Sri Krishna Janma lila

yadä yadä hi dharmasya

glänir bhavati bhärata

abhyutthänam adharmasya

tadätmänaà såjämy aham

“Kapanpun dan dimanapun dharma merosot dan hal-hal yang bertentangan dengan Dharma merajalela maka saat itu aku akan muncul, oh putra keluarga Bharata”.(Bg. 4.7)

Ketika bumi ini dikuasai oleh raja-raja yang tidak bertangung jawab, Ibu Bumi merasa berat untuk menanggung dosa-dosa yang diperbuat oleh mereka. Karena hal itu, ibu bumi yang mengambil bentuk sebagai seekor sapi dengan wajah yang sedih dan air mata mengalir dari matanya, menghadap Dewa Brahma dan menyampaikan kesulitan yang beliau alami dalam menanggung beban orang-orang berdosa yang beliau pikul. Mendengar keluhan Ibu bumi, Dewa Brahma bersama para deva lainya termasuk Pertivi (ibu bumi) menuju ke tepi lautan susu untuk memohon perlindungan dari Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Di tepi lautan susu, para dewa mulai memuja Çré Viñëu, penguasa alam semesta, Dewanya para dewa dan Kepribadian yang membinasakan kesengsaraan setiap orang, dengan memanjatkan pujian dari mantra-mantra Veda yang dikenal dengan doa Puruña Sükta. Sambil bermeditasi, dewa Brahma mendengar suara dari langit (akasa vani) bahwa Tuhan Çré Viñëu akan segera turun ke bumi di dinasti Yadu. Para dewa diperintahkan untuk ikut turun ke bumi bersama dengan sakti mereka masing- masing sebagai anggota keluarga Yadu untuk menemani Beliau dalam melakukan lélä-Nya. Selain itu Tuhan juga menginformasikan kepada para dewa bahwa bagian dari diri Beliau yaitu Saìkarñaëa juga akan muncul segera sebelum kemunculan Beliau. Mendengarkan hal ini, dewa Brahma bersama para dewa lainya termasuk ibu bhümi menjadi sangat bahagia dan kembali ke tempat mereka masing-masing.

Pada saat itu Mahäräja Çürasenä dari keluarga Yadu, memerintah di kota Maöhurä. Dibawah pemerintahan Mahäräja Surasena, Maöhurä dijadikan ibu kota bagi keluarga Yadu. Suatu ketika, Vasudeva dari dinasti Sura menikahi Devaké, putri Mahäräja Devaka dari keluarga Yadu. Di hari pernikahan itu, ayah Devaké, Mahäräja Devaka, karena rasa sayang kepada putrinya, ia mengirimkan ratusan gajah yang dihiasi dengan kalung emas, ribuan kuda, sekitar delapan belas ribu kereta dan dua ratus orang dayang yang masing-masing dihiasi dengan perhiasan yang mewah untuk menemani putrinya sebagai mas kawin. Kaàsa, putra Ugrasena, yang sangat mencintai Devaké, adiknya, dengan tujuan untuk memuaskan adiknya, Kaàsa mengambil posisi sebagai kusir kereta yang akan membawa kedua mempelai ke rumah mempelai laki-laki. Pada saat Kaàsa mulai mengendarai kereta sebagai Kusir kedua mempelai, terdengar suara dari langit:

asyäs tväm añöamo garbho hantä yäà vahase ‘budha” yang artinya, “Oh Kaàsa, kamu benar-benar orang bodoh dan biadab, anak kedelapan dari Devaké, orang yang sekarang kamu ajak, adalah maut yang akan membunuhmu”.

Mendengar pernyataan dari langit ini, Kaàsa menganggap bahwa Sang Penguasa berada pada pihaknya. Dia tidak menyadari bahwa suara ini disabdakan hanya untuk memancing amarahnya sehingga dia akan menganiaya Devaké sehingga Tuhan Çré Kåñëa akan segera muncul untuk menyelamatkan penyembahNya dan membinasakan para asura seperti Kaàsa serta raksasa lainnya. Meskipun ini merupakan hari pernikahan adik kesayangannya, namun setelah mendengar berita tersebut dari akasa vani, Kaàsa, yang secara alami berwatak asura dan disertai dengan pergaulannya dengan orang-orang yang berwatak sama, tanpa rasa malu menjambak rambut Devaké dan dengan pedang di tangannya, dia siap membunuh adiknya.

