Agama Buddha lahir di negara India, lebih tepatnya lagi di wilayah Nepal sekarang, sebagai reaksi terhadap agama Brahmanisme. Sejarah agama Buddha mulai dari abad ke-6 SM sampai sekarang dari lahirnya Buddha Siddharta Gautama. Dengan ini, ini adalah salah satu agama tertua yang masih dianut di dunia. Agama Buddha berkembang dengan unsur kebudayaan India, ditambah dengan unsur-unsur kebudayaan Helenistik (Yunani), Asia Tengah, Asia Timur dan Asia Tenggara. Dalam proses perkembangannya, agama ini praktis telah menyentuh hampir seluruh benua Asia dan telah menjadi agama mayoritas di beberapa negara Asia seperti Thailand, Singapura, Kamboja, Myanmar, Taiwan, dsb.
Pencetusnya ialah Siddhartha Gautama yang dikenal sebagai Gautama Buddha oleh pengikut-pengikutnya. Ajaran Buddha sampai ke negara Tiongkok pada tahun 399 Masehi, dibawa oleh seorang bhiksu bernama Fa Hsien. Masyarakat Tiongkok mendapat pengaruhnya dari Tibet disesuaikan dengan tuntutan dan nilai lokal.
Setiap aliran Buddha berpegang kepada Tipitaka sebagai rujukan utama karena dalamnya tercatat sabda dan ajaran sang hyang Buddha Gautama. Pengikut-pengikutnya kemudian mencatat dan mengklasifikasikan ajarannya dalam 3 buku yaitu Sutta Piṭaka (kotbah-kotbah Sang Buddha), Vinaya Piṭaka (peraturan atau tata tertib para bhikkhu) dan Abhidhamma Piṭaka (ajaran hukum metafisika dan psikologi).
Dengan membaca konsep Ketuhanan Yang Maha Esa ini, kita dapat melihat bahwa konsep Ketuhanan dalam agama Buddha adalah berlainan dengan konsep Ketuhanan yang diyakini oleh agama-agama lain. Perbedaan konsep tentang Ketuhanan ini perlu ditekankan di sini, sebab masih banyak umat Buddha yang mencampur-adukkan konsep Ketuhanan menurut agama Buddha dengan konsep Ketuhanan menurut agama-agama lain sehingga banyak umat Buddha yang menganggap bahwa konsep Ketuhanan dalam agama Buddha adalah sama dengan konsep Ketuhanan dalam agama-agama lain.
Bila kita mempelajari ajaran agama Buddha seperti yang terdapat dalam kitab suci Tripitaka, maka bukan hanya konsep Ketuhanan yang berbeda dengan konsep Ketuhanan dalam agama lain, tetapi banyak konsep lain yang tidak sama pula. Konsep-konsep agama Buddha yang berlainan dengan konsep-konsep dari agama lain antara lain adalah konsep-konsep tentang alam semesta, terbentuknya Bumi dan manusia, kehidupan manusia di alam semesta, kiamat dan Keselamatan atau Kebebasan.
Di dalam agama Buddha tujuan akhir hidup manusia adalah mencapai kebuddhaan (anuttara samyak sambodhi) atau pencerahan sejati dimana roh manusia tidak perlu lagi mengalami proses tumimbal lahir. Untuk mencapai itu pertolongan dan bantuan pihak lain tidak ada pengaruhnya. Tidak ada dewa – dewi yang dapat membantu, hanya dengan usaha sendirilah kebuddhaan dapat dicapai. Buddha hanya merupakan contoh, juru pandu, dan guru bagi makhluk yang perlu melalui jalan mereka sendiri, mencapai pencerahan rohani, dan melihat kebenaran & realitas sebenar-benarnya.
Segera setelah Buddha Gautama parinibbana, 500 murid yang telah menjadi Arahat berhimpun menyelenggarakan Konsili I di Rajagaha. Konsili yang didukung oleh Raja Ajatasattu dari Magadha ini mengumpulkan semua ajaran Buddha, dikelompokkan atas Sutta dan Vinaya, secara sistematis.
