Pertanyaan:
Mas, kemarin aku melihat ada foto pemangku di Bali yang meresmikan perkawinan sejenis turis Bule. Sebenarnya boleh ga sih perkawinan sejenis dalam Hindu?
Jawaban:
Kalau mau jujur, aturan perkawinan dalam Hindu sangat ketat. Sloka-sloka Veda yang banyak dikutip prihal pernikahan dalam Hindu antara lain Rg. Veda X.85.36 – 42 dan juga beberapa sloka Atharva Veda. Dalam banyak sloka-sloka tentang pernikahan selalu disebutkan bahwa hendaknya pasangan suami istri bertujuan untuk menghasilkan keturunan yang suputra. Sehingga bagi mereka pasangan yang sangat spiritualis akan menjakan pernikahan sebagai wahana bahu membahu dalam menekuni kehidupan spiritual untuk mencapai kebahagiaan jasmani dan rohani. Kebahagiaan rohani tentu saja dilakukan dengan berbagai sadhana spiritual. lalu bagaimana dengan kebahagiaan jasmani? Apakah dengan kepuasan seks? Tidak. Pasangan yang spiritualis tidak disibukkan dengan kehidupan seks. Tetapi hubungan seks yang mereka lakukan hanya bertujuan berketurunan alias prokreasi, bukan rekreasi. Namun tentu saja hal ini bukanlah hal yang mudah untuk umat Hindu pada umumnya. Mungkin praktek seperti ini hanya dapat dilakukan oleh mereka yang benar-benar memiliki kualifikasi karakter Brahmana.
Jadi dengan demikian, jika pernikahan memiliki tujuan utama untuk menghasilkan keturunan, maka dengan kata lain Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT) yang hanya bertujuan untuk kepuasan seksual tidak dibenarkan dalam Hindu. Tidak ada pembenaran pernikahan sesama jenis dapat dilangsungkan. Namun demikian, perlu kita sadari bahwsanya Hindu juga tidak membenarkan tindakan kekerasan bagi para pelaku LGBT. LGBT merupakan fenomena riil alamiah yang bahkan sudah terjadi ribuan tahun lalu sebagaimana dikisahkan dalam Mahabharata melalui tokoh Sikandi. Seorang prajurit kemayu yang menjadi penyebab kematian Bhisma. Dalam kehidupan binatang juga dapat kita temukan fenomena LGBT yang kerap terjadi.
Sehingga dengan demikian, dapat saya katakan, Hindu tidak membenarkan pernikahan LGBT karena tujuan pernihakan yang suci hanya untuk menghasilkan keturunan yang suputra dan membantu pasangan tersebut menjalani kehidupan material secara spiritualis. Di sisi lain, umat Hindu juga tidak boleh menyakiti pelaku LGBT selama mereka tidak mengganggu, mempengaruhi atau membuat onar. Bahkan kalau mampu, umat Hindu harus membantu pelaku LGBT kembali ke pada kehidupan normal melalui bimbingan spiritual.
Om Swastyastu,
Mohon izin bertanya, meskipun perkawinan sesama jenis tidak legal dalam Hindu, tapi apakah kaum LGBT boleh berhubungan sex dengan pasangannya atas dasar suka sama suka tanpa paksaan?
Maaf sebelumnya
Mohon pencerahannya
Mohon pencerahannya
Terimakasih
Terimakasih
Om swastiastu
Sejauh yang saya pahami, meski dinyatakan tujuan Dharma adalah Dharma, Artha, Kama (ketiganya terangkum dalam Jagadhita) dan akhirnya Moksha, tapi bukan berarti pemenuhan kama/nafsu dapat dilakukan seenaknya. Kama harus disalurkan dalam ikatan perkawinan. Lebih jauh lagi, tujuan perkawinan adalah menghasilkan anak yang suputra. Secara strick, dapat dikatakan hubungan badan pada dasarnya untuk menghasilkan keturunan. Jadi tidak dibenarkan “mengumbar nafsu seksual”, alias hubungan sex LGBT juga tidak dibenarkan.