Seseorang mungkin berpikir, mengapa para Deva sepertinya berpihak pada Kaàsa dengan memberitahukan kepadanya bahwa anak kedelapan Devaké akan membunuhnya yang akhirnya memancing amarah Kaàsa. Padahal jika akasa vani ini tidak ada, mungkin kemunculan Çré Kåñëa tidak akan terganggu dan Devaké tidak perlu kehilangan enam putra pertamanya. Jawabannya adalah dengan melakukan pengabdian kepada penyembah murni maka Tuhan Yang Maha Esa akan menganugerahkan perlindungan kepada orang tersebut. Karena itu, sengaja maupun tidak sengaja, bila seseorang melakukan pelayanan kepada penyembah, maka orang tersebut akan berada di bawah perlindungan Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Vasudeva dan Devaké merupakan penyembah murni yang kekal dari Çré Kåñëa. Dengan demikian bila seorang raksasa seperti Kaàsa melakukan pelayanan kepada mereka baik sengaja maupun tidak sengaja, maka Kåñëa berkewajiban untuk melindungi Kaàsa sehingga beliau tidak akan dapat membunuh Kaàsa. Dengan demikian tujuan Kåñëa muncul ke dunia material untuk membunuh para raksasa tidak akan terpenuhi. Hal ini merupakan aturan Çré Kåñëa dimana akasa vani disampaikan kepada Kaàsa sehingga Kaàsa tidak mendapat kesempatan untuk melayani Devaké dan Vasudeva dengan menjadi kusir kereta di hari pernikahan mereka. Berhubungan dengan enam putra pertama Devaké, ini merupakan hukuman yang memang harus diterima oleh enam rsi yang telah melakukan kesalahan kepada deva Brahma. Sudah menjadi takdir enam kepribadian tersebut harus dibunuh oleh Kalanemi, yang telah menjelma menjadi Kaàsa.

Melihat Kaàsa hendak membunuh istrinya, Devaké, Vasudeva berusaha menasehati Kaàsa. Dengan menggunakan berbagai alasan dia memohon agar kaàsa mengurungkan niatnya untuk membunuh Devaké khususnya di hari pernikahanya yang sangat bertuah. Tetapi segala nasehat baik yang disampaikan oleh Vasudeva tidak dihiraukan oleh Kaàsa yang berwatak raksasa. Akhirnya untuk menyelamatkan Devaké untuk sementara waktu, Vasudeva berjanji kepada Kaàsa bahwa dia akan menyerahkan semua anak yang lahir dari kandungan Devaké kepada Kaàsa dan Kaàsa dapat melakukan apapun yang ingin dilakukannya terhadap bayi tersebut. Kaàsa yang mengenal Vasudeva dengan baik merasa yakin bahwa Vasudeva tidak akan mengingkari janjinya. Dengan kecerdasannya, dia menimbang-nimbang bahwa apa yang disampaikan oleh Vasudeva adalah benar. Kaàsa berpikir:

“Kesalahan tidak berada pada Devaké maupun Vasudeva tetapi pada Viñëu yang akan mengunakan badan adikku sebagai jalan untuk berusaha membunuhku. Tetapi Viñëu tidak mengenal siapa Kaàsa, pangeran gagah yang ditakuti oleh raja-raja yang agung sekalipun. Karena itu, tanpa membunuh Devaké saya akan membunuh Viñëu, hanya perlu menunggu waktu saja. Begitu Viñëu lahir saya akan membunuhnya sebelum dia tumbuh dewasa”. Berpikir demikian Kaàsa mengurungkan niatnya untuk membunuh Devaké melainkan meminta maaf dan mengirim Devaké ke keluarga Vasudeva.

Waktu telah berlalu, Devaké melahirkan seorang putra. Untuk menepati janjinya, Vasudeva dengan tabah membawa bayi pertama tersebut untuk diserahkan kepada Kaàsa. Melihat kejujuran Vasudeva, Kaàsa sangat kagum terhadap sifat yang dimilikinya. Untuk menepati kata-kata yang diucapkannya, dia bahkan bersedia mengorbankan anaknya sendiri demi menegakkan dharma sebagai seorang ksatria. Karena Kaàsa berpikir bahwa dia hanya akan dibunuh oleh anak kedelapan Devaké maka Kaàsa berpikir bahwa dia tidak memiliki urusan dengan bayi mereka yang pertama dan mengirim bayi itu kembali bersama Vasudeva. Walaupun Kaàsa kelihatan baik hati kepada Vasudeva, karena pergaulan Kaàsa hanya dengan para raksasa, Vasudeva meragukan kebaikan Kaàsa dan berpikir bahwa Kaàsa pasti akan segera merubah keputusannya.