Seabad kemudian dengan bantuan Raja Kalasoka di Vesali diselenggarakan Konsili II yang diikuti 700 Arahat. Ketika itu terbentuk dua kelompok, yaitu Sthaviravada yang mempertahankan pelaksanaan peraturan secara kaku dan Mahasanghika yang mengijinkan penghapusan peraturan yang dianggap tidak penting.
Konsili II diadakan di Pataliputta di bawah pemerintahan Raja Asoka (247 SM), tidak berhasil melenyapkan perbedaan aliran, tetapi berhasil menghimpun Abhidhamma. Aliran yang didukung Raja Asoka adalah Vibhajyavada.
Konsili IV diadakan di Jalandhara di bawah dukungan Raja Kaniska (Abad I), yang menyusun komentar-komentar terhadap Tripitaka. Aliran yang dominan adalah Sarvastivada, aliran yang menggunakan bahasa Sansekerta. Seribu tahun setelah Konsili IV agama Buddha tumbuh subur di India. Para cendekiawan memberikan kontribusi terhadap filsafat Mahayana. Maha Bodhisatva-Maha Bodhisatva menjadi populer melalui tradisi Vajrayana.
Menurut catatan Sri Lanka, Konsili IV di Jalndhara tidak diikuti oleh aliran Theravada. Catatan sejarah dari aliran Theravada menyatakan bahwa Konsili V diadakan di Mandalay, Burma (1871) dan berhasil memahatkan Tipitaka Pali secara lengkap pada 729 lempengan marmer. Konsili VI yang juga dihadiri Bhikkhu-Bhikkhu barat diselenggarakan di Rangoon, Burma, dimulai pada hari Waisak tahun 1954 dan berakhir tepat sebelum hari Waisak tahun 1956.
Agama Buddha masuk Sri Lanka pada abad III SM melalui Bhikkhu Mahinda (putra Raja Asoka) dan kemudian sangat populer. Pada abad V M Buddhagosa memberikan kontribusi besar bagi literatur Theravada. Setelah sempat tertidur pada masa penjajahan, agama Buddha bangkit kembali pada akhir abad XIX. Agama Buddha masuk Cina dari Asia Tengah pada abad I SM, mula-mula dianggap asing dan baru tahun 335 bangsa Cina diperbolehkan menjadi bhiksu. Namun pada tahun 400, 1200 naskah telah diterjemahkan.
Sumber: Anonim
Agama buddha tidak mengenal adanya Tuhan sang pencipta juga tidak mengenal adanya sang roh. Banyak umat Hindu yang terkecoh menganggap ajaran Buddha sama dengan Hindu sehingga banyak sekali kasus pindah agama dari Hindu ke Buddha. contohnya di daerah Moramo Sulawesi Tenggara. Di sana umat Hindu hampir habis. Para donatur buddha sudah banyak mengalirkan dana ke sana. banyak pelatihan keluar daerah. ajaran Hindu dan Buddha jelas sangat berbeda karena prinsip dasarnya berbeda.
2 hal yang mengganjal logika dan nalar filsafat saya terkait ajaran Buddha:
1. bukankah konsep reinkarnasi lebih mudah diterima nalar jika melibatkan adanya sesosok jiwa? lalu apa yang berinkarnasi?
2. Jika dikatakan proses penciptaan dapat terjadi tanpa perlu adanya sesosok Tuhan, lalu mengapa proses penciptaan dikatakan bermula dari munculnya “keinginan”, lalu siapakah yang menjadi subyek dari keinginan itu? secara logis seharusnya ada sebentuk “pikiran mula” yang mencetuskan “keinginan” itu? lalu pikiran siapakah itu? Tuhan?
sebagai suatu logika maupun filsafat ajaran Buddha sebenarnya lebih sulit dipahami dari filsafat agama lain, tapi uniknya tidak dipaksakan untuk percaya dan disediakan jalan untuk membuktikan sendiri..
melalui Jhana para Arahat itu telah mengalami sendiri ajaran Buddha dan tercerahkan, benar2 agama yang aneh….
ajaran sang Buda memang tidak masuk akal! impossible, pantes dah sampai pada botak semua
Selamat siang pada admin dan teman2 penyimak blog ini…
kita dapat mengatakan bahwa hanya ada satu jenis Buddhisme dan itu adalah himpunan besar ajaran yang aslinya diberikan oleh Buddha. ajaran-ajaran ini ditemukan dalam kitab-kitab pali, naskah naskah kuno yang diterima sebagai catatan Buddha yang paling tua dan handal.
