dihindari. setiap kita add +10 teman di FB, kita add +1 musuh di dunia nyata, sebagaimanapun kita berusaha meminimalisirnya. sehalus apapun kita berbicara, tetap bisa bikin orang tidak senang. dan sekalipun kita duduk bertapa di dalam gua dan tidak terlibat urusan duniawi, masih saja orang yg berkata jelek2 thd kita.
salah seorang yg sangat inspiratif bagi saya pernah berkata, kita harus siap membom diri kita sendiri. “kalau dulu Bali tidak dibom, tidak akan ada wacana mengajegkan Bali!”
inilah yg terjadi pada kaliyuga, menurut hemat saya.
Semoga anda tidak salah menanggapi komentar saya, dan saya berharap tanggapan anda.
Salam
bapak :
Kami semua mendapat pesan dari tulisan anda ini.
tetapi yg menjadi keraguan saya adalah, di satu sisi, anda menekankan pada kritik tajam, spt tulisan āBali (Baang Anake Liang Ingkel-ingkel)ā, dll. namun di sini dan di tulisan anda sebelumnya, anda seolah mengajarkan jangan mengkritik. bahkan jgn sampai mengurusi hal2 spt itu!
saya :
saya pribadi sangat berterimakasih kepada bapak atas komentarnya,sangat memberikan saya pencerahan.
saya memang sangat peduli terhadap Bali pak,karena saya orang Bali tulen,bukan Hare Krishna. saya penganut Siwa Sidhanta (mungkin) sama seperti bapak. saya sengaja mengkritik dan bahkan saya mengirim email ke alamat email gubernur agar kedepannya disikapi lebih baik lagi(mudah-mudahan ada manfaatnya). saya memposisikan diri sebagai seorang umat Hindu sekaligus sebagai rakyat yang bebas berpendapat,apalagi demi kemajuan bersama, bagi saya pribadi, tak apalah mengorbankan diri saya diasumsikan negatif seperti apapun.tapi setelah membaca artikel itu ternyata banyak juga yang penasaran dan akhirnya tahu bagaimana bibit-bibit terkikisnya ajeg Bali berkembang cepat.:)
bapak :
apakah ini menunjukkan anda semakin bijaksana, atau dari semula semua adalah plan anda? (kalau boleh saya bertanya dgn bercanda, tanpa maksud menyinggung, apakah saat anda menulis artikel2 sebelumnya, pikiran anda termasuk yg sesuai dgn kriteria2 di atas, atau baru menyesuaikan? no offens ya, heheā¦)
saya :
kalau ini dikatakan plan,sama sekali bukan,karena saya memang saya suka menulis hal-hal yang menurut saya bagus untuk di informasikan dan direnungkan,dan itupun random dalam otak saya dan sesuai keadaan juga. mengenai bagaimana opini nya, tentunya kita tahu bahwa semua ada timbal baliknya,jadi komentar yang bagaimanapun saya terima sebagai bagian dari perkembangan saya pribadi.
kalau ini dikatakan menunjukan semakin bijaksana,mungkin iya,mungkin juga tidak,karena saya tak tahu parameter untuk mengukur kebijaksanaan. saya serahkan pada opini rekan-rekan saja.
bapak :
Sloka2 yg anda angkat pas. namun ada kekurangan menurut saya pribadi.
Walaupun branded ākaliyugaā tapi menurut saya tema ini masih di ādwaparayugaā
pesan yg āsayaā tangkap dari tulisan di atas adalah ābagaimana supaya terhindar dari (ā¦)ā
sedangkan solusi yg dibutuhkan untuk kaliyuga ini menurut āsayaā adalah ābagaimana cara untuk menyelesaikan
saya : terima kasih banyak atas koreksinya,namun bagi saya menghindari adalah usaha pertama dalam bersolusi, apakah bagi bapak menghindari sesuatu yang buruk bukan salah satu solusi? satu hal yang bisa dipakai renungan adalah saya,bapak dan semua umat manusia adalah sama dalam hal kecenderungan melakukan sesuatu. jika ada (misalnya) 1.000.000 triliyun manusia di bumi ini yang berusaha “menghindari” hal-hal negatif,bukankah sangat solutif pak?