Om Swastyastu,
Maaf sebelumnya, klo menurut penafsiran saya, kitab suci Hindu yg asli adalah Weda Sruti yaitu bagiannya adalah reg Weda, sama Weda, yajur Weda dan atharwa Weda
Keempat Weda tsb adalah kitab suci Hindu yg asli Wahyu dari Tuhan
Bhagawadgita adalah rangkuman dari Weda Sruti
Upanisad adalah kesimpulan akhir dari Weda
Jadi Weda Sruti jelas kitab suci Hindu yg asli yg merupakan Wahyu tuhan yg sejati
Sebenarnya disebut Wahyu karena apa yg didengar dan dilihat maharsi zaman dulu kemudian dibukukan sehingga disebutlah Wahyu
Weda Smerti adalah bukan Wahyu tuhan tapi hanya buah pemikiran maharsi zaman dulu yg bisa dikoreksi jika ada bagian yg rasanya kurang tepat
Sedangkan dharmasastra isinya adalah sebuah hukum dan menghukum hasil kesepakatan bersama yg mungkin pernah dipakai oleh suatu kerajaan tertentu waktu zaman kerajaan dulu, dan dharmasastra bukan agama dan bukan Wahyu tuhan, karena agama tidak ada menghukum orang, karena agama hanya memberikan tuntunan hidup namun tidak menghukum orang, sehingga dharmasastra bukan agama dan bukan Wahyu tuhan tapi hanya undang-undang yg pernah dipakai oleh suatu kerajaan zaman dulu, hasil kesepakatan bersama dalam suatu kerajaan zaman dulu, klo sekarang ibaratnya sama seperti awig-awig dan sama seperti UUD’45 dan hal tsb bukan agama dan bukan Wahyu tuhan
Kembali ke topik, apakah LGBTQ bertentangan dengan Dharma atau tidak boleh sama sekali?
A. Jawaban secara sastra
Saya tidak tahu apakah di Weda smerti ada aturan yg memang melarang atau membolehkan hal tsb atau tidak karena kitab smerti banyak sekali, namun Weda smerti bukan Wahyu tuhan tapi hanya buah pemikiran brahmana zaman dulu dan kadang ada yg perlu dikoreksi/tidak diikuti jika seandainya ada bagian/sloka-sloka tertentu/ayat2 tertentu yg dianggap tidak sesuai dengan zaman
Tapi klo Weda Sruti setahu saya hanya mengatakan bahwa perkawinan adalah antara pria dan wanita saja, namun tidak ada membahas LGBTQ dan tidak ada membahas mereka yg LGBTQ (termasuk pasangan LGBTQ yg berhubungan seksual sejenis dengan pasangannya atas dasar suka sama suka) adalah dosa, dibenci Tuhan dan masuk neraka, Weda Sruti tidak ada mengatakan mereka adalah dosa, sehingga Weda Sruti bersikap netral dan tidak mempermasalahkan hal tsb, yg penting selama mereka baik dan tidak melakukan pelecehan seksual terhadap siapapun, sehingga bila ada naskah Weda Smerti yg mempermasalahkan hal tsb atau menentang hal tsb, maka gugurlah semua naskah Weda Smerti yg mempermasalahkan hal tsb, karena Weda Sruti tidak mempermasalahkan hal tsb, mentolerir hal tsb dan menerima fakta ilmiah tsb meskipun tidak ada perkawinan sesama jenis, artinya dengan demikian tuhan sendiri memaklumi dan tidak mempermasalahkan hal tsb karena Weda Sruti yg notabene Wahyu tuhan tidak mempermasalahkan hal tsb bahkan sebenarnya tuhan sendiri juga tidak mempermasalahkan dan juga tidak mengharuskan mereka agar menjadi orang normal seperti kita, yg penting mereka tidak melakukan pelecehan seksual kepada siapapun, karena bila melakukan pencabulan berarti ada yg dirugikan namun bila tidak melakukan pelecehan seksual berarti tidak ada yg dirugikan dari hal tsb. Karena sama ajha seperti kita, kita heteroseksual milih pasangan lawan jenis dan mencari jodoh/pasangan hidup lawan jenis dan bisa menikah karena chemistry nya sama lawan jenis, sedangkan LGBTQ karena hasrat mereka kepada sama jenis dan hal tsb bersifat alamiah sehingga mereka memilih pasangan sama jenis karena chemistry nya kepada sama jenis, hanya saja mereka tidak bisa menikah
Kenapa mereka ga bisa menikah sesama jenis?
Jawabannya bukan karena dosa, dibenci Tuhan atau gimana, tapi karena mantra perkawinan dalam Weda Sruti hanya untuk mempelai laki-laki dan perempuan satu paket dalam satu upacara, sehingga klo menikahnya sesama jenis, kemana cari paket mantra untuk kedua mempelai yg sama2 pria??
