Erwin Schrödinger adalah salah satu fisikawan paling terkenal di abad ke-20. Ia dikenal sebagai salah satu pencipta mekanika kuantum, teori yang menjelaskan perilaku partikel subatomik. Ia juga terkenal dengan eksperimen pikiran yang disebut kucing Schrödinger, yang menunjukkan paradoks dalam mekanika kuantum.
Namun, apa yang mungkin tidak diketahui oleh banyak orang adalah bahwa Schrödinger sangat terpengaruh oleh filsafat Hindu, khususnya Veda dan Upanishad. Ia menganggap bahwa ajaran-ajaran ini sesuai dengan pandangannya tentang alam semesta dan kesadaran.
Veda adalah kumpulan teks suci tertua dalam Hinduisme, yang berisi himne, mantra, ritual, cerita, dan hukum. Upanishad adalah bagian dari Veda yang berfokus pada filsafat dan metafisika. Upanishad mengajarkan bahwa ada satu realitas tertinggi yang disebut Brahman, yang merupakan sumber dan tujuan dari segala sesuatu. Brahman juga identik dengan Atman, yaitu esensi sejati dari diri manusia.
Schrödinger tertarik dengan konsep ini sejak ia membaca buku The Philosophy of the Upanishads karya Paul Deussen pada tahun 1918. Ia merasa bahwa Upanishad memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mendasar tentang keberadaan dan makna hidup. Ia juga menemukan kesamaan antara Upanishad dan mekanika kuantum, terutama dalam hal dualitas gelombang-partikel dan ketidakpastian.
Schrödinger mengutip Upanishad dalam beberapa karyanya, seperti buku What is Life? dan My View of the World. Ia juga sering membahasnya dengan teman-temannya, termasuk Albert Einstein dan Niels Bohr. Ia bahkan menulis sebuah esai berjudul The Vedanta and Modern Physics pada tahun 1944, di mana ia menjelaskan hubungan antara kedua bidang tersebut.
Schrödinger tidak hanya tertarik dengan Veda dan Upanishad secara teoritis, tetapi juga secara praktis. Ia mencoba untuk menerapkan prinsip-prinsip mereka dalam kehidupan sehari-harinya. Ia berusaha untuk mencapai kesatuan dengan Brahman melalui meditasi, yoga, dan vegetarianisme. Ia juga menghormati semua makhluk hidup sebagai manifestasi dari Brahman.
Schrödinger adalah contoh dari seorang ilmuwan yang terbuka untuk belajar dari tradisi-tradisi lain yang berbeda dari budayanya sendiri. Ia menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan dan agama tidak harus bertentangan, tetapi bisa saling melengkapi dan menginspirasi. Ia juga menunjukkan bahwa mekanika kuantum bukanlah sesuatu yang baru dan aneh, tetapi sudah ada dalam pemikiran Hindu kuno.
Ditulis oleh Artificial Intelligence (AI)
Recent Comments