Antara 100 hingga 200 tahun setelah kemangkatan Buddha, dalam Sangha (komunitas monastik) mencuat perbedaan paham tentang siapa yang memiliki pengaruh dalam urusan Sangha.Sebuah kontroversi mengenai beberapa peraturan monastik yang telah diputuskan oleh suatu komite yang terdiri dari para Arahanta (bhikku dan bhikkuni yang telah tercerahkan sepenuhnya) bertentangan dengan pandangan mayoritas. Mayoritas yang berkuasa tidak setuju dengan keputusan ini, dan mereka mungkin melihat bahwa para Arahanta terlalu berpengaruh. Para bhikku yang tidak puas lalu menurunkan status para Arahanta dan menukar tempat mereka dengan figur ideal Boddhisatva (entitas/mahluk yang belum tercerahkan tetapi sedang dalam proses untuk menjadi Buddha). Kelompok bhikku dan bhikkuni ini dikenal sebagai Mahasangha, yang berarti kelompok besar komunitas monastik.
setelah perkembangan berabad abad kemudian munculah naskah-naskah yang sebelumnya tidak diketahui, yang memberi alasan-alasan filosofis bagi keunggulan Boddhisatva atas Arahanta. Para penganut naskah baru ini menyebut dirinya sebagai Mahayana, yang masih mempertahankan sebagian besar ajaran asli Buddha, tetapi dengan lapisan tafsir-tafsir yang luas dan gagasan-gagasan baru (naskah-naskah cina ini disebut sebagai “agama”).
Dari cina Mahayana berkembang ke vietnam, Korea dan Jepang, hingga menjadi cikal kelahiran Zen. Buddhisme di Tibet dan Mongolia adalah sebuah perkembangan yang lebih belakangan, dan dirujuk dengan sebutan Vajrayana.
demikian sedikit tambahan info.
BUDHA DATANG UNTUK MENYESATKAN ORANG-ORANG YANG TIDAK PERCAYA PADA TUHAN YANG MAHA ESA! TITIK.
@Sungokong
kok bisa?
saya punya argumen dan pertanyaan untuk pernyataan anda:
1. saya pernah baca tentang ‘memetika’ dalam buku yang berjudul VIRUS AKAL BUDI, dalam buku tersebut dijelaskan bahwa, agar lestari dapat menyebar, maka suatu ide (-isme) akan dilindungi sedemikian rupa dari hal-hal dan kondisi-kondisi yang tidak menguntungkan bagi lestarinya dan berkembangnya ide tersebut. Untuknya akan disiapkan seperangkat atribut yang bersifat antisipatif untuk melindungi ide tersebut dari ide lain yang bertentangan, oleh karena itu suatu ide dapat bersifat antisipatif, ofensif atau defensif atas suatu ide yang mengancam keberlangsungan “hidupnya”. Hal tersebut timbul dari rasa insecure akibat ketiadaan bukti atau sarana verifikasi ide tersebut.
Dalam hal demikian jika bermaksud untuk menipu, maka seharusnya Budha melindungi ajarannya (closed loop), bukan membiarkannya terbuka untuk tidak diyakini dan dipertanyakan (open loop). seharusnya ide tersebut dilindungi kuat-kuat dengan ancaman dan iming-iming.
2. siapakah yang dimaksud dengan “orang-orang” yang tidak percaya kepada Tuhan? dan mengapa mereka perlu disesatkan bukannya ditolong untuk memahami kebenaran yang murni?
demikian, mohon share pemahaman / sudut pandang agan Sungokong
Quote: “oleh karena itu suatu ide dapat bersifat antisipatif, ofensif atau defensif..”
maaf maksudnya “oleh karena itu suatu atribut dapat bersifat antisipatif, ofensif atau defensif”
maksud “berkembang” disini adalah menyebar, mohon maaf hihi
MBUH YO! POKOKNYA BEGITU! DASAR MAYAVADI.. NASTIKA!