2. Secara ilmiah
Semestinya agama selaras dengan realita kehidupan dan sains dan semestinya agama juga lebih mengedepankan kemanusiaan dibandingkan hanya saklek pada peraturan-peraturan dalam kitab suci
Secara sains, LGBTQ bukan penyakit dan APA dan WHO sudah menghapusnya dari daftar DSM IV sehingga homoseksual bukan penyakit, bukan gangguan dan bukan kelainan, melainkan hanya orientasi dan homoseksual sifatnya alami dan tidak bisa dirubah dengan cara apapun jika seandainya memang murni LGBTQ dan tidak menular kepada yg lain
3. Secara logika
Anda suka sama lawan jenis, pernahkah anda meminta suka sama lawan jenis?
Tidak kan? Rasa suka lawan jenis itu muncul alami kan tanpa anda pilih
LGBTQ juga sama seperti itu, hanya saja mereka suka sama jenis dan itu bukan pilihan mereka dan muncul alami dan menetap tidak bisa diubah dengan cara apapun
Apakah menular? Tidak sama sekali!! Orientasi seksual tidak menular melainkan tumbuh dan muncul secara alamiah dan tidak bisa berubah
Bahkan hewan pun juga ada yg LGBTQ
Apakah mereka dosa, dibenci Tuhan dan masuk neraka?
Tidak, karena apa itu dosa?
Dosa adalah klo seandainya merugikan orang lain, sedangkan keberadaan mereka tidak merugikan orang lain dan juga tidak menular, kecuali bila melakukan pemerkosaan dan pelecehan seksual baru merugikan orang lain karena korban merasa dirugikan akibat dilecehkan secara seksual yg mana pemerkosaan juga terjadi dan dilakukan oleh orang heteroseksual
Apakah dibenci Tuhan?
Siapa yg menciptakan mereka LGBTQ? Tuhan kan yg menciptakan mereka? Apakah mereka memilih sebagai LGBTQ? Tidak kan? Lalu siapa yg menciptakan mereka? Tuhan kan? Lalu buat apa dan masak tuhan membenci ciptaannya sendiri meskipun hanya karena mereka LGBTQ dan mereka melakukan hubungan seperti itu dengan pasangannya, kan jelas tuhan tidak membenci mereka apalagi klo mereka baik dan tulus berbhakti kepada tuhan maka meskipun mereka LGBTQ pun tuhan tetap menyayangi dan memberkati mereka meskipun mereka homo
Apakah mereka akan masuk neraka karena dibenci Tuhan?
Dimana itu sorga? Dimana itu neraka? Tahu darimana? Pernahkah kesana? Tahu dari mana?
Neraka adalah ketika perasaan jiwa merasa tertekan dan tidak bahagia, misalnya kurang bersyukur ataupun kesengsaraan yg kita alami karena karma kita sendiri misalnya karena berbuat yg ga baik kepada orang lain sehingga merugikan dan mengakibatkan penderitaan kepada orang lain/makhluk lain
Jadi, Sebenarnya membenci, mem-bully, mendiskriminasi dan memperkusi mereka yg LGBTQ adalah dosa yg sangat besar karena akan mengakibatkan penderitaan dan tertekan pada diri mereka yg LGBTQ bahkan berujung pada rasa trauma dan bisa bunuh diri, bahkan seorang brahmana/rohaniawan bila seandainya beliau membenci, mem-bully, mendiskriminasi dan memperkusi mereka yg LGBTQ maka beliau pun telah melakukan dosa yg sangat besar tidak peduli meskipun beliau orang suci dan begitu juga Masyarakat bila membenci, mem-bully, mendiskriminasi dan memperkusi mereka yg LGBTQ maka masyarakat telah melakukan dosa yg sangat besar karena mengakibatkan tekanan dan penderitaan kepada mereka yg LGBTQ
Padahal kita tahu kan bahwa menjadi LGBTQ itu alamiah dan bukan pilihan hidup mereka dan sudah tahu bahwa hal tsb tidak menular
Dan kenapa homophobia dengan LGBTQ? Sedangkan kepada Corona malah anda tidak phobia? Padahal jelas2 Corona adalah virus yg berbahaya dan bisa menular
Saya tidak mempermasalahkan mereka yg masih kukuh beranggapan bahwa LGBTQ adalah penyakit, namun dimana naluri dan perikemanusiaan mereka yg memandang LGBTQ sebagai penyakit bila kenyataannya malah mereka membenci, mem-bully, mendiskriminasi dan memperkusi mereka yg sedang sakit?
