Dilaporkan oleh: Kumudaksa Dasa dari Siem Reap, Kerajaan Kamboja
Hari menjelang senja ketika para penyembah mengunjungi sebuah goshala dekat Senter Hare Krishna yang berlokasi di sebuah lahan pertanian yang besar di Desa Krasang, Komune Chreav, Provinsi Siem Reap. Dalam bahasa daerah orang Khmer mereka menyebut goshala sebagai “Sala Ko”, “Sala” berarti “tempat” dan “Ko” berarti “sapi”, jadi artinya tempat untuk memelihara sapi, goshala. Ini menunjukan pada kita asal kata ini adalah bahasa Sanskrit. Goshala ini merupakan bagian dari masyarakat pemuja Tuhan Vishnu seperti yang disebutkan pada artikel sebelumnya. Goshala ini sangat spesial di Kamboja karena mereka memelihara sapi bukan untuk dijual ataupun disembelih seperti kebanyakan orang-orang Kamboja lakukan. Mereka menganggap sapi sebagai “lok del mee-an gun”, makhluk yang diberkahi dengan segala sifat yang baik. Mereka juga menganggap sapi dan banteng sebagai ibu dan ayah. Goshala ini diurus oleh Ta Ko dan istrinya.
Pada tanggal 3 Juni 2015, HH RP Bhakti Raghava Swami Maharaj ingin dharsan dengan sapi-sapi tersebut dan melihat goshala. Bersama dengan Sriman Kumudaksa das Sriman Vishnuratha das, beliau melakukan perbincangan singkat dengan orang yang mengurus goshala.
Dari diskusi antara Maharaj dan Ta Ko dimengerti bahwa Ta Ko (dan kebanyakan orang) tidak menganggap sapi-sapi itu sebagai sapi yang menghasilkan susu, sehingga mereka tidak pernah mencoba untuk memperoleh susu dari sapi-sapi itu. Dia bilang hanya sapi-sapi yang bergaris hitam putih (sapi-sapi Jersey) yang akan memberikan susu. Ta Ko menambahkan sapi Kamboja ini akan bertahan hidup 30 sampai 40 tahun. Anak sapi akan menyusu dengan ibu sapi sampai 1 tahun. Sapi-sapi disini berkembangbiak secara tradisional dengan cara alami.
Ada total 5 banteng dan 4 sapi. Diantara mereka, dua adalah anak sapi yang baru lahir sekitar 1-2 bulan yang lalu. Saat ini adanya sedikit tempat untuk mengembala dikarenakan musim tanam padi. Kira-kira setelah jam 10 pagi, ketika hari mulai panas, sapi-sapi dibawa kembali ke goshala. Mereka akan dimandikan, diberi air, dan dibawa ke tempat teduh di sebuah gubuk, dan diberi makan jerami. Mereka ditempatkan disana sampai suhu panas reda sekitar jam 3 sore. Pada jam inilah mereka akan digembalakan lagi sampai kira-kira 5.30 sore.
Saat petang dan malam hari mereka akan ditempatkan di tempat khusus yang dilengkapi dengan kelambu untuk mencegah gigitan nyamuk dan kemudian diberi makan jerami ataupun rumput hijau. Terkadang anggota masyarakat datang memberikan buah kepada sapi. Khususnya di hari spesial selama upacara Royal Ploughing, sapi-sapi dan banteng akan diberi banyak buah setiap hari. Alasannya bahwa selama waktu itu, secara tradisional menyambut awal musim tanam padi, sapi dan banteng digunakan untuk membajak sawah yang menghabiskan jumlah energi yang besar. Jadi untuk membalas ini mereka memberikan sapi-sapi makanan spesial dalam bentuk buah-buahan. Khusus saat musim ini mereka sapi-sapi diberikan 250 kg mangga dan 250 ikat pisang seperti yang dikatakan Ta Ko. Ini menunjukkan kita sebagai penyembah tentang contoh yang bagus terhadap pemeliharaan sapi.
Di hari berikutnya HH Bhakti Raghava Swami Maharaj bersama Tuan Sophat pergi melihat sapi-sapi yang kembali dari tempat gembala di jalan desa dekat goshala.
Om Sri Surabhyai namah!
Recent Comments