(‘_’)?,
ketika kita melihat sesuatu yang menantang teori manapun, dalam agama sekalipun, kita tidak seharusnya mengabaikan bukti. Kita harus mengubah teorinya agar cocok dengan fakta-faktanya. Semua Dhamma yang Beliau ajarkan, jika tidak sesuai dengan pengalaman seharusnya tidak kita terima. Kita tidak harus menerima kata-kata Buddha yang bertentangan dengan pengalaman. Hal tersebut dengan jelas dinyatakan dalam Kalama sutta (Angutara Nikaya III, 65). Buddhisme memberi Anda sebuah metode ilmiah untuk praktik Anda. Buddhisme berkata, lakukan percobaan dan buktikan sendiri apakah kata-kata Buddha benar atau tidak. Tetaplah berpikiran terbuka sampai anda menyelesaikan percobaan. Percobaan tersebut adalah praktik Sila, Samadhi dan Panna (kebajikan, meditasi, dan pandangan cerah). Lakukanlah prosedur percobaan yang dilakukan Buddha. Ulangi dan lihatlah apakah Anda mendapatkan hasil yang sama? Hasilnya disebut pencerahan.
Banyak pria dan wanita telah berulangkali mengulangi percobaan itu selama berabad abad. Di dalam laboratorium praktik inilah para Arahanta yang tercerahkan menemukan hasil yang sama dengan yang ditemukan Buddha.
percobaan yang diajarkan buddha seperti Astangga Yoga Patanjali (Raja Yoga) yang diawali dengan praktik sila. coba bandingkan.. sebenarnya masih ada satu anak tangga lagi yang harus dilalui yaitu Bhakti Yoga agar bisa merealisasikan Tuhan dengan sempurna. Penjelasannya ada di blog ini
Rsi Patanjali lahir pasca Buddha, sehingga ada dua kemungkinan kemungkinan pertama adalah dia meneruskan metode yang sama dengan yang diajarkan Uddaka Ramaputta, dan Alara Kalama (yang mungkin merupakan versi degradasi dari ajaran asli Buddha sebelumnya). kemungkinan kedua apa yang diajarkan Patanjali meniru apa yang diajarkan Buddha, namun dengan tambahan tafsir dan bumbu doktrin yang tidak perlu.
dilihat dari originalitas metode yang digunakan Buddha dalam mencapai pencerahan bukan berasal dari metode yang diajarkan Alara Kalama maupun Uddaka Ramaputta, tetapi menggunakan Satipatana yang membawa Buddha secara tidak sengaja masuk ke Jhana 1 ketika beliau masih kecil (meditasi di taman Apel)
SETAN MEMANG PANDAI MERAYU, JADI APAPUN YANG KAU KATAKAN AKU TAK AKAN PERDULI, AKU TAK AKAN TERSESATKAN KARENA IMANKU TEGUH PADA THE SUPREME GODHEAD!!! HUSH HUSH SANA!
baiklah, jika begitu tolong jelaskan pada saya tentang poin-poin keimanan Anda, pasti akan saya simak dengan pikiran terbuka.
mohon share kepada saya agar saya paham, jika Anda tidak berkenan mungkin ada kawan2 penyimak blog yang memiliki pandangan keimanan sama dengan keimanan @sungokong, dan bersedia memberi penjelasan tentang poin poin keimanan Anda
Point-point keimanan semuanya sudah ada di web ini. silahkan dibaca lalu didiskusikan untuk pencerahan
@SUN BO HONG: NAH CI BE PALING TOP!!! PUAS CI?! MILU CANG NGANGGO KAPITAL NE
@Betmengadungan: saya tidak mengerti agama Budha tapi dari sikap orangnya tercermin agamanya. ada yang belum apa2 suka menghakimi, ada yang tenang dan damai menyikapi cemoohan. sabar aja, toh Hindu dan Budha masih bersaudara, namo buddhaya
gak apa kok namanya juga diskusi hehe ^^
baiklah saya ada acara dulu, pamit semua
Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Sadhu sadhu sadhu
1. Buddhisme tidak mengenal konsep roh / jiva / atma.
Yang ada adalah Anatta (tidak ada inti diri, dalam hal ini makhluk hidup dipandang sebagai bentukan2 dari Panca Khanda / 5 faktor pembentuk kehidupan (rupa, perasaan, pikiran, persepsi, kesadaran, bukan jiva / roh / inti diri / aku yang kekal.