Oleh karena itu saya berpandangan netral kepada LGBTQ dan termasuk terhadap hubungan yg mereka jalani, karena terlalu sulit bila saya pro, dan terlalu sulit untuk kontra dan juga tidak tega bila kontra dengan mereka yg LGBTQ
Oleh karena itu, membaca kitab suci memang bagus, namun terlalu banyak baca kitab suci juga ga bagus dan dalam hidup jika terlalu berpedoman kepada agama dan kitab suci juga ga bagus dan akan membuat hidup semakin rumit, karena tidak semua persoalan hidup jawabannya ada di agama, dan spiritualitas itu sejatinya tidak kaku, karena sadar bahwa pikiran kita bukan hanya untuk agama saja dan sadar bahwa agama saja tidak bisa digunakan utuk menyelesaikan masalah, karena kita mesti lebih banyak pakai logika/akal sehat, bathin/rasa, melihat realita, sains dan kemanusiaan sebagai pertimbangan dalam memandang dan menilai kehidupan, karena jalan spiritual itu fleksibel dan luas sekali.
Sepertinya misalnya saya, (maaf) saya kurang begitu tertarik dengan baca banyak kitab dan bukan bidang saya dan saya kurang mengerti mengkaji kitab suci, karena menurut saya kita mesti lebih banyak melihat realita dan open minded, dan lebih mengutamakan logika dan perasaan/bathin dalam memandang dan menilai sesuatu
Karena pengetahuan rohani bisa dicapai dengan berbagai jalan untuk memperoleh nilai spiritual, meskipun anda banyak baca kitab suci ujung2nya anda juga akan mencari arti kehidupan dari kitab suci tsb, namun meskipun sedikit dan jarang baca kitab suci namun selalu berbuat kebaikan dengan tulus dan menjalani hidup sebagai sebuah pengabdian, meskipun anda bukan orang suci namun anda akan mendapatkan pengalaman kehidupan yg mengandung nilai kehidupan suci meskipun jarang baca kitab suci, bahkan bisa jadi pengetahuan rohani yg didapat dari menjalani langsung kehidupan ini sebagai sebuah pengabdian maka sebenarnya bisa lebih luas lagi nilai kehidupan dan nilai spiritual atau nilai pengetahuan rohani karena dihadapkan langsung dengan kehidupan, dan kehidupan ini fleksibel dan pendidikan rohani dari pengalaman kehidupan yg tulus akan menjadikan kita fleksibel, tidak kaku dan lebih open minded dalam menjalani hidup
Sebuah kalimat filsuf
“Yg satu memahami kehidupan dari membaca buku-buku suci, yg satunya lagi sangat jarang baca buku-buku suci tapi menjalankan kehidupan dengan pengabdian yg tulus, sehingga mereka memperoleh manfaat kehidupan suci, memperoleh makna kehidupan dari pengalaman bahkan pengetahuan rohani yg didapat bisa melebihi dari nilai-nilai apa yg tertulis dalam suatu buku, kan pengetahuan rohani/Weda bisa didapatkan dengan berbagai cara? Sebagaimana yg dijelaskan dalam kitab bahwa dengan cara bagaimanapun juga dan
Kurang lebih seperti itu klo menurut pandangan saya, bila merasa cocok ya ikuti namun bila merasa tidak cocok ya skip ajha, selesai
Pandangan saya ya “Netral” ya biasa saja
Mohon maaf sebelumnya bila saya ada salah paham, mohon dikoreksi kembali 🙏🙏🙏😇😇😇😇
Terimakasi
Terimakasih 🙏😇
klo menurut saya, terlepas dari pro kontra LGBTQ+ anda mau kontra juga silahkan, tapi se-kontra-kontranya anda dalam menyikapi LGBTQ+ sebagai seorang hindu yang baik sebaiknya kita jangan melakukan kekerasan baik secara fisik dan verbal kepada mereka yang LGBTQ, jangan menekan dan memaksakan kehendak kepada mereka yang LGBTQ+, jangan menghilangkan hak kemanusiaan mereka dan tidak terlalu mencampuri urusan pribadi mereka dan memperlakukan mereka secara manusiawi
Karena mau bagaimanapun kita harus eling dengan “Tat Twam Asi” aku adalah kamu dan kamu adalah aku, ketika kita sibuk menghakimi, menyalah-nyalahkan dan memaksakan kehendak kepada mereka yang LGBTQ+ lalu cobalah tuker posisi/di-Swap bagaimana perasaan anda jikalau anda menjadi mereka kemudian ditekan dan diperlakukan seperti itu?apalagi bila diperlakukan secara keras, kasar dan tidak manusiawi dan dipaksa sehingga menajdikan anda merasa hidup anda sudah tidak berarti, maukah anda diperlakukan seperti itu dan tertekan ga bila anda diperlakukan seperti itu??
