Filsafat Visistadvaita dikemukakan oleh Sri Ramanujacharya yang diperkirakan hidup pada tahun 1050 – 1137 Masehi. Ramanuja muncul setelah jamannya Sankara dan mencoba memberi pemecahan terhadap pandangan Sankara tentang Brahman, Atma dan alam semesta (Prakrti). Disebut Visistadvaita, karena ia menanamkan pengertian Advaita atau kesatuan dengan Tuhan, dengan visesa atau atribut. Filsafat Visistadvaita merupakan filsafat monisme terbatas. Hanya Tuhan saja yang ada, sedang semua lainnya yang terlibat merupakan perwujudan atau atribut-Nya. Tuhan atau Narayana merupakan satu keseluruhan dasar yang kompleks (Visista), walaupun kenyataannya satu, sehingga dinamakan Visistadvaita (Sivananda, 1997 : 230). Filsafat Visistadvaita merupakan Vainavisme, yang mengakui kejamakan, di mana Brahman atau Narayana hidup dalam kejamakan bentuk sebagai roh-roh (cit) dan materi (acit).
Visistadvaita merupakan sistem filsafat yang sangat kuno, yang pada awalnya didirikan opleh Bodhayana sekitar 400 tahun Sebelum Masehi. Ramanuja mengikuti jejak Bodhayana. Ramanuja menulis ulasan mengenai Brahma Sutra yang dikenal sebagai Sri Bhasya dan juga menulis ulasan tentang Bhagavad-gita. Disamping ulasan Brahma Sutra dan Bhagavad-gita, Ramanuja juga menulis buku Vedanta Sara, Vedanta Samgraha dan Vedanta Dipa, yang semuanya merupakan naskah-naskah utama dari sistem filsafat Visistadvaita. Ramanuja juga mengakui persepsi, penyimpulan dan kitab suci sebagai sumber-sumber pengetahuan yang sah. Veda dan Smrti adalah satu-satunya otoritas yang bebas tentang pengetahuan Brahman. Ramanuja dengan Visistadvaitanya mengakui bahwa Brahman merupakan Tuhan yang berpribadi (Masvinara, 1999, 187).
Pandangan Visistadvaita tentang Tuhan
Brahman menurut Visistadvaita dipandang sebagai realitas tertinggi dan bersifat Saguna atau Imanen. Brahman menjadi asal mula dari segala sesuatu, tanpa Brahman, jiwa dan alam semesta tidak ada. Brahman adalah jiwa alam semesta dan sekaligus berada dalam jiwa manusia. Ketiganya dapat dilukiskan sebagai dua lingkaran yang mempunyai titik pusat yang satu. Pusatnya adalah Brahman sedangkan jiwa adalah lingkaran yang kecil dan alam semesta sebagai lingkaran yang lebih besar yang berada di luar. Dari penggambaran ini dapat dikemukakan bahwa Brahman, jiwa dan alam semesta adalah sama-sama nyata, namun tidak sama, tidak berada pada tingkat yang sama. Kesimpulannya adalah bahwa Brahman, jiwa dan alam semesta memang berbeda, tetapi tidak dapat dipisahkan sekalipun ketiganya sama-sama kekal. Dalam hal ini penekanannya terletak pada berbeda, tetapi berhubungan sangat erat sekali (Sumawa dan Raka Krisnu, 1993 : 235).
Tuhan (Brahman) menurut Ramanuja bukanlah yang mutlak tanpa pribadi, tetapi Dia merupakan Tuhan berpribadi, dengan sifat-sifat maha kuasa, maha tahu dan cinta kasih tak terbatas. Tuhan adalah Saguna. Tuhan saling meresapi segala sesuatunya dan merupakan inti dari roh. Ia adalah Antaryamin atau pengatur bathin mahluk hidup. Tuhan merupakan hakekat dari Satya (kebenaran), Jnana ( kecerdasan) dan Ananda (kebahagiaan). Materi dan roh bergantung kepada-Nya. Tuhan adalah Adhara atau penopang alam dan roh. Tuhan merupakan penguasa dan pengendali dari alam. Jiwa atau roh adalah niyama atau sesa yang dikendalikan. Tuhan adalah Saguna (imamnen) dan Nirguna (transenden) yang tak berubah. Keseluruhan alam semesta, selama masa pralaya, terpendam dalam diri-Nya dan dipantulkan kembali selama masa penciptaan, tetapi hal ini tidak menyentuh inti-Nya. Tuhan menurut Visistadvaita Ramanuja berkepribadian dalam wujud Narayana yang bersemayam di Vaikuntha dengan sakti-Nya, yaitu Laksmi yang merupakan Dewi kemakmuran, dan merupakan ibu Ilahi (Sivananda, 1997 : 233).
Bhakti merupakan satu satunya cara yang paling tepat digunakan untuk mengadakan hubungan dengan Tuhan yang berpribadi. Para pemuja Tuhan yang berpribadi ini mengembangkan rasa Bhakti kepada Vasudeva atau Narayana, mereka yang memuja Tuhan berpribadi disebut Bhagavata. Karma dan Jnana merupakan cara untuk menuju tangga Bhakti (Maswinara, 1999 : 190).