bapak :
Sekarang sudah kaliyuga, sudah tidak bisa dihindari. setiap kita add +10 teman di FB, kita add +1 musuh di dunia nyata, sebagaimanapun kita berusaha meminimalisirnya. sehalus apapun kita berbicara, tetap bisa bikin orang tidak senang. dan sekalipun kita duduk bertapa di dalam gua dan tidak terlibat urusan duniawi, masih saja orang yg berkata jelek2 thd kita.
saya :
mana lebih susah menghindari daripada menyelesaikan pak?
mohon pencerahannya.
bapak :
salah seorang yg sangat inspiratif bagi saya pernah berkata, kita harus siap membom diri kita sendiri. ākalau dulu Bali tidak dibom, tidak akan ada wacana mengajegkan Bali!ā
inilah yg terjadi pada kaliyuga, menurut hemat saya.
Semoga anda tidak salah menanggapi komentar saya, dan saya berharap tanggapan anda.
Salam
saya :
kalau saya siap “dibom” oleh siapa saja termasuk bapak, apalagi saya pak. makanya santai saja, saya siap terhadap berbagai pendapat dan masukan.
dan terima kasih sekali atas komentar bapak yang bijak ini pak,semoga bisa ditularkan ke saya. š
_/_
nice ternyata S adalah Subha karma
tapi apa tidak terlalu lama itu 432000 tahun, lagian kok avatar turunya ngumpul semua di treta sampai dwapara, padahal kemerosotan moral yang parah katanya terjadi di kaliyuga, hayo kenafah?
sudah terlalu lamaaa…
weleh tuh salah lagi khan
maksudnya edy adalah subha karma, bukan S, maaf S maaf edy
nice
@ YANSEN
lagi-lagi komen saya disalah artikan. mudah-mudahan anda selalu berpikr baik terhadap org lain. saya bangga dengan orang bali saya juga bangga dengan hindu. bahkan katanya orang yang lahir di india atau di bali adalah orang yang sangat beruntung. orang bali di daerah saya dikenal jujur, baik, pekerja keras, pinter-pinter, dan masih banyak lagi.. apakah cukup kita tahu kelebihan kita saja. katanya orang yang kuat adalah orang yang tahu kelemahannya.di daerah saya orang bali atau umat hindu dari segi kuantitas no 2 setelah islam tapi sangat susah orang bali menduduki jabatan-jabatan penting. memang sdh ada. tapi kenapa yang sdh menjabat ini sangat jarang mau menolong teman bali yang lain biar yang lain jg ikut sukses seperti etnis-etnis lain. bahkan ada dosen etnis bali yang pengen jadi anggota dewan tpi dijegal oleh teman-temannya sehingga si dosen menjadi muslim karena kecewa. di kampung saya banyak tidak saling omong padahal mereka masih satu keluarga. ini contoh kecil tpi kenyataannya seperti itu. ini sifat orang bali yg perlu kita hilangkan supaya kita menjadi kuat.. sdh banyak teman kita yang mencari tahu kenapa muncul sifat ini. ada yang mengaitkan dengan sifat ayam karena orang bali suka mengadu ayam. ada juga penelitian kepiting danau batur dan kepiting danau toba. kepiting danau toba saling bantu untuk keluar dari wadahnya sedangkan kepiting danau batur masing-masing ingin keluar dari wadahnya sambil berkelahi dg temannya sehingga banyak sekali mati. mari kita jadikan renungan bersama..
OM Suastiastu
salam dan hormat buat rekan komentator sekalian..
mungkin diantara rekan-rekan ada yang pernah mendengar tentang “self fulfillment prophecy”?
