[anti-both]
Sisya: Lalu bagaimana cara anda meyakini kebenaran hukum karma dan punarbhava ini?
Guru: Pertama, berdasarkan pemikiran logis, rasional dan filosofis yang berpondasi pada sradha kepada kitab suci Veda. Kedua, berdasarkan fakta, yaitu kondisi kehidupan individual yang berbeda-beda membenarkan tentang bekerjanya hukum karma phala dan punarbhava dalam kehidupan di dunia ini.
Sisya: Bukankah sangat logis menyatakan bahwa si bayi yang baru lahir memang suci, tidak ternoda oleh dosa apapun sebab ia belum terkena karma karena dia belum bisa berkegiatan?
Guru: Jika anda hanya percaya pada penglihatan mata yang tidak sempurna, maka anda berkata begitu yakin setiap bayi lahir suci tanpa dosa. Renungilah fakta berikut ini. Dalam sebutir biji beringin yang amat kecil dan ringan, telah terkandung potensi pohon yang sangat besar sehingga jika ditanam, biji tersebut akan tumbuh menjadi satu pohon beringin amat besar. Begitu pula dalam pikiran si bayi telah tersimpan beraneka macam hutang karma bajik ataupun buruk yang menentukan apakah dia kelak menjadi orang bajik atau jahat, orang cerdas atau bodoh, hidup senang atau sengsara. Karena itu jika anda berpikir hanya berdasarkan penglihatan mata, maka anda berpikir tidak lebih cerdas dari si anak kecil yang berkata kepada ayahnya begini, “papa, biarlah anak macan yang mungil dan lucu ini menjadi teman sepermainanku”. Hanya orang-orang yang tidak cerdas yang berkata bahwa si bayi bagaikan kertas putih yang belum ditulisi beraneka-macam pengalaman hidup sesuai dengan alam lingkungannya.
Sisya: Tetapi tidakkah benar bahwa suasana dan keadaan alam lingkungan menentukan nasib seseorang?
Guru: Jikalau benar demikian, mengapa tiga orang bersaudara yang dibesarkan dalam satu keluarga dan dalam lingkungan sama, dididik dengan cara sama, diberikan makanan sama dan diperlakukan sama, harus dan pasti bernasib berlainan?
Sisya: Anda telah menjelaskan bahwa orang berbuat asubha-karma karena sifat alam rajas dan tamas yang begitu tebal menyelimuti dirinya. Tetapi para pengikut ajaran non-vedic mengatakan bahwa orang berbuat jahat karena godaan setan. Bagaimana menurut anda Guru?
Guru: Pertama, apa sebenarnya setan itu? Apakah ia mahluk hidup seperti manusia pula? Menurut mereka, setan adalah maluk hidup yang bisa berkembang biak dan beranak cucu seperti kita. Tetapi setan selalu berkegiatan berdosa menyesatkan manusia dari jalan ketuhanan dan dengan demikian hidupnya akan berakhir di neraka selamanya. Pertanyaan selanjutnya, mengapa Tuhan yang maha adil, maha tahu, bijak dan benar mentakdirkan roh-roh tertentu yang menjadi anak-cucu setan dan kelak menjadi penghuni neraka abadi? Oleh karena pertanyaan-pertanyaan ini tidak bisa dijawab secara logis dan rasional, maka beberapa orang tertentu yang bergelar sarjana agama penganut ajaran agama yang katanya paling mutakhir mengartikan setan sebagai virus kejahatan yang bisa berbiak, lalu menyebar kemana-mana dan menyebabkan banyak orang berbuat jahat. Kedua, Veda menyatakan bahwa apa yang disebut setan adalah salah satu saja dari sekian banyak mahluk halus bertabiat jahat dan termasuk golongan bhuta. Oleh karena begitu tebal diliputi sifat alam tamas, maka sang mahluk hidup berjasmani setan atau bhuta ini senang melakukan perbuatan mencelakakan dan menyesatkan mahluk hidup lain. Begitu pula jika diri seseorang begitu tebal diliputi sifat alam tamas, maka tomatis dia berwatak kesetanan, jahat dan senang menyusahkan mahluk lain. Veda menjelaskan lebih lanjut bahwa jika sifat alam tamas begitu tebal menyelimuti diri seseorang, maka dia menjadi bertabiat demonic atau asurik dan disebut demon atau asura. Karena berperingai asurik, jahat, maka dia senang melakukan perbuatan merusak kehidupan mahluk lain.