tentu tidak senang dan tertekan kan??
oleh karena itu belajar memperlakukan orang lain dan merasakan apa yang dirasakan orang lain.
sebaiknya kita wellcome kepada mereka dan memperlakukan mereka secara manusawi, maslaah mereka mau berubah atau tidak, jangan dipaksakan, klo mereka mau berubah dan butuh bantuan, jika merasa bisa membantu silahkan dibantu baik-baik dan bukan dengan jalan kekerasan, bila tidak bisa membantu, minimal jangan judgemental kepada mereka, dan pada akhirnya jika mereka bisa berubah ya syukur, jika mereka tidak bisa berubah ya juga tidak apa-apa, yang penting jangan sampai mereka kehilangan hak kemanusiaannya dan masalah mereka suka sama siapa, pacaran sama siapa dan berhbungan intim dengan siapa itu semua urusannya pribadi, sebaiknya jangan terlalu mencampuri urusan pribadi dan tidak etis mencampuri urusan pribadi orang lain dan jangan sampai mereka kehilangan hak kemanusiaanna, hargailah mereka sepenuhnya sebagai manusia dan jangan merampas hak kemanusiaan mereka.
Menurut pandangan saya seperti itu, karena Tuhan/Ida Sang Hyang Widhi Wasa menghargai dan menyayangi semua ciptaannya bagaimanapun kondisi mereka, beliau tuhan yang bebas dari segala kebencian, kemarahan dan bebas dari segala penghakiman, ketika seorang LGBTQ+ dan pasangan LGBTQ+ berdoa dengan tulus dan bhati yang tulus kepada Hyang Widhi maka Hyang WIdhi pun menerima bhakti mereka yang tulus dan memberkati mereka semoga rahayu meskipun mereka adalah seorang LGBTQ+ dan pasangan LGBTQ+
Semoga bisa dipahami dan direnungkan bersama-sama dalam bathin masing-masing,
Rahayu,
Rahayu,
klo menurut saya, terlepas dari pro kontra LGBTQ+ anda mau kontra juga silahkan, tapi se-kontra-kontranya anda dalam menyikapi LGBTQ+ sebagai seorang hindu yang baik sebaiknya kita jangan melakukan kekerasan baik secara fisik dan verbal kepada mereka yang LGBTQ, jangan menekan dan memaksakan kehendak kepada mereka yang LGBTQ+, jangan menghilangkan hak kemanusiaan mereka dan tidak terlalu mencampuri urusan pribadi mereka dan memperlakukan mereka secara manusiawi
Karena mau bagaimanapun kita harus eling dengan “Tat Twam Asi” aku adalah kamu dan kamu adalah aku, ketika kita sibuk menghakimi, menyalah-nyalahkan dan memaksakan kehendak kepada mereka yang LGBTQ+ lalu cobalah tuker posisi/di-Swap bagaimana perasaan anda jikalau anda menjadi mereka kemudian ditekan dan diperlakukan seperti itu?apalagi bila diperlakukan secara keras, kasar dan tidak manusiawi dan dipaksa sehingga menajdikan anda merasa hidup anda sudah tidak berarti, maukah anda diperlakukan seperti itu dan tertekan ga bila anda diperlakukan seperti itu??
tentu tidak senang dan tertekan kan??
oleh karena itu belajar memperlakukan orang lain dan merasakan apa yang dirasakan orang lain.
sebaiknya kita wellcome kepada mereka dan memperlakukan mereka secara manusawi, maslaah mereka mau berubah atau tidak, jangan dipaksakan, klo mereka mau berubah dan butuh bantuan, jika merasa bisa membantu silahkan dibantu baik-baik dan bukan dengan jalan kekerasan, bila tidak bisa membantu, minimal jangan judgemental kepada mereka, dan pada akhirnya jika mereka bisa berubah ya syukur, jika mereka tidak bisa berubah ya juga tidak apa-apa, yang penting jangan sampai mereka kehilangan hak kemanusiaannya dan masalah mereka suka sama siapa, pacaran sama siapa dan berhbungan intim dengan siapa itu semua urusannya pribadi, sebaiknya jangan terlalu mencampuri urusan pribadi dan tidak etis mencampuri urusan pribadi orang lain dan jangan sampai mereka kehilangan hak kemanusiaanna, hargailah mereka sepenuhnya sebagai manusia dan jangan merampas hak kemanusiaan mereka.