‘self fulfillment prophecy’ atau “ramalan yang swa-mewujud” dalam bahasa sehari-hari merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan :
suatu kejadian, atau suatu kondisi yang terjadi karena disebabkan orang-orang berperilaku dengan kesadaran yang dikendalikan atau dilekati oleh kepercayaan terhadap suatu ramalan, sehingga tanpa disadari, dengan sendirinya bertindak sesuai dengan ramalan tersebut. Sehingga menjadi penyebab terwujudnya ramalan tersebut.
ambil contoh:
Kamsa yang diramalkan akan dibunuh oleh keponakannya (putra Devaki), karena rasa takut akan terwujudnya ramalan itu, maka Kamsa melakukan pembunuhan terhadap putra-putra Devaki dan pemenjaraan terhadap Devaki beserta suaminya, sehingga hal tersebut di kemudian hari malah menimbulkan reaksi berupa permusuhan dan rasa tidak suka dari Krishna keturunan Devaki, yang akhirnya malah benar-benar menyebabkan Kamsa menuai ajalnya di tangan Krishna.
Raja Suddhodana, raja suku sakya, ayah sang Buddha yang diramalkan bahwa putranya akan memilih kehidupan sebagai petapa jika sang putra melihat 4 hal (orang sakit, orang tua renta, petapa, dan upacara kematian), dimana ramalan ini bertentangan dengan keinginan raja untuk menjadikan putranya sebagai pewaris tahta. Dipicu ramalan tersebut ia melakukan segala sesuatu untuk menyembunyinya kenyataan tentang keberadaan 4 hal tersebut dari Siddharta (bahkan raja memerintahkan jangan sampai Siddharta melihat bunga layu, atau hewan yang sekarat), guna menutupi realitas dunia yang oleh raja ditakutkan akan menjadi pemicu bagi Siddharta untuk mencari jalan bagi berakhirnya penderitaan seluruh mahluk.
sehingga yang Siddharta tahu hanyalah istana, dan realitas semu yang diatur oleh raja untuknya.
di kemudian hari siddharta mengetahui realitas yang ditutupi sang raja, disanalah dia mengalami keguncangan, yang menyebabkan perubahan paradigma, dan tekad yang kuat untuk mencari jalan sejati demi berakhirnya derita seluruh mahluk.
nah sekarang kita balik kondisinya, jika Kamsa tidak percaya dengan ramalan kemudian tetap memperlakukan Devaki dan putra putranya dengan hangat dan baik (karena sejatinya Kamsa adalah kakak yang sangat sayang dengan adiknya, Devaki), maka secara nalar tidak ada penyebab bagi kematiannya di tangan Krishna.
demikian pula dengan raja Suddhodana , jika raja tidak acuh pada ramalan mengenai 4 hal tersebut, dan tidak menghindarkan putranya dari 4 hal tersebut, membuat 4 hal tersebut terlihat lumrah bagi putranya, maka secara nalar tidak ada penyebab bagi siddharta untuk mengalami keguncangan paradigma yang menuntunnya pada tekad mencapai pencerahan, dan mengajarkan jalan tersebut kepada semua mahluk.
disebutkan pula dalam AlQuran (CMIIW), bahwa kiamat tidak akan terjadi sampai orang yahudi musnah dari muka bumi. disebutkan pula tentang penaklukan islam atas negara-negara di eropa (Rum). Bagaimana tidak hal ini pasti menimbulkan antipati dan permusuhan (yang potensial tersimpan dalam kesadaran, kemudian memicu perilaku). Jika kita coba nalar apakah sentimen antibarat, sentimen antiislam di barat, perebutan negara, permusuhan antaragama, menjadi benar-benar terjadi karena kekeliruan untuk mempercayai sesuatu yang malah menyebabkan itu terwujud?
bahkan di dunia modern, kita ambil contoh pada pasar modal. Krisis finansial khususnya kerontokan bursa lebih banyak dominan disebabkan oleh reaksi ketakutan akan terjadinya bearish atau kelesuan bursa yang malah memicu perilaku panik, sehingga malah benar-benar menyebabkan terjadinya bearish tersebut (padahal secara fundamental itu tidak perlu terjadi seandainya investor tetap rasional). Seorang investor kawakan, Warren Buffet, mewanti wanti agar para investor lain untuk tidak mudah terbawa isu-isu yang menyebabkan kepanikan atau reaksi reaksi irasional.