Pandangan Visistadvaita tentang Atma (roh)
Menurut Ramanuja, Tuhan, Atma (roh) dan alam merupakan kesatuan-kesatuan yang abadi. Roh adalah yang sadar diri, tak berubah, tak terbagi dan bersifat atom. Roh-roh jumlahnya tidak terbatas, dan roh pribadi benar-benar pribadi. Roh secara mutlak nyata dan secara abadi berbeda dengan Tuhan. Sesungguhnya roh muncul dari Brahman dan tak pernah diluar Brahman, sekalipun demikian roh menikmati keberadaan pribadi dan akan tetap suatu kepribadian selamanya.
Ada tiga golongan roh menurut Ramanuja, yaitu: Nitya (abadi), Mukta (bebas) dan Baddha (terbelenggu). Roh-roh yang abadi tak pernah berada dalam belenggu dan selamanya bebas. Mereka hidup dengan Tuhan Narayana di Vaikuntha. Roh-roh yang terbebaskan sekali waktu menjadi subyek Samsara (kelahiran), tetapi suatu saat mencapai pembebasan dan hidup dengan Tuhan. Roh-roh yang terbelenggu terperangkap dalam jerat Samsara dan berjuang untuk dibebaskan serta mengembara dari kehidupan ke kehidupan sampai mereka dibebaskan. Manusia atau roh pribadi merupakan partikel dari keseluruhan partikel, yaitu Tuhan, ibarat sebutir buah delima yang menyatakan Tuhan, maka setiap biji delima adalah roh pribadi. Bila roh pribadi terbenam dalam kedunawian atau samsara pengetahuannya diciutkan. Ia akan memperoleh badan sesuai dengan karma masa lalunya dan berjalan dari kelahiran menuju kematian dan dari kematian menuju kelahiran, sampai ia mencapai moksa atau pembebasan. Bila ia mencapai moksa atau pembebasan, maka pengetahuannya berkembang kembali dan ini diperoleh atas karunia Tuhan Narayana. Roh-roh yang terbebaskan mencapai hakekat Tuhan, tetapi tidak pernah menjadi identik dengan Tuhan. Ia hidup dalam persahabatan dengan Tuhan, baik melayani-Nya ataupun bermeditasi pada-Nya. Ia tak pernah kehilangan kepribadiannya (Sivananda, 1997 : 235).
Pandangan Visistadvaita tentang Alam
Dalam Upanisad disebutkan bahwa alam semesta ini berasal dari Tuhan. Dan Visistadvaita Ramanuja mengikuti sepenuhnya pernyataan-pernyataan Upanisad itu, dan menyebutkan bahwa di dalam Brahman yang Esa itu terdapat dua jenis unsur pokok yaitu cit dan acit. Cit adalah spirit atau jiwa yang memiliki kesadaran dan acit adalah benih dari obyek material atau asas kebendaan yang tidak memiliki kesadaran. Cit dan acit dapat disamakan dengan purusa dan prakrti. Menurut Visistadvaita alam semesta ini diciptakan oleh Tuhan dari prakerti. Prakerti disamakan dengan maya. Antara Tuhan dan maya bukan merupakan hal yang berbeda, karena pada hakekatnya hanya Tuhan yang ada (Sumawa dan Raka Krisnu, 1993 : 236).
Alam dengan berbagai wujud material keberadaan dan roh-roh pribadi bukanlah maya yang tidak nyata, tetapi bagian nyata dari hakekat Brahman, dan merupakan badan Tuhan. Materi itu nyata yang merupakan acit atau substansi yang tanpa kesadaran. Alam mengalami parimana atau evolusi yang nyata. Pada saat pralaya, cit dan acit ada pada Tuhan, karena itu ia bersifat abadi, tetapi selalu bergantung dan dikendalikan oleh kehendak Tuhan. Prakerti memiliki tiga guna yaitu sattvam (kebaikan), Rajas (malas) dan Tamas (kebodohan). Di atasnya ada Suddha Tattva yang hanya memiliki sifat Sattvam dan merupakan materi murni. Suddha Tattva merupakan substansi yang menyusun badan Tuhan dan disebut nitya wibhuti-Nya. Alam yang berwujud ini merupakan lila wibhuti-Nya (Sivananda, 1997 : 234).
Oleh: Wirabadra Prabhu
Saya pikir para filsuf yang menganggap Tuhan sejatinya adalah yang impersonal atau bahkan disamakan dengan alam semesta, hati nurani, dsb karena mereka sadar kalau konsep ketuhanan personal (memiliki kepribadian atau serba-Maha) merupakan suatu hal yang mustahil utk ada. Mungkin pemikiran mereka sampai pada paradoks sifat serba-Maha Tuhan yang saling meniadakan, namun mereka sendiri masih kesulitan utk melepaskan “Tuhan” dari kehidupannya. 🙂