Sisya: Para penganut ajaran non-vedic juga mengatakan bahwa paham punarbhava tidak logis dan tidak rasional, karena mengajarkan bahwa manusia bisa lahir menjadi binatang. Bagaimana saya bisa menjelaskan hal ini kepada mereka Guru?
Guru: Mereka mengatakan hal itu karena tidak mampu membedakan jiva spiritual yang abadi dengan badan material yang bersifat sementara ini. Hidup manusia dimaksudkan untuk menginsyafi diri sebagai jiva yang sejati dalam hubungannya dengan Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa Krishna. Pondasi keinsyafan diri adalah pengendalian indriya-indriya jasmani dengan menuruti berbagai tapa dan vrata. Dengan cara demikian seseorang bisa senantiasa berpikir tentang Beliau dan selalu ingin bersamaNya dalam hubungan cinta kasih bhakti. Pada saat ajal, dia hanya ingat Tuhan, maka Tuhan yang maha bijaksana dan pemurah dengan senang hati menganugrahkan badan spiritual kepadanya dan selanjutnya dia tinggal bersama Beliau di alam rohani Vaikuntha loka. Tetapi jika manusia menggunakan badan jasmaninya semata-mata untuk menikmati kesenangan duniawi sehingga mentalitas babi atau anjing menyelimuti pikirannya pada saat ajal; maka Tuhan yang maha bijaksana dengan senang hati akan menganugrahkan badan babi atau anjing kepadanya agar dia bisa merealisasikan mentalitas kebinatangannya di dunia fana.
Sisya: Banyak juga para sarjana filsafat dan kalangan non-vedic menyatakan bahwa ajaran karma dan punarbhava tidak mampu menjelaskan asal-usul dosa dan kemalangan yang menimpa manusia. Betulkah demikian Guru?
Guru: Mereka menyatakan demikian karena menganggap filsafat mayavada yang juga dikenal dengan sebutan advaita-vada atau vivarta-vada adalah filsafat Veda yang sebenarnya. Penganut filsafat mayavada yang disebut mayavadi tidak mengakui adalah Sri Bhagavan, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa sebgai aspek ketuhanan yang tertinggi. Sehingga mereka tidak mau menerima penjelasan Veda bahwa dirinya jatuh ke alam material ini karena telah meninggalkan kedudukan dasarnya sebagai pelayan tuhan di dunia rohani. Dengan teori spiritualnya sendiri, orang-orang mayavadi tidak bisa menjelaskan secara rasional bahwa jika dirinya pada hakekatnya adalah Tuhan (Brahman) pula, lalu mengapa dirinya bisa dikhayalkan oleh maya hingga jatuh ke dunia fana dan selanjutnya hanyut dalam samudra derita kehidupan material?
Sisya: Mereka juga mengatakan bahwa ajaran karma dan punarbhava berlawanan dari hakekat Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Guru: Pertama, apakah yang akan dilakukan oleh seorang ayah yang bijak jika putranya berbuat kesalahan yang merusak kehidupan keluarganya? Tentu saja sang ayah menghukum si anak setimpal dengan kesalahannya itu. Jika tidak, sang ayah bukanlah orang bijak tetapi manusia tolol. Dan Tuhan tidak pernah berbuat bodoh seperti itu. Dengan tinggal di neraka selama beberapa waktu untuk menjalani hukuman dan kemudian lahir kembali dalam kehidupan yang lebih rendah, sang jiva merasakan derita akibat kesalahan yang telah diperbuatnya. Kemudian, melalui proses evolusi spiritual, ia kembali memperoleh kesempatan dengan lahir sebagai manusia sehingga memungkinkannya kembali pulang ke dunia rohani. Kedua, apakah ajaran yang menyatakan, “Orang yang berbuat dosa selama hidup di Bumi akan disiksa di neraka selamanya”, tidak lebih berlawanan dari pada hakekat Tuhan yang maha pengasih dan maha penyayang? Tindakkah hukuman kekal di neraka lebih kejam dari pada merosot jatuh dalam kehidupan yang lebih rendah dan kemudian memperoleh lagi kesempatan lahir sebagai manusia untuk pulang ke dunia rohani?