jadi intinya kalau kita renungkan, segala ramalan itu terjadi karena kita sendiri yang menyebabkannya terjadi, karena kita telah mempercayai suatu yang keliru, dan menyebabkan kita bertindak secara keliru yang malah menyebabkan sesuatu itu terjadi.
jika kita menyimak sejarah dunia kuno ribuan tahun lalu, banyak peristiwa yang menunjukkan bahwa masa lalu sama parahnya dengan masa kini, atau bahkan lebih parah, sebagai contoh perbudakan manusia, ekspansi kekuasaan atau perebutan tahta yang menyebabkan pembantaian besar-besaran, wabah penyakit yang mematikan merajalela, pembunuhan antarkeluarga, pembunuhan guru, dengan atau atas basis pembenaran yang dibuat buat dan tak berdasar tanpa bukti dapat ditengok juga terjadi di masa lampau.
lalu bagaimana dengan kepercayaan mengenai kaliyuga? karena suatu kepercayaan yang cenderung negatif, tanpa disadari dan secara tidak langsung pasti menciptakan atau menggiring pada sesuatu yang sesuai, atau sama negatifnya dengan ramalan tersebut.
parahnya semua agama meramalkan masa depan yang suram, masa masa penantian suram yang panjang hingga datangnya para penyelamat. semua menunggu penyelamat, semua menunggu diselamatkan.
apakah kepercayaan itu baik? silahkan nilai sendiri
ya setuju intinya, jangan pusing2 dengan ramalan mengenai masa depan. karena masa depan ditentukan oleh apa yang kita lakukan pada masa kini. jadi jalanilah masa kini dengan sebaik-baiknya. tapi apa orang-orang dogmatis mau dengar pendapat model ini yah? susah sih karena cenderung dicekoki dengan kepercayaan yang destruktif bagi masyarakat, bumi, dan dirinya sendiri.
mengapa? karena kepercayaan mengenai kaliyuga juga memicu terjadinya pembiaran, atau permakluman atas segala kekacauan dan ketidakadilan yang terjadi di muka bumi (selama hal tersebut tidak ada sangkut pautnya dengan dirinya, selama hal tersebut tidak mengusik kepentingannya, maka pasti dia cuma berujar “maklum karena ini memang kaliyuga”)
“capek deh capek deh capek deh kalian kok nggak ngerti ngertiii
capek deh capek deh capek dehhh, lebih baik kucari yang baru”
komentar yang bijak, namun dibagian perlu juga dibaca kutipan tulisan diatas yaitu :
“kalau kita membaca kitab suci tentu tak akan sama dengan membaca watak ramalan Bintang atau Zodiak. Kebiasaan membaca Zodiak adalah heran dan kagum ternyata watak kita bisa diramalkan dengan baik. Biasanya juga kita membaca dengan keras mana yang baik-baik saja, sedangkan yang buruk dibaca dalam hati. Beda dengan membaca Kitab suci, membaca kitab suci seperti membaca bocoran Wikileaks, dimana kita harus waspada dan mencari bagaimana cara mengurangi atau menghindari hal-hal yang negatif seperti tulisan diatas bagaimana ciri-ciri jaman Kaliyuga ini. Hal yang perlu kita lakukan adalah menghindarinya, karena manusia masih bisa berkarma.dengan karma lah, kita bisa memanfaatkan ajaran-ajaran Veda dengan baik.”