Suatu hari Närada Muni datang menemui Kaàsa dan memberitahunya bahwa semua raja jahat yang menjadi beban bumi akan segera dihancurkan dengan kemunculan Çré Viñëu. Maha Rsi Närada juga menyampaikan bahwa untuk menyambut kemunculan Çré Viñëu, para Dewa muncul di keluarga Yadu. Pertanyaan mungkin akan muncul, mengapa Närada Muni menginformasikan kepada Kaàsa bahwa mereka akan segera terbunuh oleh Çré Viñëu? karena hal itu, Kaàsa dapat saja membunuh bayi-bayi Devaké dan menganiaya para Yadu.

Närada Muni sebagai penyembah yang agung, seorang Vaisnava yang penuh rasa kasih sayang, tidak tega melihat kekacauan yang dilakukan oleh para raja yang jahat. Beliau menginginkan kemunculan Çré Kåñëa sesegera mungkin. Karena itu dengan informasi yang diberikan oleh Närada maka hal itu akan memancing kekejaman Kaàsa terhadap para Yadu yang merupakan penyembah Çré Viñëu. Karena penyembahNya dianiaya seperti itu, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa tidak akan  mentoleransi penganiayaan tersebut dan akan segera muncul untuk membinasakan para raksasa dari muka bumi ini dengan segera.

Setelah keberangkatan Närada muni, Kaàsa memikirkan kata-kata Devaåñi Närada dengan serius dan menganggap bahwa semua keluarga Yadu adalah penjelmaan para Dewa dan berpikir bahwa Viñëu mungkin akan lahir sebagai salah satu dari putra Devaké. Takut akan kematian, Kaàsa mulai menganiaya Devaké dan Vasudeva dan memasukan mereka ke dalam penjara. Dibawah perlindungan Jarasanda dan kerja sama dengan para raksasa seperti Pütanä, Pralamba, Keçi, Baka, Aghäsura, Tåëävarta, Narakäsura, Bäëäsura dan lain-lain, Kaàsa juga mulai menganiaya semua keluarga Yadu yang tidak menuruti perintahnya. Karena rasa iri kepada keluarga yang berhubungan dengan dinasti Yadu, dia bahkan memenjarakan ayahnya sendiri, Ugrasena.

Karena rasa loba untuk memuaskan keinginannya, orang-orang jahat seperti Kaàsa, rela untuk membunuh siapapun termasuk ayah, ibu, suami, istri, sanak keluarga dan yang lainnya. Selama seseorang berusaha memuaskan indrianya, orang-orang seperti itu akan menganggap musuh yang sangat kejam dan para raksasa sekalipun sebagai kawan. Sikap sikap seperti itu secara alami akan tumbuh dan berkembang di dalam hati para avaisnava atau orang yang bukan penyembah Viñëu. Mereka selalu iri kepada Çré Viñëu dan penyembahNya dan selalu berusaha untuk mencari jalan untuk menghalangi dan menghancurkan para penyembah. Meskipun orang seperti itu mungkin lahir di keluarga bangsawan terhormat atau dari keluarga brahmana yang saleh, bila seseorang tidak melakukan atau menolak pengabdian suci kepada Çré Viñëu, mereka akan jatuh dari kedudukan mereka dan akan melakukan hal-hal yang menjijikkan berdasarkan standar kitab suci Veda.

Setelah enam bayi Devaké dibunuh oleh Kaàsa, Çré Ananta, bagian dari badan Çré Kåñëa secara langsung masuk ke dalam kandungan Devaké sebagai putra ke tujuhnya. Untuk melindungi para Yadu dari penganiayaan yang dilakukan oleh Kaàsa, Kåñëa memerintahkan kepada Yogamäyä untuk memindahkan Ananta ke dalam kandungan Rohini Devé, salah satu dari istri Vasudeva yang pada saat itu berlindung di Gokula bersama keluarga Nanda Mahäräja. Karena bayi yang berada di dalam kandungan Devaké dipindahkan oleh Yogamäyä, maka orang-orang berpikir bahwa Devaké mengalami keguguran. Karena proses kelahiranya, Sri Balaram dikenal dengan berbagai nama seperti yang diuraikan di dalam Srimad Bhagävatam sebagai berikut:

garbha-saìkarñaëät taà vai prähuù saìkarñaëaà bhuvi

rämeti loka-ramaëäd balabhadraà balocchrayät

”Putra Rohini Dewi juga akan dikenal dengan nama Sankarsana karena dipindahkan (san-kås) dari kandungan Devaké ke dalam kandungan Rohini. Beliau juga akan dikenal dengan nama Räma karena beliau mampu menyenangkan seluruh penduduk Gokulaa dan dengan nama Balabhadra, karena kekuatan fisik yang dimilikiNya”.

Setelah kejadian ini, Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa masuk ke dalam hati Vasudeva. Karena Kepribadian Tuhan berada di dalam badan Vasudeva, badanya menjadi secerah matahari. Kemudian Vasudeva melalui pikiranya mengirimkan Kepribadian Tuhan kedalam pikiran Devaké. Badan Devaké mulai berubah dan bercahaya bagaikan ufuk timur yang diterangi oleh mentari pagi karena Tuhan, Sang Pengendali, asal mula ciptaan dan sebab segala sebab berada dalam kandungannya.

Kaàsa yang menyadari hal tersebut menjadi sangat resah dan berpikir bahwa badan Devaké yang bersinar seperti itu pasti disebabkan oleh Viñëu yang saat ini berada di dalam kandungannya. Namun berpikir akan reputasinya, dia tidak ingin membunuh wanita yang sedang hamil dan memutuskan untuk menunggu sampai bayi itu lahir. Setiap saat, di dalam kamar, di atas singasana kerajaan, pada saat makan, saat menjelang tidur dan di mana pun dia berada, yang dia lihat hanyalah Viñëu dan selalu berpikir bahwa Viñëu akan membunuhnya setiap saat.

Para Dewa yang dipimpin oleh Dewa Brahma dan Siva, datang ke tempat dimana Devaké dan Vasudeva dipenjarakan dan memanjatkan doa-doa mereka kepada Çré Kåñëa yang berada di dalam kandungan Devaké. Di dalam doa mereka, para dewa memuji Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Para dewa juga memuji keberuntungan Devaké dan Vasudeva karena Tuhan Çré Kåñëa sendiri bersedia menjadi putra mereka. Setelah memanjatkan doa-doa pujian kepada Tuhan, para dewa kembali ke tempat mereka masing masing.

Pada hari menjelang kemunculan Çré Kåñëa, alam secara otomatis memperlihatkan tanda-tanda kemujuran. Bintang Rohini mulai  muncul, begitu juga bintang mujur lainnya seperti Asvini dan lain-lain. Kedaan alam semesta menjadi penuh kedamaian. Dihiasi dengan bintang-bintang yang berkedap-kedip yang tidak terhalangi oleh awan, langit kelihatan sangat indah. Sungai mengalir dengan airnya yang jernih dan menyejukkan. Danau dan kolam penuh dengan bunga padma yang sangat indah. Pohon-pohon bunga dengan daunnya yang rimbun dan hijau berbunga mewarnai alam dan sangat menyenangkan untuk dilihat. Harumnya bunga dibawa oleh hembusan angin yang sangat menyenangkan indria penciuman dan segarnya aliran air memuaskan indria rabaan berhembus di berbagai tempat. Ketika para brahmana melaksanakan yajïa, api yajïa berkobar tanpa tergangu oleh hembusan angin yang tidak pernah mereka alami selama beberapa waktu itu. karena berada di bawah raja-raja yang jahat seperti Kaàsa, para brahmana dilarang untuk memuja Çré Viñëu. Karena itu para brahmana yang melaksanakan yajïa dengan sembunyi-sembunyi selalu merasa gelisah. Tetapi pada hari ini, di hari menjelang munculnya Tuhan Çré Kåñëa, mereka semua merasa puas dan bebas dari rasa takut. Ketika Tuhan akan segera muncul, para penduduk surga mulai memainkan alat musik mereka untuk menyambut kemunculan Yang Maha Kuasa. Para Apsarä mulai menari, para Kinnara dan Gandharva menyanyi memuji kebesaran Tuhan dan para siddha memanjatkan doa-doa pujian yang menguntungkan.

