Akibat kurangnya pengetahuan sebagian umat Hindu tentang konsep Arca yang biasa dituduh berhala tersebut, maka tidaklah mengherankan jika sebagian dari saudara Hindu kita pada akhirnya tertarik untuk “diselamatkan”. Kita tidak bisa menyalahkan mereka begitu saja. Sepintas lalu, kita memang bisa goyah dengan argumen-argumen valid yang memojokkan cara pemujaan yang kita lakukan. Masak sih, Tuhan seperti batu? Tidakkah berarti kita membatasi Tuhan kalau Tuhan kita puja dalam wujud tertentu? Apakah bukan pelecehan besar kalau kita mempersamakan Tuhan dengan benda-benda ciptaan-Nya? Apakah Tuhan orang Hindu terus-terusan lapar, hingga tiap hari harus disuguhi dan persembahkan aneka makanan? Apalagi kalau mereka melihat banten-banten di Bali yang diisi Cola Cola atau Sprite dan buah- buahan serba impor, mereka akan berkomentar, “Wah, tinggi juga selera Tuhan orang Hindu, ya?” Sewajarnya mereka akan menantang kita dengan mempertanyakan konsep ketuhanan kita, yang kelihatannya jauh berbeda dengan konsep yang mereka miliki : tidakkah Tuhan Maha Kaya? Bukankah Tuhan tidak berwujud?
Konsep pemujaan terhadap murti atau arca Tuhan dan berbagai penjelmaan-Nya merupakan ciri pokok cara sembahyang dalam agama Hindu. Sebaliknya, dalam ajaran agama lain cara tersebut dipandang sebagai sebuah jalan kesesatan. Islam dan Kristen misalnya, melarang keras pemujaan terhadap obyek sembahyang apapun yang diciptakan oleh manusia. Umat Hindu dituduh sebagai pemuja berhala. Celakanya, pemujaan terhadap berhala inilah yang sering dijadikan sebagai alasan untuk “ menyelamatkan” orang-orang Hindu.
Baca newsletter lengkapnya dalam bentuk PDF yang dapat didownload pada link di bawah ini:
Recent Comments