lebih fokus lagi ke ini , “membaca kitab suci seperti membaca bocoran Wikileaks, dimana kita harus waspada dan mencari bagaimana cara mengurangi atau menghindari hal-hal yang negatif seperti tulisan diatas bagaimana ciri-ciri jaman Kaliyuga ini”
mari jangan berpikir untuk membiarkan atau maklum karena dengan adanya ciri-ciri jaman ini,kita ubah mindset kita untuk berpikir bahwa, segalanya karena karma.kitab suci ada bukan untuk semata dibuktikan kebenarannya saja,namun jika dalam konteks ini,marilah kita gunakan kitab suci untuk obor di kegelapan ini.jika bisa seperti itu maka kita tidak akan santai-santai apalagi menganggap segala sesuatu telah ada yang mengatur semuanya,bahkan mengatur karma kita.bayangkan jika hal itu terjadi,bisa-bisa kita bangga dengan adanya penghancuran tempat-tempat ibadah karena kita anggap telah sesuai dengan isi kitab suci.
dan komentar saya diatas juga sudah menyinggung sedikit tentang 3 karma kita, Tri Kaya Parisudha.
heran saya kok munafik sekali ya?!
jujur aja deh, intinya orang-orang HK mau:
1. semua orang bali meninggalkan agama hindu bali saat ini kemudian menjadi seperti orang-orang harekrsna
2. orang orang bali meninggalkan budaya bali saat ini kemudian mengadopsi budaya india (liat saja dari cara berpakaian orang orang HK, khususnya wanita, pakai sari ala india padahal muka melayu tulen, lalu apa bedanya dengan orang-orang jawa yang terabisasi sehingga para wanitanya memakai burqa (kerudung bercadar full body))?????
ayolah jujur apa, katakan niat kalian ndak usah seperti musang berbulu domba, ksatria saja bilang “keneh cange kene!”
janganlah memprovokasi
Tulisan anda ini korelasinya terhadap siapa? gung ngara? ini bukan artikel milik gung ngara, tapi artikel admin yang lain,yang bukan orang Hare Krishna.
saya tunggu dulu dech klarifikasinya. š
sebenarnya yah
tujuan misionaris/mubaligh/adikara apapun itu baik, yakni ingin menyelamatkan jiwa jiwa yang tersesat, namun sayangnya definisi “tersesat” ini menurut persepsi atau sudut pandang mereka masing masing.
A beranggapan B sesat dan perlu diselamatkan, B beranggapan A sesat dan perlu diselamatkan, C beranggapan A dan B sesat sehingga perlu diselamatkan, D beranggapan A, B, dan C sesat sehingga perlu diselamatkan… dst
tapi senyata nyata yang berbeda dari agama A, B, C, dan D itu apa sih? biasanya sih dogma dogmanya
tapi esensi dari kesemuanya itu sama, tul gak CMIIW? perbuatan benar, berpikir benar, berkata benar, dengan basis nilai etika dan moralitas universal yang mirip mirip.
sekarang saya mau tanya nih? menurut agama kalian semua, entah islam, hindu, kristen, katolik, budha. kalau orang atheis yang baik semasa hidupnya, kalau mati rohnya kemanah?
karena :
1. dia gak percaya pada Tuhan, pada surga neraka dsb. dia berbuat baik semata mata didorong oleh pedoman etik moralitas sebagai manusia. melakukan apa yang semestinya dilakukan atas dasar kemanusiaan, dan nilai nilai universal.
2. dia menyumbang ke panti asuhan secara anonim atau sembunyi sembunyi karena memang dia tidak mengharap pujian dari masyarakat apalagi pahala atau karma baik, dia melakukan karena tahu itu adalah haknya sebagai manusia.
kemanakah orang macam ini pergi? apakah orang ini lebih baik dari orang orang yang berbuat dengan berharap sesuatu, bahkan sesuatu yang bersifat rohani sekalipun?
justru kita mesti bisa berpikir sebaliknya pak,agar jangan kita terlalu tersugesti dengan ramalan secara parah.
saya rasa tanpa diramal pun,kekacauan itu tetap terjadi.makanya dalam tulisan ini saya mengajak untuk bisa menghindari,bukan mabuk terhadap sebuah ramalan,dimulai dari kita sendiri.pikiran kita,perkataan serta perbuatan kita sendiri.
kalau semuanya bisa memanfaatkan ramalan untuk menghasilkan sesuatu yang positif,itu yang sangat diharapkan, bukannya ketakutan,lantas berbuat secara berlebihan.