2. Memang, dari segi teori konsep ketuhanan agama Hindu dan agama Buddha memang berbeda. Buddhisme tidak mengenal (dan menolak) konsep Tuhan Personal (maha pencipta, maha pengatur, maha penentu, maha kuasa, dsb). Sebab dalam Buddhisme itu sendiri, hal ini (konsep Tuhan Personal) dipandang sebagai salah satu dari “Jenis Pandangan Salah”.
Namun, pentingkah kita memperdebatkan itu semua?
Dharma hanya ada satu.
Tak peduli, apa kau mengenalnya melalui ajaran Buddha Dharma maupun melalui ajaran Veda (Hindu). Bahkan sekalipun kau tak beragama pun, kau tetap bisa mengenal Dharma.
Sebab Dharma tak butuh nama.
Kebenaran (Dharma) sama sekali tak memerlukan sekat apapun.
Mari lepaskan diri sejenak dari segala belenggu konsep dan persepsi pribadi.
“Kemerdekaan Pikiran” adalah hal yang dijunjung tinggi dalam Ajaran Dharma. Baik dalam Buddhisme maupun Hinduisme.
Biarlah masing-masing pribadi meyakini Saddha yang sesuai (cocok) dengan dirinya masing-masing, sesuai karma wasana dan kondisi yang menyertainya. Yang penting, setiap pribadi mampu menemukan Kedamaian, Kebahagiaan, dan Kebenaran dalam Saddha yang dianutnya tersebut dan mampu mengembangkan diri menjadi pribadi yang lebih baik dari hari ke hari nya dengan Saddha nya tersebut.
“Hindu dan Buddha tetaplah satu keluarga dalam Jalan Dharma”
Salam Dharma.
setuju mbakk
anyway, kok pandangan komentator pada sinis semua ya? jarang yang seperti anda
andai saja perkataan selaras dengan pikiran dan perbuatan..
memang konsep ketuhanan dan sang roh/jiva tidak dijelaskan secara lengkap oleh agama-agama yang lahir setelah hindu karena memang tujuannya bukan untuk merubah atau memperbaiki konsep tersebut tetapi untuk memperbaiki etika/perilaku atau moral pada saat itu yang sudah bobrok. coba ingat-ingat lagi yang melatarbelakangi munculnya agama-agama setelah hindu pasti karena kegiatan amoral (adharma) masyarakat saat itu dan di tempat itu. Semuanya sudah dijelaskan di web ini. silahkan didiskusikan untuk pencerahan…
salam damai..
konon.. di zaman Buddha berkembang 6 aliran pra-Buddha yang secara garis besar bisa dikelompokkan menjadi 2 model. model pertama mengajarkan kekekalan jiwa, sementara model kedua mengajarkan nihilisme. Kondisi masyarakat saat itu tidaklah bobrok atau kacau (di akhir dwapara di awal kali, bukankah dalam doktrin hindu pun dikatakan degradasi terjadi seiring semakin “tuanya” kali yuga) tetapi dalam kebingungan filosofis, sebab masing-masing dari keenam aliran tersebut secara terus menerus mempropagandakan keunggulan filsafat alirannya dan ketidakmasukakalan filsafat aliran lain.
Konsep terjadinya degradasi moral masyarakat sebagai musabab kelahiran sesuatu yang mengembalikan masyarakat ke tatanan yang benar adalah konsep klise (ordo ab chao) yang sering dipakai sebagai alasan (oleh yang merasa terancam dengan perkembangan ajaran Buddha) untuk menegasikan kenyataan bahwa yang sebenarnya terjadi saat itu adalah ketiadaan jalan ataupun metode yang benar-benar menyelesaikan pokok persoalan yang utama, yakni samsara.