Sisya: Kenyataan menunjukkan bahwa pada jaman modern dewasa ini kebanyakan manusia hidup dengan tidak menuruti petunjuk kitab suci. Dengan kata lain, kebanyakan manusia berdosa, sehingga menurut prinsip karma dan punarbhava, mereka kelak lahir dalam jenis kehidupan lebih rendah yaitu sebagai binatang, serangga atau cacing. Tidakkan ini menunjukkan bahwa kitab suci Veda tidak mengakui adanya program penyelamatan oleh Tuhan agar manusia tidak merosot jatuh dengan lahir sebagai hewan?
Guru: Veda menjelaskan bahwa bilamana praktek dharma merosot dan praktek adharma merajalela di masyarakat manusia, maka pada saat itu juga Tuhan sendiri akan turun ke dunia fana untuk membasmi mereka yang berkegiatan adharma dan menegakkan kembali prinsip-prinsip dharma (Bg. 4.7-8). Tetapi jika Tuhan menganggap belum perlu datang sendiri ke dunia fana, maka Beliau mengirim utusanNya yaitu orang-orang suci dari waktu ke waktu untuk membimbing keselamatan spiritual kepada manusia agar manusia tidak merosot dengan lahir sebagai hewan. Inilah program penyelamatan yang berlangsung dari jaman ke jaman. Karena ada program penyelamatan yang berkesinambungan seperti itu oleh Tuhan, maka manusia banyak mendapat sastra-vibhinah, kitab suci yang berbeda-beda sesuai dengan kondisi kehidupan manusia dimana kitab suci tersebut diturunkan. Pada jaman modern ini, Tuhan telah pula meluncurkan program penyelamatanNya yaitu Hari Nama Sankirtana yang dimulai sejak sekitar 500 tahun yang lalu ketika Beliau ber-avatara ke dunia fana dalam wujud seorang penyembahNya sendiri dengan nama Sri Chaitanya Mahaprabhu.
Sisya: Orang-orang yang berkesadaran materialistik berkata, “Hukum karma phala adalah hukum sebab akibat, sehingga setiap orang jahat kelak merosot dan otomatis lahir (ber-reinkarnasi) sebagai hewan. Tetapi mengapa Veda menyatakan bahwa setiap pendosa dihukum oleh deva tertentu pula? Bukankah ini penjelasan tidak logis dan tidak rasional?”
Guru : Saya balik bertanya, apakah setiap aturan atau ketentuan hukum yang dilanggar oleh seseorang dengan sendirinya menyebabkan orang itu datang sendiri ke penjara? Dan apakah ada orang yang mau menghukum/ menyiksa dirinya sendiri atas segala dosa yang diperbuanya? Kalau ada hukum, maka harus ada aparat atau penegak hukum. Jika tidak, hukum tidak bisa diberlakukan. Karena itu, Veda menjelaskan bahwa pada saat ajal para pendosa diseret ke neraka oleh para Yama-duta (utusan Yama, dewa kematian), kemudian si pendosa (sebagai jiwa abadi-rohani) dimasukkan oleh dewa lain yang berwenang ke dalam badan jasmani baru tertentu sesuai dengan macam kesadarannya pada saat ajal untuk meneruskan keinginannya menikmati alam material. Mereka yang berkesadaran materialistik ini berkata begitu, sebab mereka selalu berpikir bahwa segala sesuatu terjadi di alam material secara mekanis. Tidak ada Tuhan sebagai pengendali tertinggi alam material ini. Dan tidak pula ada dewa-dewa pengendali urusan material dunia fana yang bertindak sebagai bawahan Beliau dan melaksanakan perintah-perintahnya.