dan dalam Veda pun dikatakan bahwa sesuatu yang berlebihan itu tidaklah baik.
ohy saya ingat satu kisah tanda-tanda masa peralihan ke jaman kaliyuga dimana perang wangsa yadawa berlangsung,
bahkan Krishna pun tak dapat mengatasinya.
kenapa bisa seperti itu? apa itu karena pengaruh ramalan juga?atau pengaruh lain?
tentu ceritanya harus diakhiri seperti itu, jika tidak maka akan ada manusia di bumi saat ini yang punya gen Tuhan (keturunan Krishna)
tapi apakah sekian banyak keturunan dari 16107 istri beliau semuanya mati karena peristiwa itu? seru saja kalo dibayangkan ada 1 yang selamat dan berketurunan sehingga di bumi ini masih ada sekelompok manusia yang punya kode genetik Tuhan
@Subha_Karma yg ternyata Pak Edy
Saya baru 23, apa lebih tua dari anda? jika tidak, tidak perlu panggil Pak, takutnya merendahkan martabat anda…
Anda : terima kasih banyak atas koreksinya,namun bagi saya menghindari adalah usaha pertama dalam bersolusi, apakah bagi bapak menghindari sesuatu yang buruk bukan salah satu solusi? satu hal yang bisa dipakai renungan adalah saya,bapak dan semua umat manusia adalah sama dalam hal kecenderungan melakukan sesuatu. jika ada (misalnya) 1.000.000 triliyun manusia di bumi ini yang berusaha āmenghindariā hal-hal negatif,bukankah sangat solutif pak?
Saya : dalam catur itu diistilahkan “good deffense is a great offense” “pertahanan yg bagus adalah penyerangan yg baik” bukan begitu?
Kenapa sebelumnya saya sebut Dwapara?
Karena mencegah lebih baik dari mengobati. namun ini kaliyuga. artinya kalau diumpamakan badan, sudah sakit. jadi MENCEGAH penyakit bertambah itu perlu, tapi MENGOBATI juga harus diprioritaskan.
Dwapara ibarat belum sakit. maka pencegahan dioptimalkan.
(tapi maaf sekali lagi, itu semua hanya pandangan pribadi saya)
Seperti kain putih bersih, di kaliyuga ini dibutuhkan mental yg tidak hanya tahu bagaimana cara supaya tak ternoda, namun juga mental yg siap bergumul dgn noda2 itu. untuk membersihkan kain kita sendiri dan kain orang lain.
Avatara2 yg lahir selalu mengotori tangan mereka dengan urusan2 duniawi manusia, semua untuk menyelamatkan manusia sendiri.
Salut dgn wacana2 anda. juga upaya2 anda untuk bertindak langsung dgn menyurati Pak Gubernur. Kalau boleh tahu, anda berdomisili di mana? saya juga dari Bali.
——–
@Ramalan & āself fulfillment prophecyā
sekali lagi menurut saya, KALIYUGA dan SATYAYUGA itu bukanlah sebuah ramalan, apalagi suatu penanggalan astronomis, suatu hitung2an tahun yg bisa dipastikan.
Yuga adalah tingkat spiritual manusia secara global.
ketika pikiran kita secara konsisten dalam kedamaian, kita telah masuk satyayuga. ketika 80% manusia di bumi berpikiran seperti itu, dunia kemudian disebut masuk Satyayuga. begitu juga ketika 90% pikiran2 manusia dipenuhi kejahatan. itulah jaman kaliyuga.
Fenomana2 alam yg katanya berkaitan dgn tanda2 yuga, saya rasa terjadi setiap saat, tidak hanya pada yuga itu.
so, maksud saya adalah, kita bisa tidak usah menunggu 4000 tahun lagi. kita bisa mulai satyayuga sekarang, mulai dari diri kita sendiri. lalu keluarga, masyarakat, maka seluruh dunia akan mencapai satyayuga.