sebagai dasar pernyataan yang menunjukkan hal tersebut; Buddha dalam pencariannya akan akhir samsara sempat menjadi murid Alara Kalama dan Uddaka Ramaputta, berikut ceritanya:
Setelah meninggalkan Kapilawastu. Pangeran Siddharta menuju ke arah timur. Ia berguru pada petapa-petapa termashyur, seperti Resi Alara Kalama, Resi Uddaka Ramputta. Ia berguru terlebih dulu kepada Resi Alara Kalama. Pangeran menunjukkan bakat yang luar biasa. Dalam waktu singkat ia telah menyamai tingkat kesucian gurunya, yakni setingkat pencapaian kekosongan. Alara Kalama memberikan kedudukan yang setingkat dengan dirinya kepada Siddharta. Tetapi Siddharta merasa tidak puas pada pencapaiannya itu, larena ia tidak memahami bahwa apa yang dicarinya tidak terdapat dalam ajaran tersebut.
“ajaran ini berakhir pada tingkat pencapaian kekosongan, namun tidak dapat mencapai tingkat keadaan lenyapnya nafsu, dan tidak dapat pula membawa kedamaian tertinggi, pengetahuan yang lebih tidak yakni Nibbana”, ia pun akhirnya meninggalkan Alara Kalama.
Ia kemudian bertemu dengan Uddaka Ramaputta dan belajar darinya. Dalam waktu yang juga singkat, Siddharta mencapai tingkat tertinggi dalam ajaran ini. Yakni tingkat bukan kesadaran maupun tingkat tanpa kesadaran. Resi Uddaka Ramaputta tidak bermaksud menempatkan Siddharta sederajat dengan dirinya tetapi ingin menjadikan Siddharta sebagai guru atas dirinya dan murid-muridnya. Sampai di tingkat ini pangeran belum juga menemukan jalan pembebasan yang dicarinya.
Kemudian dalam perjalan mencari kebenaran dan kedamaian tertinggi, Ia sampai di Magadha dan pergi ke Uruwela kotapraja kaum prajurit. disana ia menemukan sebuah taman yang indah, dengan sebuah sungai. Sungai itu jernih airnya, dan mengalir dengan ceria mengelilingi sebuah desa tempat ia bisa mendapatkan makanan. Ia berpikir bahwa itulah tempat yang tepat untuk berusaha mati-matian mencapai apa yang dicarinya.
Sejak saat itu, petapa Siddharta selama enam tahun terus menerus berusaha mencari penerangan. Ia menjalani ajaran-ajaran penyiksaan diri dan pantang makan makanan keras, hingga menjadi kurus kering dan sangat lemah. Penyiksaan diri yang dilakukannya sungguh sangat berat dan ekstrim.
setuju bro! POKOKNYA HARE KRSNA PALING TOP GITU LOH, YANG LAIN HOAX SEMUA!!! GAK SUDI
Tetapi Siddharta merasa tidak puas pada pencapaiannya itu, larena ia tidak memahami bahwa apa yang dicarinya tidak terdapat dalam ajaran tersebut.
maaf maksud tulisannya, “karena ia memahami bahwa apa yang dicarinya tidak terdapat dalam ajaran tersebut”
saya tidak tahu apakah yang sesat doktrin anda atau doktrin Buddhis, tapi yang ingin saya sarankan pada mereka yang merasa dirinya sebagai pencari sejati kebenaran adalah untuk mencoba menggali literatur mengenai satipatana dan vipassana, kemudian mencoba sendiri teknik-teknik tersebut, lihatlah sendiri dan buktikan bagimana awareness anda berkembang, bersamaan dengan wisdom dan compassion sebagaimana yang diajarkan Buddha.
yup saya menolak untuk terlibat dalam perdebatan atas sesuatu yang sama-sama tidak bisa dibuktikan atau diverifikasi oleh kedua pihak. Jika kalian rasa itu benar, ya silahkan jalani sembari selalu menjaga kebijaksanaan dan hatiberbelaskasih, karena itu pada kelahiran yang akan datang dapat menjadi penyebab semakin dekatnya kita pada jalan pengakhir samsara.
