SI KOBAR: Siapa guru sejati itu dan dimana rumahnya? Kalau berguru kepada beliau apa syaratnya dan berapa bayarannya?
PAN LAGAS: Orang yang sudah mengenal “atma” dan mengenal Tuhan, disebut Guru Sejati. Syaratnya untuk menjadi murid beliau adalah anda harus bersedia mentaati ajaran suci Veda, bakti kepada Tuhan, takut berbuat dosa dan moralitas di masyarakat. Beliau tidak memerlukan imbalan apa-apa dari muridnya. Ucapan terimakasihpun tidak, apalagi uang (honor). Sekarang banyak garis perguruan rohani/spiritual (parampara) dan boleh dipilih salah satunya. Agar kamu tidak salah memilih guru, maka pedomannya adalah guru yang dipilih agar betul-betul sudah suci/”putus” artinya tidak memerlukan apa-apa dari muridnya. Kalau ada guru kerohanian masih memerlukan imbalan dari muridnya. Itulah cirinya beliau belum sejati atau belum “putus”. Kalau kamu berguru kepada guru yang belum “putus” maka kamu tidak akan menemukan apa yang kamu cari.
Berguru pada guru sejati amat menyenangkan, karena beliau penuh kasih sayang kepada siapa saja dan beliau mampu mengajar dan membimbing kita untuk mengenal diri yang sejati (atma). Beliau tidak jemu-jemunya mengingatkan kepada murid-muridnya dengan kata-kata: “sadarlah bahwa diri anda yang sejati adalah “atma” yang kekal dan bukan badan, bukan pikiran dan bukan akal. Diri anda yang sejati (atma) memiliki sifat “sat cit ananda”. “sat” artinya kekal, “cit” artinya kesadaran murni dan “ananda” adalah kebahagian. Sumber kebahagiaan sejati ada di dalam dirimu dan tidak ada di luar dirimu. Yang di luar hanya merupakan pantulan seperti kaca rasa.
Semua orang ingin hidup bahagia, tetapi kebanyakan orang memburu kesenangan yang ada diluar dirinya. Diluar diri memang banyak sekali ada beraneka ragam kesenangan, tetapi tidak disadarinya bahwa kesenangan itu selalu berpasangan dengan kesedihan. Bedakan antara kesenangan dengan kebahagiaan. Orang yang menekuni kerohanian mencari kebahagiaan kedalam dirinya melalu meditasi dan tidak mencari kesenangan di luar dirinya. Hukum dunia memang begitu yaitu antara senang, sedih, sakit dan mati (suka duka lara pati) datangnya silih berganti seperti antara siang dengan malam. Orang yang sudah terlatih mencarai kebahagiaan di dalam dirinya, menerima hukum dunia ini dengan penuh kesadaran (cit). Pada waktu gilirannya dia sakit, ya diobati sesuai dengan petunjuk ilmu kesehatan. Dia tidak khawatir menderita sakit untuk sementara karena dia tahu bahwa habis sakit pasti sembuh. Pada waktu dia didatangi oleh sesuatu yang menguntungkan (menyenangkan), maka dia terima dengan wajar, karena dia tahu bahwa sehabis senang pasti akan datang susah atau sedih. Yang dipegang teguh adalah rasa bahagia yang ada di dalam jiwanya. Suka duka, sakit sembuh, untung rugi, pujian dan caci maki keduanya diterimanya dengan lapang dada.
SI KOBAR: Bagaimana jika maut yang datang menjemputnya?
PAN LAGAS: Dia sambut dengan senang hati. Maut itu akan membebaskan dirinya dari penjara kesengsaraan. Dunia ini adalah penjara maha besar yang disebut lautan kesengsaraan. Dipenjara inilah tempat kita menggembleng diri untuk menyadari diri yang sejati agar nantinya setelah kita lepas dari penjara ini menjadi roh yang bersih dan cerdas. Jika kita tenggelam dan terpesona dengan kenikmatan duniawi lalu malas berlatih menjadi roh cerdas, maka setelah lepas dari penjara ini, anda akan menjadi roh bodoh di alam roh.
SI KOBAR: Wa tadi mengatakan bahwa roh itu punya “cit” kesadaran murni. Mengapa sekarang Wa katakana ada roh bodoh?