Andaikata kita menunggu 4000 tahun itu datang, jika moral manusianya tidak dirubah, bahkan 50.000 tahun lagi sekalipun, akan tetap sama seperti ini.
Bukannya menyalahkan ramalan2 itu, namun ramalan2 yg disertai penanggalan yg kongkrit sering kali meleset (lihat artikel “sabda palon”). dan sangat tidak masuk akal jika tiap mahayuga demi mahayuga jatuhnya pas sama. pasti ada variasi antara panjang pendeknya satu yuga pada tiap mahayuga. so, mungkin kita bisa memperpendek kaliyuga kali ini. kenapa tidak?
Bapak :
@Subha_Karma yg ternyata Pak Edy
Saya baru 23, apa lebih tua dari anda? jika tidak, tidak perlu panggil Pak, takutnya merendahkan martabat andaā¦
saya :
wah,kok bisa sama ya? saya juga 23 tahun pak.ohya,tentang penggunaan kata bapak,saya menggunakan landasan sastra juga pak.
dalam Nitisastra VIII.3 yang menyatakan bahwa :
orang yang boleh kita panggil bapak di dunia ini ada lima macam pak,yaitu :
1. orang yang menyelamatkan jiwa kita ketika mendapat bahaya maut.
2. orang yang memberikan makan minum kepada kita selama kita hidup tanpa menginginkan balasan.
3. orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada kita.
4. orang yang menyucikan diri kita.
5. dan sudah tentu orang yang menyebabkan kita lahir.
nah, bapak sendiri saya kategorikan pda point ketiga ,”orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada kita”
makanya saya tak tanggung-tanggung memanggil bapak kepada anda.semoga bapak juga tidak tersinggung dengan hal ini. š
bapak :
Kenapa sebelumnya saya sebut Dwapara?
Karena mencegah lebih baik dari mengobati. namun ini kaliyuga. artinya kalau diumpamakan badan, sudah sakit. jadi MENCEGAH penyakit bertambah itu perlu, tapi MENGOBATI juga harus diprioritaskan.
Dwapara ibarat belum sakit. maka pencegahan dioptimalkan.
(tapi maaf sekali lagi, itu semua hanya pandangan pribadi saya)
saya : wah mantap sekali,pandangan-pandangan seperti inilah yang menuntun saya untuk menyatakan bahwa bapak adalah benar-benar pantas dikatakan bapak seperti yang termuat dalam Sloka Nitisastra diatas.terimakasih sekali atas pandangannya.tapi bagi saya jika sugesti bahwa “kita sudah sedang sakit” di jaman ini, akan menurunkan kemauan untuk mengobatinya pak. lebih baik kita mengatakan “mencegahnya” pak,karena motivasi yang ditimbulkan jauh lebih besar. maaf inipun pandangan pribadi saya juga,tujuannya untuk tidak pasrah saja. š
bapak :
sekali lagi menurut saya, KALIYUGA dan SATYAYUGA itu bukanlah sebuah ramalan, apalagi suatu penanggalan astronomis, suatu hitung2an tahun yg bisa dipastikan.
Yuga adalah tingkat spiritual manusia secara global.
ketika pikiran kita secara konsisten dalam kedamaian, kita telah masuk satyayuga. ketika 80% manusia di bumi berpikiran seperti itu, dunia kemudian disebut masuk Satyayuga. begitu juga ketika 90% pikiran2 manusia dipenuhi kejahatan. itulah jaman kaliyuga.
saya :
ya,dan ini merupakan pengaruh jaman pak.sayapun kurang begitu tau perbedaannya dimana. apa bahan dari pengaruh jaman ini?,apakah dijaman kaliyuga ini Tuhan membentuk unsur-unsur pembentuk makhluknya lebih kasar atau KW rendah? atau bagaimana,sampai-sampai kitab suci meramalkan demikian. kita hidup kebetulan sampai detik ini di jaman yang secara hitung-hitungan kitab suci adalah kaliyuga. tentunya kitapun tak harus pasrah dengan ramalan ini,tapi melakukan hal terbaik dimulai dari diri kita sendiri.dan sekali lagi sebuah ramalan yang kita telisik adalah maknanya. maka kita akan bisa mengerti bagaimana menghadapinya,entah itu dihindari di satu situasi,atau diobati di situasi lain.