‘appamadena sampadetha” berjuanglah dengan kesadaran penuh
bye
sadhu 🙂
hmm..
ya saya juga pernah dengar seorang teman saya yang beraliran krisna mengatakan bahwa lontar lontar di bali itu palsu semua dan kemungkinan ditulis oleh rsi rsi yang kemungkinan sakit jiwa,
sejak saat itu saya jadi ilfill, dan blog ini saya menemukan pola pikir yang sama (bigotry)
shame on you lah…
untuk memahami ilmu pengetahuan sejati kita dapat kembali ke salah satu bapak pendirinya, filsuf inggris bernama Francis Bacon. Dia menegakkan kerangka kerja yang menjadi dasar perkembangan ilmu pengetahuan yakni “kekuatan lebih besar dari contoh negatif”. ini berarti setelah mengajukan suatu teori maka selanjutnya kita harus berusaha sekuat tenaga untuk menyanggah sendiri teori yang kita buat.
Kita mesti meletakkannya di meja uji coba dengan argumen yang ketat. Ketika sebuah cela terlihat dalam teori tersebut, hanya dengan begitulah ilmu pengetahuan dapat maju. Sebuah penemuan baru lebih memungkinkan sebuah teori mengalami penyesuaian dan perbaikan. Metode asli dan mendasar dari ilmu pengetahuan ini memahami bahwa adalah mustahil untuk membuktikan segala sesuatu dengan kepastian mutlak.
Kita hanya dapat menyanggah dengan kepastian yang mutlak.
mohon direnungkan
1. @sdr harekr*n* (jangan2 bawa nama suci) dkk: 1 kata buatmu “NAH CI BE PALING BENEH, PUAS!!?????????”
2. @betmen dan kawan-kwan buddhis: maaf jika ada kata-kata kawan saya yang menyinggung, mohon maklum karena di zaman sekarang hampir semua agama tidak bisa steril dari virus puritanisme, ortodox, merasa paling benar, tapi tanpa bukti (omdo), termasuk kami di Hindu (oknum tertentu sih, yang begitu akibat pendidikan dan pergaulan). salut buat umat Buddhis, saya lihat dan amati kalian lebih banyak beraksi nyata daripada banyak bicara, membuat blog yang menyerang agama/kepercayaan lain (mungkin dengan motif melestarikan agamanya, sekaligus menarik umat dari agama lain, tipikal virus-lah). ya sabar aja… di akhir kita tahu siapa yang benar
setuju, sepertinya kita harus membudaya komen “NAH CI BE PALING BENEH, PUASSS???” tujuannya untuk mem-feeding ego orang orang yang suka berdebat
kalo kayak gono, jangan2 sankarcarya menang WO lagi? mudah mudahan aja nggak sih, but who knows??
sudahlah makanya mulutnya jangan usil, kuatkan saja sraddha internal, gak usah sok sok nyerang agama lain dengan argumen argumen kontroversi yang lagi lagi tidak bisa diverifikasi.
Sulit mengubah dunia, lebih sulit lagi mengubah diri sendiri, maka dari itu mulainya perdamaian dari diri sendiri, jangan usili agama lain (jangann ikut2 jadi fundamentalis, emangaya mau bikin FPH ya(front pembela Hindu?????)
satu kata buat orang usil : CAPE DEH!
wah saya jadi tertarik belajar ajaran Budhis nih, tahu dimana bisa dapat buku-bukunya?
btw salut pada para Buddhis
middle finger untuk yang maksa diri mereka paling benar, paling top, tanpa bukti, tanpa metode verifikasi, tanpa aksi!
hadeh, jangan cepat2 tertarik begitu
yo bolehlah kalo mau open minded, open mind lah, jangan baru bukunya tidak berasal dari kaumnya dilarang dibaca, dibakar, mentah mentah dihakimi sesat padahal yang ditauinya cuma doktrin yang diajarkan guru (aliran ketokone)
yo sing penting ojo jothos jothosan yo mas yo, damai
cintailah Tuhan seperti anda mencintai anak anda, jangan seperti anda mencintai kekasih anda
kalau kalian mau cermat, sebenarnya si penulis artikel bermaksud mengatakan bahwa tripitaka tak ubahnya seperti injil yang mengalami konsili demi konsili, dengan kata lain dia ingin membangun tendensi bahwa bisa saja tripitaka telah mengalami beberapa kali revisi. di akhir dia akan menunjukkan bahwa bhagavad gita-lah, khususnya yang berasal dari BBT, merupakan kitab yang sahih sebagaimana aslinya, dan tanpa perubahan. dengan demikian dia akan memenangkan argumentasi.