Sisya : Menurut ajaran karma dan punarbhava (reinkarnasi), sang makhluk hidup (jiva) harus mengalami proses evolusi spiritual lama dan panjang untuk mencapai kesempurnaan yaitu hidup suci-rohani agar bisa kembali berhubungan dengan Tuhan dan tinggal bersama-Nya di alam rohani. Tidakkah ini berarti ia (sang makhluk hidup) harus menderita amat berkepanjangan dalam beraneka macam badan jasmani binatang, reptil, serangga, dan makhluk rendah lain, suatu fakta bahwa ajaran karma dan reinkarnasi bertentangan dari hakekat Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang?
Guru : Veda menyatakan bahwa badan jasmani adalah ibarat pakaian bagi sang makhluk hidup (jiva)—Bg 2.22. Apakah dengan berganti pakaian anda menjadi menderita? Tentu saja tidak. Veda menyatakan pula bahwa badan jasmani adalah ibarat kendaraan bagi sang jiva (Bg. 18.61). Apakah dengan berganti kendaraan anda jadi sengsara? Tentu saja tidak. Dengan berganti pakaian atau kendaraan, anda merasakan tingkat kenyamanan dan kesenangan berbeda. Oleh karena sang makhluk hidup (jiva) ingin menikmati alam material dengan beraneka macam pola dan cara yang berbeda-beda dalam ikhtiarnya hidup bahagia di dunia fana, maka Tuhan Krishna menyediakan badan jasmani beraneka macam untuknya. Jadi keleluasaan sang jiva berganti-ganti badan jasmani bukanlah derita baginya, tetapi bukti dari hakekat Tuhan Yang Maha Pengasih dan Pemurah. Namun dalam badan jasmani apapun sang jiva berada/ tinggal, ia harus merasakan derita material dunia fana yaitu perjuangan keras untuk hidup dalam lingkaran samsara berupa: kelahiran (janma), usia-tua (jara), penyakit (vyadhi) dan kematian (mrtyu). Dengan menderita seperti itu dalam setiap badan jasmani dari satu kelahiran ke kelahiran (punarbhava) berikutnya, Tuhan berharap agar pada akhirnya sang jiva jadi muak dan bosan hidup di dunia fana, dan kembali berserah diri kepada-Nya dalam hubungan cinta-kasih (bhakti) timbal-balik dengan-Nya.
Sisya : Tetapi tidakkah kesempurnaan hidup bisa dicapai tanpa melalui proses evolusi spiritual sebagaimana dikemukakan di atas?
Guru : Ya, itu juga bisa dicapai dalam satu masa kehidupan/ penjelmaan ini juag. Namun harus diingat bahwa kesempurnaan hidup dalam satu kali penjelmaan umumnya dicapai oleh sang makhluk hidup (jiva) yang sengaja diutus Tuhan untuk satu misi spiritual tertentu ke dunia fana. Dengan kata lain, utusan Tuhan tidak tunduk pada hukum karma dan punarbhava, dan dengan sendirinya beliau tidak perlu menjalani proses evolusi spiritual. Jikalau ada jiva berjasmani manusia yang tergolong roh biasa (ordinary soul) bisa mencapai kesempurnaan hidup dalam masa kehidupannya sekarang ini juga, itu harus dimengerti bahwa kehidupannya sekarang adalah akhir dari proses evolusi spiritual yang harus dijalaninya.
Sisya : Tuhan punya hak prerogatif (hak khusus) penuh dan mutalk untuk mengampuni dosa-dosa seseorang yang timbul dari bermacam-macam asubha-karma yang dilakukannya. Dimanakah letak hak prerogatif Tuhan ini dalam ajaran karma dan punarbhava (reinkarnasi)?