bapak :
Fenomana2 alam yg katanya berkaitan dgn tanda2 yuga, saya rasa terjadi setiap saat, tidak hanya pada yuga itu.
so, maksud saya adalah, kita bisa tidak usah menunggu 4000 tahun lagi. kita bisa mulai satyayuga sekarang, mulai dari diri kita sendiri. lalu keluarga, masyarakat, maka seluruh dunia akan mencapai satyayuga.
Andaikata kita menunggu 4000 tahun itu datang, jika moral manusianya tidak dirubah, bahkan 50.000 tahun lagi sekalipun, akan tetap sama seperti ini.
Bukannya menyalahkan ramalan2 itu, namun ramalan2 yg disertai penanggalan yg kongkrit sering kali meleset (lihat artikel āsabda palonā). dan sangat tidak masuk akal jika tiap mahayuga demi mahayuga jatuhnya pas sama. pasti ada variasi antara panjang pendeknya satu yuga pada tiap mahayuga. so, mungkin kita bisa memperpendek kaliyuga kali ini. kenapa tidak?
saya :
sepertinya ini diklasifikasikan dengan suatu relatifitas dan kuantitas persen an( dalam ilmu matematika),dimana secara relatif keinginan dan tabiat manusia di berbagai jaman dikelompokan dan dihubungkan dengan persentase yang berbeda juga. misalnya di jaman kaliyuga ini potensi untuk berbuat buruk demikian kuatnya jika dibandingkan dengan sebelumnya.nah jika dikatakan dalam diri sendiri,Bhuana alit memang selalu ada dan mendapat pengaruh yang sama dengan Bhuana agung terkait jaman. makanya segala sesuatunya dimulai dari Bhuana alit terlebih dahulu,kemudian berlanjut ke Bhuana Agung. CMIIW pak,pandangan pribadi juga.
sangat senang memanggil bapak kepada anda.penuh motivasi.
_/_
dulu wktu sy nonton seri Mahabarata pd VCD, sy perhatikan yg pngikut Krishna (Vaisnava) kusyuk bakti n fokus kpd Krisna, bgitu jg pngikut Siwa konsentrasinya pd KUSYUK bakti thd personifikasi yg ia puja. Namun skrg kita malah meyakinkan org yg kita anggap belum benar mnyembah seolah2 cara mereka salah. Syukur tdk trjdi bentrokan fisik sprti di luar sana, tp bila hal sprti ini trus di debatkan bntrokan fisik akn trjd jg, smoga dgn diskusi wawasan kita mningkat, tmbh mutu, tmbh kwalitas. tdk mngarak ke bntrokan fisik.
berhati-hatilah, waspada, eling , bijaksana, ingat dan berbakti kpd yg kita smbah dan kita yakini…………….
karena ini adalah KALIYUGA
Jangan sampailah pak seperti itu. saya aja disini Beda dengan gung ngara,tapi bisa satu web sama bliau.
saya ingin menunjukan bahwa persamaan kita banyak,jangan hanya dicari perbedaaannya saja. mari kita bersatu.banyak hal yang perlu kita diskusikan dan cari solusinya tanpa menyinggung tentang Ketuhanan.
kita sudah minoritas, ga bisa bersatu lagi, apa kata mereka yang mayoiritas? ketawa saja dach mereka.
antisipasi sedikit demi kemajuan bersama.
_/_
Jempol buat semua…
selamat berdiskusi dengan bijak….
jempol juga buat bapak,
semoga tulisan ini bermanfaat. š
_/_
pemaparan yg bagus. saya menunggu artikel2 anda berikutnya.
menyambung pertanyaan kemarin, kalau boleh tahu anda berdomisili di bali di sudut sebelah mana? saya aktif di ibukota karena masih kuliah