Kemudian di tengah malam, dimana semua penduduk sedang tidur lelap, Çré Kåñëa yang berada di dalam hati setiap makhluk hidup muncul dari hati Devaké. Kemunculan Beliau menghapuskan kegelapan malam bagaikan kemunculan bulan purnama di ufuk timur dan menerangi semesta di malam hari. Tuhan muncul dalam bentuk Beliau yang berlengan empat, yang masing-masing tanganNya memegang saìka, cakra, gadä dan padma. Beliau dihiasi dengan pakaian berwarna kuning, dadaNya dihiasi dengan permata bernama Kaustubha. Warna badanNya yang kehitam-hitaman, yang bagaikan warna awan menjelang hujan, dihiasi dengan berbagai permata yang sangat berharga. KepalaNya dihiasi dengan mahkota yang sangat indah. Beliau menggunakan ikat pinggang yang bercahaya, gelang kaki, gelang tangan dan lain lain. Dihiasi seperti ini badan beliau kelihatan sangat indah dan menawan. Melihat bayi yang sangat menakjubkan ini, Vasudeva merasa sangat bahagia dan di dalam pikirannya dia bermeditasi memberikan banyak hadiah kepada brahmana dan mengadakan festival yang megah dalam rangka menyambut kelahiran anak yang sangat menakjubkan sebagai putranya. Setelah beberapa saat, Vasudeva menyadari bahwa Beliau adalah Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa sendiri. Sadar seperti itu, Vasudeva bersama Istrinya, Devaké, mulai memanjatkan doa pujian kepada Yang Maha Kuasa, yang berada di depannya.  Setelah menyampaikan doa pujian kepada Tuhan, dibingungkan oleh tenaga Yogamäyä, Vasudeva dan Devaké yang berperan sebagai orang tua, yang tahu bahwa Kaàsa akan datang untuk membunuh putranya, meminta Çré Viñëu untuk menyembunyikan wujudNya yang berlengan empat dan megambil bentuk berlengan dua seperti bayi biasa. Mendengar permintaan Vasudeva dan Devaké, Kepribadian Tuhan bersedia mengambil wujud sebagai bayi biasa dan kemudian memerintahkan Vasudeva untuk membawa dan menyembunyikan diriNya di Vraja bhümi, di rumah Nanda Mahäräja. Beliau juga menjelaskan bahwa Vasudeva dan Devaké sudah menjadi orang tua Beliau beberapa kali di dalam penjelmaanNya sebelumnya. Sekarang Beliau memilih mereka kembali untuk menjadi orang tuaNya.

Setelah Kåñëa mengambil wujud seperti bayi biasa, Vasudeva memutuskan untuk membawa bayinya ke Gokulaa, di seberang sungai Yamunä. Pada saat itu, atas aturan tenaga khayalan Kåñëa, semua penjaga pintu penjara dan penghuni istana tidur lelap. Rantai yang mengikat Vasudeva terbuka dengan sendirinya dan kemudian pintu penjara terbuka. Karena hujan yang deras, petir menggema, saat itu Ananta Deva memperbesar dan memperbanyak kepala padmaNya untuk memayungi Kåñëa yang sedang dibawa oleh Vasudeva. Dipancing oleh air hujan yang deras dan angin yang keras, sungai Yamunä kelihatan sangat ganas dengan gelembung -gelembung yang muncul di permukaannya yang kelihatan seperti air panas mendidih. Tetapi ketika Vasudeva menyeberangi sungai, setelah menyentuh kaki padma Çré Kåñëa, Yamunä membelah badan beliau menjadi dua bagian dan memberikan jalan kepada Vasudeva untuk lewat bagaikan lautan memberikan jalan kepada Çré Rämacandra untuk membuat jembatan ke Laìka. Ketika Vasudeva sampai di Gokulaa, di malam yang gelap, dia melihat semua penduduk Gokula sedang tidur lelap dan tidak ada seorang pun tahu kedatangannya ke Gokulaa secara menyelinap. Vasudeva langsung masuk ke rumah Nanda Mahäräja dan meletakkan putranya di dekat Yaçodä kemudian mengambil bayi perempuan yang baru lahir dari Yaçodä. Karena kelelahan melahirkan bayi, Yaçodä langsung tertidur sehingga tidak tahu apakah bayi yang lahir laki-laki atau perempuan. Jadi Yaçodä tidak menyadari bahwa bayinya sebenarnya di tukar oleh Vasudeva. Dalam hal ini, para Acarya menguraikan bahwa sebenarnya ibu Yaçodä melahirkan dua anak, satu putra dan satu putri. Tetapi karena tenaga khayalan Kåñëa, Vasudeva tidak melihat putra Yaçodä melainkan hanya melihat seorang bayi perempuan. Setelah Vasudeva menaruh Kåñëa di dekat Ibu Yaçodä dan mengambil bayi wanita, Väsudeva-Kåñëa masuk kedalam badan Våndävana-Kåñëa sehingga ketika ibu Yaçodä sadar, Beliau melihat hanya satu bayi laki-laki.