Guru : Point yang harus selalu diingat adalah bahwa Tuhan Krishna yang maha bijaksana, pasti tidak pernah bertindak ceroboh. Beliau hanya menghapus dosa-dosa bhakta (penyembah) Nya yang sudah tidak pernah berbuat dosa lagi dan seratus persen berserah diri kepada-Nya. Hak prerogatif menghapus dosa ini hanya diberlakukan bagi para bhaktaNya. Sebab, hanya jalan kerohanian bhakti berhakekat naiskarmya, meniadakan segala akibat (phala) subha-karma dan asubha-karma yang dilakukan sang manusia. Begitulah, dengan melaksanakan pelayanan bhakti kepada Tuhan Krishna, sang bhakta bebas dari huum karma-phala dan dengan demikian bebas dari proses evolusi spiritual. Dalam setiap penjelmaan berikutnya, dia memperoleh kesempatan bagus untuk menyempurnakan bhaktinya kepada Tuhan.
Sisya : Apabila sang makhluk hidup (jiva) hanya mengandalkan kemampuannya sendiri untuk bebas dari belenggu derita kehidupan material dunia fana tanpa ada program penyelamatan khusus dari Tuhan, tidakkah dia akan selamanya terjerat oleh hukum karma dan punarbhava? Atau dengan kata lain, tidakkah dia akan terus-menerus berputar-putar dalam lingkaran samsara dunia fana dengan berganti-ganti badan jasmani?
Guru : Tidak! Sebab Veda menyatakan bahwa kegiatan spiritual bhakti sekecil apapun akan memberikan hasil permanen (perhatikan Bg. 2.40 dan SB 1.5.17). Ini berarti seseorang yang menekuni jalan kerohanian bhakti, dijamin tidak akan merosot dengan lahir dalam jenis kehidupan yang lebih rendah pada penjelmaan (punarbhava) berikutnya. Melainkan, dia akan lahir lagi sebagai manusia untuk menyempurnakan kegiatan bhakti yang telah ditekuninya dalam kehidupan sebelumnya. Setelah menjalani banyak kali kelahiran dan kematian, bhaktinya jadi sempurna dan setelah ajal dia kembali pulang ke dunia rohani Vaikuntha-loka. Perlu ditambahkan bahwa menurut Veda, program penyelamatan para makhluk hidup (jiva) oleh Tuhan berlangsung setiap saat dari waktu ke waktu dan dari zaman ke zaman (lihat dialog no. 54). Cuma masalahnya adalah kebanyakan manusia tidak mau ikut program penyelamatan ini dengan hidup suci mengendalikan indria-indria jasmani. Veda tidak pernah menyatakan bahwa seseorang akan diselamatkan/ dibebaskan dari lingkaran samsara dunia fana cukup hanya dengan berulang kali mengakui Tuhan sebagai penyelamat dirinya satu-satunya dan mengakui segala dosa yang telah diperbuat tanpa perlu hidup suci seperti yang dilakukan sekarang oleh banyak orang di masyarakat.
Sisya : Banyak orang bajik dan saleh hidup menderita. Bukankah fakta ini merupakan susunan/ rancangan/ pengaturan Tuhan sendiri supaya mereka lebih dekat kepada-Nya?
Guru : Ya, Veda pun mengatakan begitu. Penderitaan mereka bukanlah akibat (phala) dari perbuatan (karma) buruk yang dilakukan dalam kehidupan/ penjelmaan sebelumnya. Tetapi itu adalah pengaturan oleh Tuhan agar mereka segera bebas dari derita kehidupan material dunia fana.
Sisya : Banyak orang yang mengaku pemeluk ajaran rohani paling mutakhir dan menganggap ajaran yang dianutnya adalah penyempurna ajaran-ajaran rohani sebelumnya, menyatakan bahwa karma-phala dan punarbhava adalah ajaran keliru dan menyesatkan. Komentar anda?