PAN LAGAS: Para guru suci menjelaskan bahwa roh individu yang masih diselimuti oleh “ahamkara” (Ego) dan “mamakara” (kemelekatan) setelah lepas dari badan kasar akan menjadi roh bodoh. Kebodohan adalah sumber penderitaan. Jika didunia kita bodoh, maka akan miskin, yang gelap penuh penderitaan. Anda lahir kedunia ini sendirian dan pada waktu meninggalkan dunia ini juga sendirian. Keluarga dan Krama Banjar mengantar anda hanya sampai ke kuburan, sudah itu mereka pulang. Jika di alam Roh anda bodoh, maka siapa yang akan anda harapkan untuk menyelamatkan diri anda? Di alam roh tidak ada istri/suami, saudara, anak dan teman yang dimintai bantuan. Satu-satunya teman yang setia mengikuti anda di alam roh adalah buah karma anda. Buah karma buruk anda akan mengantarkan anda ke Sorga bahkan ke alam rohani tempat tinggal Tuhan. Seandainya anda tidak mau diajak ke Neraka, maka janganlah berbuat buruk selama hidup di dunia. Dalam pewayangan Dharmawangsa berangkat ke Sorga hanya ditemani oleh seekor anjing yang amat setia. Anjing itu di Bali disebut “asu”. Anjing itu adalah perlambang “suba-asuba karma”(karma baik(suba) dan karma buruk (asuba)). Hanya itulah yang setia menemani anda disepanjang perjalanan di alam roh. Kalau anda ingin ke Sorga, maka harus selalu berbuat benar dan baik selama hidup di dunia. Hanya dengan demikian anda akan ditemani oleh “suba karma” untuk menuntun anda (atma) ke Sorga.
Upanisad menyatakan bahwa tubuh harus dirawat dengan baik dan dipergunakan untuk mengabdi kepada atma. Orang yang melaksanakan hal ini akan memperoleh kedua dunia yaitu dunia ini dan dunia rohani (U.U.U.I.589). Jadi tubuh semestinya dipergunakan untuk kepentingan atma melalui: sathya (kebenaran), dharma(kebajikan), shanty (kedamaian), prema (kasih sayang), dan ahimsa (tanpa kekerasan). Relatif banyak orang tidak mengetahui ayat suci ini sehingga perilakunya terbalik yaitu terlalu mengutamakan tubuh dan melupakan atma. Hampir semua waktu, tenaga, dan uangnya dipergunakan untuk kepentingan tubuhnya dan hampir tidak ada waktu untuk kepentingan atma. Mereka mengira dirinya adalah tubuh, makanya lupa mengurusi dirinya yang sejati (atma). Orang-orang seperti inilah akan menjadi roh bodoh di alam roh.
Filsafat agama mengajarkan bahwa perjalan roh di alam roh mirip dengan perjalanan kita di dunia. Misalnya anda akan pergi “matirtayatra” ke sungai Gangga di India Utara, sebelum berangkat maka anda perlu melihat peta route penerbangan lebih dulu agar tidak kesadar ditengah perjalanan. Peta route penerbangan di alam roh bisa anda dapatkan dari pengetahuan sejati dari seorang guru sejati. Dari rumah anda berangkat dengan mobil menuju bandara. Dari bandara anda naik kapal udara kemudian transit di Singapur. Dari singapur barulah terbang menuju India. Sungai Gangga kita umpamakan alam Brahman (Sathya Loka), singapur ibarat Sorga, badan kasar ibarat mobil, badan halus ibarat kapal udara, anda = atma. Pada saat anda (atma) meninggalkan badan kasar, hal ini kita umpamakan anda meninggalkan mobil di bandara. Selanjutnya anda terbang memakai badan halus menuju sorga hal ini kita umpamakan anda terbang menuju singapur. sampai kesorga maka badan halus itu anda tinggalkan lalu terbang ke sathya loka untuk mencapai Tuhan. Hal ini kita umpamakan anda meninggalkan pesawat udara di Singapur untuk ganti pesawat menuju India. Teori ini mudah dibicarakan, tetapi prakteknya amat rumit. Walau pun begitu, jika anda mendapat tuntunan dari seorang Guru yang sejati dan anda taat melaksanakan perintah beliau, maka anda akan bisa. Disinilah letak pentingnya berguru.
Mumpung Kobar masih muda, pergunakanlah kesempatan emas ini sebaik-baiknya untuk mencapai “jagadhita” didunia, transit di Sorga menuju “ Nirwana”. Semoga Tuhan mengabulkan cita-cita anda untuk mencapai Nirwana. Jay Sai Ram, Om Shanti, Shanti, Shanti Om.
Disadur dari buah pikiran:
Jero Mangku Wayan Suwena
Jl. WR. Supratman Gang Gunung Batur No. 2
Kesiman Dauh Tangluk, Denpasar Timur
Tlp. 0361.223873. HP. 081.337 93 83 44.
Recent Comments