Kembali ke Penjara, Vasudeva menempatkan bayi perempuan itu di pangkuan Devaké. Kemudian segala sesuatu kembali seperti semula, pintu mulai terkunci dan rantai mulai mengikat Vasudeva seperti semula sehingga sepertinya semua kejadian ini tidak pernah terjadi di mata Kaàsa dan pengikutnya.

Ketika para penjaga pintu gerbang penjara mendengar tangisan bayi dari dalam penjara, mereka berlari untuk menginformasikan hal ini kepada Kaàsa. Mendengar hal ini, Kaàsa yang sudah tidak sabar menunggu kelahiran bayi kedelapan dari Devaké mulai mengambil tindakan. Dia segera bangun dari singgasananya dan menuju ke penjara. Kaàsa berpikir,  “Ini adalah käla, sang waktu, yang telah lahir untuk membunuhku namun sebelum itu aku akan menghabisiNya terlebih dahulu”. Dengan perasaan takut dan resah, Kaàsa masuk ke dalam penjara untuk menemui Devaké. Sebagai wanita yang tidak berdaya, Devaké memohon kepadaKaàsa untuk tidak membunuh bayinya yang kedelapan karena bayi yang lahir adalah seorang perempuan. Namun Kaàsa yang kejam tidak menghiraukan permintaan Devaké dan mengambil bayi dari tangan Devaké secara paksa. Dengan memegang kaki bayi tersebut, Kaàsa melemparkannya ke atas batu. Namun bayi yang merupakan Yogamäyä sendiri, terlepas dari tangan Kaàsa dan terbang ke atas kemudian muncul di langit dalam bentuk Dewi Durgä berlengan delapan yang memegang senjata di masing-masing tangannya. Durgä Devé bersabda, “Oh Kaàsa, kamu orang bodoh. Apa artinya bagimu bila kamu membunuhku. Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Çré Viñëu, yang merupakan musuh bebuyutanmu dan yang akan menghabisi nyawamu, telah lahir di suatu tempat di muka bumi ini. Karena itu jangan membunuh bayi-bayi yang tidak berdosa”. Setelah bersabda demikian Beliau menghilang dari pandangan Kaàsa.

Mendengar kata-kata Durgä Devé, Kaàsa berpikir bahwa Durgä sebenarnya memihak pada dirinya. Karena dia memuja Durgä dan Çiva setiap saat, Kaàsa berpikir bahwa sekarang Durgä Devé telah berkarunia untuk memberitahukan bahwa Viñëu telah muncul di suatu tempat. Kaàsa kemudian mendekati Devaké dan Vasudeva. Kaàsa meminta maaf atas kekeliruan yang telah dia lakukan dan melepaskan mereka dari dalam penjara. Setelah ini, mengingat sabda Durgä Devé, Kaàsa mulai mengirim banyak raksasa untuk mengacaukan kurban suci yang dilakukan untuk Viñëu dan membunuh bayi yang lahir sepuluh hari dari hari tersebut.

Di Gokulaa, karena mendapatkan seorang putra yang memiliki ciri ciri yang menakjubkan, yang lahir di hari yang sangat mujur, dengan rasa kasih sayang dan rasa cinta yang dalam kepada putranya, Nanda Mahäräja mengadakan festival besar di Gokulaa. Semua penduduk Gokulaa menikmati ketampanan bayi yang baru lahir itu. Sampai saat ini di India, khususnya para Vaisnava, merayakan hari kemunculan Kåñëa dengan sangat meriah yang di kenal dengan hari “Kåñëa jayanti” atau dikenal pula dengan nama “Kåñëa janmastami”.