Guru : Setiap orang boleh saja berkata macam-macam tentang hukum karma dan punarbhava (reinkarnasi) yang tidak diyakini dan tidak dianutnya. Jikalau karma dan reinkarnasi memang ajaran salah, keliru dan menyesatkan, semestinya dahulu ia sudah dicampakkan oleh masyarakat manusia. Tetapi kenyataannya malahan terbalik. Dalam era globalisasi sekarang, kata “karma” dan “punarbhava/ reinkarnasi” semakin meluas dikenal masyarakat dunia. Dan semakin banyak manusia menerimanya sebagai kebenaran dengan berkata, “Tanpa mengakui prinsip karma dan reinkarnasi dalam kehidupan, kita tidak akan pernah bisa mengerti bahwa Tuhan itu sungguh Maha Adil, Maha Bijak, dan Maha Benar.” Mereka yang mengaku penganut ajaran rohani mutakhir tidak mau peduli bahwa orang-orang intelektual modern sudah sakit hati oleh nasehat dogmatik. “Ini terjadi karena dosa turunan”, atau “Ini sudah takdi dari Tuhan Yang Maha Adil dan Bijak demi kebaikan anda”, atau “Tuhan sedang menguji anda punya iman”. Puaskah anda dengan mendengar nasehat-nasehat seperti itu, sementara sekujur tubuh anda menderita luka bakar atau satu kaki anda putus terkena ledakan bom sang teroris? Mereka yang mengaku penganut ajaran rohani mutakhir ini pun tidak peduli bahwa pendapat-pendapat dogmatiknya sendiri hanya menyebabkan rakyat di negara-negara maju (yang menjunjung tinggi kebebasan individual) berkata, “Religion No, spiritualism Yes”. Begitulah, orang-orang yang tergolong dalam gerakan New Age, yang dianggap sesat oleh para penganut ajaran rohani mutakhir tetapi kini sedang tumbuh subur di berbagai bagian dunia dengan pola kehidupan dan praktek spiritual berbeda-beda; telah menjadikan prinsip karma dan reinkarnasi sebagai fondasi berpikir dalam ikhtiarnya untuk bisa mengerti tentang kondisi kehidupan manusia yang amat berbeda-beda di muka Bumi.
Sisya : Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan pengetahuan tentang karma-phala dan punarbhava (reinkarnasi) semakin meluas diterima sebagai kebenaran oleh masyarakat manusia?
Guru : Ada beberapa faktor penyebab yaitu: pertama, ajaran-ajaran rohani yang muncul dalam masa Kali-yuga tidak mampu menjelaskan secara logis, rasional dan filosofis tentang kondisi kehidupan manusia yang amat berbeda-beda. Problem of evil tetap tidak terjawab secara memuaskan oleh ajaran-ajaran rohani tersebut. Kedua, kebebasan individual yang menjadi fondasi masyarakat kapitalis, semakin kuat menjadi paham kehidupan manusia modern. Kenyataan ini mendorong manusia untuk melepaskan diri dari aturan dan paham hidup dogmatik yang dianggap mengekang kebebasan berpikir dan tidak memuaskan. Ketiga, kondisi kehidupan modern yang semakin ruwet dan kompleks, menyebabkan hidup manusia semakin tidak aman, tidak tenang dan tidak damai. Dengan kata lain, kehidupan modern yang berfondasi pada pemuasan indria jasmani, menyebabkan semakin banyak manusia menderita sakit fisik dan mental. Fakta ini mendorong mereka yang disebut kaum intelektual mencari jawaban atas derita fisik dan mental yang semakin meluas meimpa masyarakat manusia, dengan berusaha mengerti filsafat Veda. Dan keempat, ilmu pengetahuan material (maya-tattva) yang lebih dikenal dengan sebutan teknologi dan kini mendominasi seluruh aspek kehidupan manusia, tidak mampu memberikan ketenangan dan kedamaian hidup kepada sang manusia, si pencipta teknologi itu sendiri. Dengan kata lain, teknologi tidak mampu memenuhi kebutuhan spiritual sang manusia.
Oleh Ngurah Heka Wikana (Dengan sedikit perubahan)
Recent Comments