Menurut pandangan saya seperti itu, karena Tuhan/Ida Sang Hyang Widhi Wasa menghargai dan menyayangi semua ciptaannya bagaimanapun kondisi mereka, beliau tuhan yang bebas dari segala kebencian, kemarahan dan bebas dari segala penghakiman, ketika seorang LGBTQ+ dan pasangan LGBTQ+ berdoa dengan tulus dan bhati yang tulus kepada Hyang Widhi maka Hyang WIdhi pun menerima bhakti mereka yang tulus dan memberkati mereka semoga rahayu meskipun mereka adalah seorang LGBTQ+ dan pasangan LGBTQ+
Semoga bisa dipahami dan direnungkan bersama-sama dalam bathin masing-masing,
Rahayu,
Rahayu,
Om Swastyastu,
Tyg mohon izin menanggapi tulisan anda tentang LGBTQ+ menurut hindu, boleh ga?? Ampure sedurungnyane dalam hal niki tyg punya pandangan berbeda, dalam hal ini klo menurut saya sendiri, terlepas dari pro kontra LGBTQ+ anda mau kontra juga silahkan, tapi se-kontra-kontranya anda dalam menyikapi LGBTQ+ sebagai seorang hindu yang baik sebaiknya kita jangan melakukan kekerasan baik secara fisik dan verbal kepada mereka yang LGBTQ, jangan menekan dan memaksakan kehendak kepada mereka yang LGBTQ+, jangan menghilangkan hak kemanusiaan mereka dan tidak terlalu mencampuri urusan pribadi mereka dan memperlakukan mereka secara manusiawi Karena mau bagaimanapun kita harus eling dengan “Tat Twam Asi” aku adalah kamu dan kamu adalah aku, ketika kita sibuk menghakimi, menyalah-nyalahkan dan memaksakan kehendak kepada mereka yang LGBTQ+ lalu cobalah tuker posisi/di-Swap bagaimana perasaan anda jikalau anda menjadi mereka kemudian ditekan dan diperlakukan seperti itu?apalagi bila diperlakukan secara keras, kasar dan tidak manusiawi dan dipaksa sehingga menajdikan anda merasa hidup anda sudah tidak berarti, maukah anda diperlakukan seperti itu dan tertekan ga bila anda diperlakukan seperti itu?? tentu tidak senang dan tertekan kan?? oleh karena itu belajar memperlakukan orang lain dan merasakan apa yang dirasakan orang lain. sebaiknya kita wellcome kepada mereka dan memperlakukan mereka secara manusawi, maslaah mereka mau berubah atau tidak, jangan dipaksakan, klo mereka mau berubah dan butuh bantuan, jika merasa bisa membantu silahkan dibantu baik-baik dan bukan dengan jalan kekerasan, bila tidak bisa membantu, minimal jangan judgemental kepada mereka, dan pada akhirnya jika mereka bisa berubah ya syukur, jika mereka tidak bisa berubah ya juga tidak apa-apa, yang penting jangan sampai mereka kehilangan hak kemanusiaannya dan masalah mereka suka sama siapa, pacaran sama siapa dan berhbungan intim dengan siapa itu semua urusannya pribadi, sebaiknya jangan terlalu mencampuri urusan pribadi dan tidak etis mencampuri urusan pribadi orang lain dan jangan sampai mereka kehilangan hak kemanusiaanna, hargailah mereka sepenuhnya sebagai manusia dan jangan merampas hak kemanusiaan mereka. Menurut pandangan saya seperti itu, karena Tuhan/Ida Sang Hyang Widhi Wasa menghargai dan menyayangi semua ciptaannya bagaimanapun kondisi mereka, beliau tuhan yang bebas dari segala kebencian, kemarahan dan bebas dari segala penghakiman, ketika seorang LGBTQ+ dan pasangan LGBTQ+ berdoa dengan tulus dan bhati yang tulus kepada Hyang