Çré Kåñëa Janmastami ki  jay    

2. Viçräm Ghat

Tempat ini terletak di tepi sungai Yamunä di Maöhurä. Kita dapat mengunjungi tempat ini langsung dari Janmasthäna atau pada saat kita kembali dari Gokulaa. Ini tergantung pada waktu yang kita miliki. Bila waktu untuk darsan di Gokulaa dan Dauji mandir terlalu mepet, akan lebih baik bila kita mengunjungi Viçräm Ghat setelah datang dari Gokulaa. Tempat ini berada beberapa kilometer dari Janmasthäna. Setiap supir bus, supir taxi maupun kendaraan sewaan lokal mengetahui tempat ini.

Setelah Çré Kåñëa dan Çré Balaram membunuh Kaàsa di Kaàsa tila, mereka beristirahat di sini. Di sebutkan juga di dalam Purana bahwa setelah membunuh Hiraëyäkña, Çré Varähadeva beristirahat di sini. Viçräm ghat juga muncul di dalam Çré Caitanya Caritamrta, karya Çré Kåñëa Däsa Goswami. Diuraikan bahwa sebelum memasuki kota Maöhurä, Çré Caitanya Mahaprabhu mandi terlebih dahulu di tempat ini seperti yang telah diuraikan di dalam bab sebelumnya.

Di tempat ini kita bisa darsan pada arca Çré-Çré Kåñëa Balaram. Di sini juga terdapat kuil yang dipersembahkan kepada Çrémati Yamunä Devé dan saudara Beliau, Yamaraj. Yamaraj dan Kalindi (Yamunä) adalah putra dan putri dewa Surya. Kita dapat beristirahat di sini sejenak dan menikmati sejuknya air sungai Yamunä dimana kaki padma Çré Hari, Kåñëa, yang diidam-idamkan oleh para yogi yang agung menyentuh air sungai ini setiap hari sambil bermain-main bersama para gopi dan gopa di Våndävana. Kita hendaknya memohon karunia dari Ibu Yamunä di sini dengan mandi di dalam badan Beliau dalam bentuk air. Dinyatakan bahwa Yamunä seratus kali lebih suci dari Gangga. Di dalam Varaha Purana, Çré Varahadev menguraikan keagungan Yamunä kepada Ibu pertiwi sebagai berikut,

gaìgä çata-guëä proktä

mäthure mama maëòale

yamunä viçrutä Devé

nätra käryä vicäraëä

“Oh Dewi Pertiwi! seratus kali lebih suci dari sungai suci Ganga adalah Sungai Yamunä yang mengalir di tempat tinggalku yang abadi, Maöhurä. Tidak seorangpun perlu meragukan hal ini”.

Jadi bila kita mandi di sungai Yamunä satu kali sama dengan mandi seratus kali di Sungai Ganga. Untuk itu hendaknya kita jangan menyia-nyiakan kesempatan untuk mandi di sungai suci Yamunä.

Yamunä Devé Kijay.

3. Keçava gaudiya maöha

Sebagai pengikut ISKCON, kita harus selalu merasa berhutang kepada H.D.G. Çréla Prabhupäda. Karena itu kita harus selalu berusaha melayani beliau dalam segala hal khususnya dalam menyebarkan kesadaran Kåñëa ke seluruh pelosok kota dan desa. Disamping itu kita harus selalu berusaha mengingat kegiatan beliau yang rohani yang tidak pernah tercemari oleh sifat-sifat alam material. Çré Keçava Gaudiya Maöha adalah tempat yang sangat bersejarah bagi kita di ISKCON karena H.D.G. A.C. Bhaktivedanta Swami Prabhupäda, pendiri dan acarya ISKCON menerima diksa sanyasi di tempat ini dari saudara seguru beliau, His Holiness Keçava Mahäräja.  Di sini, Çré Çré Rädhä-Vinoda-Vihari ji di puja. Arca Çré Caitanya Mahäprabhu yang di puja adalah arca yang secara pribadi disumbangkan oleh Çréla Prabhupäda.

Tempat-tempat lain yang mungkin di kunjungi di Maöhurä adalah: Ranga Bhümi (tempat dimana Kaàsa di bunuh oleh Kåñëa di atas bukit Kaàsa-tila, Rangesvar Mähädeva temple (Siva linga yang di puja oleh Kaàsa sebelum pentas gulat diadakan), dan juga Bhutesvar mandir.

Artikel Terkait: Mathura – Part 1

Dikutip dari Buku “Perjalanan Suci di Tanah Vraja”

Karya: Mendiang H.G. Bhagiratha Dasa Prabhu

Translate »