Widhi maka Hyang WIdhi pun menerima bhakti mereka yang tulus dan memberkati mereka semoga rahayu meskipun mereka adalah seorang LGBTQ+ dan pasangan LGBTQ+ Semoga bisa dipahami dan direnungkan bersama-sama dalam bathin masing-masing, Menyikapi LGBTQ+ kembali kepada diri masing-masing, karena orientasi seskual itu hanya sebuah rasa, saya suka warna biru, anda suka warna kuning dan orang lain suka warna biru dan kuning, tapi tidak semua orang suka warna biru, tidak semua orang suka warna kuning dan tidak semua orang suka keduanya dan tidak semau orang cocok dengan warna biru, tidak semua orang cocok dengan warna kuning dan tidak semua orang cocok dengan keduanya, karena selera tiap orang berbeda-beda, Dan setelah memiliki selera masing-masing kemudian diri kita pribadi mau berbuat apa? dan ingin melangkah ke arah mana sesuai selera yng dimiliki itu? sehingga dalam kasus LGBTQ+ ini adalah sepenuh kembali ke orangnyadiri mereka masing-masing, ketika mereka yang LGBTQ+ masih memiliki rasa kepada lawan jenis, jika ingin menikah ya silahkan, namun jika mereka yang LGBTQ+ tidak memiliki hasrat kepada lawan jenis, namun kuat niatnya ingin suka lawan jenis ya kita bantu dengan memberikan therapy agar bisa suka lawan jenis dan jika pada akhirnya outputnya menjadi bisa suka lawan jenis ya syukur dan selanjutnya jika ingin menikah dengan lawan jenis ya silahkan, namun jika tekad sudah kuat dan segala therapy dicoba tapi tetap tidak bisa tertarik dengan lawan jenis ya sudah jangan dipaksakan, apalagi jika dipaksakan akan menimbulkan reaksi tidak baik pada diri mereka sendiri ibaratnya (maaf) seperti reaksi alergi bila diumpamakan yang membuat ybs semakin tidak nyaman dan tertekan dan klo sudah begitu ya sudah jangan dipaksakan, biarlah ybs dalam kondisi nya apa adanya sebagai LGBTQ+ mungkin memang sudah jatuh karmanya seperti itu dan selanjutnya jika ybs tidak ingin mencari pasangan meskipun orientasi seksualnya tetap LGBTQ ya silahkan, namun jika kemudian ia memilih ingin mencari pasangan sesama jenis dan hidup saling setia dengan pasangan sesama jenisnya meskipun tanpa upacara pernikahan, ya silahkan dan sebaiknya kita jangan terlalu mempermaslahkan jalan hidup mereka yang seperti itu. yang penting sehari-hari mereka baik, tidak berbuat jahat, tidak mencabuli orang, tidak melakukan kekerasan seksual ya tidak masalah, apalagi semasa hidupnya mereka bersama pasangannya melakukan hal-hal yang baik dan bermanfaat dalam hidup mereka meskipun mereka pasangan LGBTQ+
Demikian klo menurut pandangan saya pribadi Semoga dapat direnungkan bersama-sama dalam bathin masing-masing, Rahayu, Rahayu,
Gini ajha solusinya
Menurut riset ilmiah mengatakan bahwa LGBTQ adalah bakat alami yang tidak bisa dirubah, merubah LGBTQ jadi straight ibaratnya merubah bubur jadi Nasi kembali, LGBTQ yg sembuh2 kemaren itu sebenarnya bukan gay, tapi orang biseksual yg berubah kecenderungan sexnya karena berubah rasa chemistry terhadap pasangannya, ya orientasi seksual menurut sains memang tidak bisa dirubah, tapi hawa nafsu masih bisa dikendalikan sebagaimana kita orang heteroseksual yg bisa mengendalikan hawa nafsu
Apa buktinya?
Kita suka sama lawan jenis, tapi mau cari pasangan cewek boleh, tidak ya juga gpp, mau nikah boleh, enggak ya juga gpp
Tapi bagi yg ingin menyembuhkan LGBTQ jadi straight tulen, silahkan, klo bener Mau sembuh ya syukur, tapi klo pada akhirnya ga mau sembuh, ya mereka mesti menerima kondisi tsb dengan ikhlas, yg penting selalu berbuat baik dan tidak melakukan asusila(tidak memperkosa, tidak mencabuli, tidak melakukan pelecehan seksual kepada siapapun), intinya kita tidak boleh mendiskriminasi mereka, tidak boleh mencela mereka dan tidak boleh phobia dengan mereka dan tidak boleh phobia karena LGBTQ tidak menular, jadi ga perlu khawatir bertemu mereka, dan meskipun begitu, mereka LGBTQ juga berhak hidup dengan aman, nyaman, damai dan bahagia dimanapun dan mereka juga berhak untuk mencintai dan dicintai meskipun perkawinan sesama jenis tidak legal
Dan kita jangan menebar teror kepada mereka sehingga mereka merasa aman dan berani coming out dan setelah mereka berani coming out, baru kita bisa membantu mereka agar mereka bisa lebih baik dalam hidupnya dan lebih mensyukuri hidupnya apa adanya meskipun kita ga bisa merubah orientasi seksualnya
Maka dari itu, dalam aturan brahmacari
A. Sukla brahmacari
B. Sewala brahmacari
C. Krshna brahmacari
Bagi yg LGBTQ, jika kuat kecenderungan nya suka sesma jenis dan atau jika memang benar-benar gay dan benar-benar lesbian, lebih baik mereka memilih opsi “Sukla Brahmacari” saja
Tapi kita tidak boleh mem-bully mereka karena pilihan mereka yg seperti itu, berikan rasa aman kepada mereka karena mereka juga berhak hidup dengan aman dan tenang dimanapun juga
APA dan WHO telah menghapus homoseksual dari daftar penyakit seksual di daftar DSM IV, sehingga homoseksual menurut DSM IV bukan lagi penyakit seksual dan bukan lagi gangguan seksual
Namun dalam DSM IV ada namanya “paraphilia” yg ma a “paraphilia ini ada banyak jenisnya yg notabene adalah penyakit kelainan seksual yg jika dibiarkan bisa membahayakan diri sendiri, orang lain dan lingkungan dan berpotensi kriminal, kemaren pemerintah baru saja menyetujui Perpres hukuman kebiri kimiawi untuk pelaku kejahatan seksual karena mengidap “Paraphilia”
Lalu bagaimana solusi terbaik untuk mengatasi paraphilia ini?
No 1 adalah dari masyarakat dulu, dimana masyarakat harus fear dan terbuka terhadap rasa ketertarikan seksual masing-masing sehingga dengan mau terbuka/coming out sehingga mudah bagi kita untuk mengenali dan selanjutnya membantu mereka untuk menjadi lebih baik
Gimana caranya agar mau terbuka?
Ya dengan berempati kepada mereka dan tidak menebar teror rasa takut kepada mereka dan tidak mengucilkan mereka sehingga mereka berani dan PD terus terang mengakui dirinya memiliki penyakit kelainan seksual, dan kemudian baru pelan-pelan kita rangkul mereka untuk jadi lebih baik dan perlu juga bantuan psikolog dan psikiater untuk konseling dan mendiagnosa secara medis apakah mereka benar-benar positif paraphilia atau tidak
2. Setelah mereka mau coming out, maka dilanjutkan dengan therapy hormonal
3. Setelah therapy hormonal dilanjutkan dengan psikoterapi
4. Setelah itu aktif konseling
5. Menempuh kehidupan monastik, ya mereka dihimbau sebaiknya tidak menikah karena daripada menikah nanti menimbulkan masalah dalam perkawinan misalnya positif sadisme/BSDM nikah dengan wanita normal daripada setelah menikah selalu menyiksa istrinya untuk kepuasan seksual, lebih baik mereka tidak menikah saja
Solusi terakhir adalah mereka wajib menempuh kehidupan monastik yaitu diam di ashram, kuil menjauhi kehidupan duniawi dan menjauhi kehidupan seksual dan hal2 berbau seksual, buatkan ashram yg khusus untuk mereka selanjutnya disana mereka aktif berkegiatan spiritual, seperti berdoa, berjapa, samadhi dan berkegiatan spiritual lainnya sehingga dengan demikian bisa padam hasrat seksualnya dan menjadi cerah pikirannya sehingga tidak berbuat yg aneh-aneh
Demikian solusinya menurut pandangan saya, mungkin bisa diusulkan ke pemerintah, siapa tahu pemerintah setuju dengan metode ini untuk mengatasi paraphilia dan khusus untuk paraphilia saja dengan baik dan bijak dan untuk menekan angka kejahatan seksual atau hal2 yg menyimpang di masyarakat
Kurang lebih seperti itu,
Suksma 🙏🙏😇
Terimakasih 🙏🙏
Terimakasih 🙏🙏😇
Terimakasih 🙏🙏😇
Terimakasih 🙏🙏🙏😇
kalo misal atma tidak terlihat sama sekali dan memakai jubah hitam di kedituan, itu bagaimana ya bli? apakah punya dosa terlalu besar, kotor atau bagaimana? maaf melenceng pertanyaannya,
Saya bagian lgbtq – dan saya merasa direstui alam semesta menjadi diri saya .Saya disadarkan ketika bercermin kepada siput yang bisa menjadi dirinya – dengan sisi female dan sisi malenya di dalam tubuh yang sama – merangkak dengan gemah gemulai – menciptakan sloka di punuk rumahnya – merangkak dengan keberanian dengan badannnya yang lembek di bumi yang keras ini .