saran saya kepada pembaca, carilah tahu sumber lain selain di blog ini, cari tahu tentang konsili, dan jika mau tanyalah kepada pemuka agama Buddhis, tentang apa itu konsili dan konsekwensinya.
saya baru melihat ada yang mengklaim sebagai devotee Tuhan tapi hatinya dipenuhi begitu banyak kebencian dan tendensi sinis, ego yang agresif untuk selalu menang.
setuju dengan komentator di atas, siapapun penulis blog ini, anda adalah orang yang sangat berdedikasi, tapi alih alih menyembah Tuhan, anda mengabdikan diri anda untuk melayani kebencian.
maaf
http://ztavalentine.wordpress.com/konsili-buddhis/
silahkan simak.
berhati hatilah jangan terpancing untuk berdebat, sebab itulah yang diharapkannya, lebih baik pasif dan diam jika tidak ada yang relevan untuk diluruskan
hadeeh ….
apriori semua
Jiah…. ini orang propokator apa ya? Kok arahnya ke Hare Krishna. Bodo kau…… peace deh 😀
bukan provokator tapi orang jujur, mengatakan isi otak dan hati para penyembah palsu.
saya punya teman yang pernah tinggal di ashram narayansmrti kok jadi saya tahu keadaan aslinya, dan pola pikir teman2 HK.
sentimen internal pun ada, mungkin karena terlalu mengandalkan emosi/rasa, sehingga wisdom jadi jongkok.
pengelola ashram sering marah marah dan menghakimi penghuni ashram tanpa mau dengar alasan
trus antara penghuni kadang tidak ada toleransi masalah pembagian piket, padahal logikanya kalo cinta Tuhan karakter orang orangnya ya gak kayak gini toh?
jadi jelaslah yang kalian bela dan cintai bukan KRISHNA per se tapi doktrin sampradaya, dan ego yang kelewat besar
coba deh renungin, dan jujur pada diri sendiri
apa kalian benar-benar sayang pada KRISHNA??????.
@ilovebali: obyektiflah, renungkan, endus sendiri fanatisme dalam otakmu, dan kebencian dalam hatimu, seakan kau paling benar, persis sama dengan apa yang kau benci, bukankah gandhi dibunuh waisnawa fanatis, HK kalian juga punya laten terroris (teroris lewat kata2 dan intelektualitas)
kalian selalu merasa eksklusif, merasa lebih dekat pada Tuhan darpada orang yang bukan HK, menghakimi agama lain, dan kelompok yang kalian tidak suka lewat artikel, lewat buku
sekarang saya mau tanya, kalau benar kalian cinta pada Krishna lalu mengapa piket saja musti malas-malasan, pakai banyak alasan, kalau cinta mustinya kalian berebut piket melayani arca, bohong besar. tak satupun penyembah murni, semua cuma hipokrit yang menganggap diri suci. satu LAGI biar kalian puas: “NAH CI BE PALING BENEH!!!!, ISLAM HINDU BUDDHA KRISTEN KATOLIK KONGHUCU semua salah!!”
lagipula Prabupadha bilang HK bukan hindu toh? lalu mengapa kalian berlindung di bawah payung hindu??? hush hush
toh kalian cuma ngaku ngaku cinta sama Krishna, kalau kalian cinta sama krishna tidak begini pola pikir kalian, tak berisi sinisme dan kebencian hati kalian, sadarlah, berhenti berpura pura
jijik saya lama2
Caitanya datang sia-sia, sepertihalnya orang2 suci laen
manusia memang mahluk sing dadi orin
biar dibilang paling benar mereka gak kan puas bro
kecuali kamu masuk aliran mereka baru mendep mereka
persis virus akal budi, ingin menginfeksi, membunuh faith orang lain, menyebar, padahal jalan salvation yang mereka propagandakan belum tentu benar, dan yang orang laint tempuh belum tentu salah
pendapat pendapat mereka hanya didasarkan atas kitab suci mereka, sekarang coba cermati susunan kosmologis ala sekte mereka, sama sekali ngawur, susunan planetnya ngawur, ntar pasti dibilangnya ilmuwan sains yang salah, KAMI YANG BENARRRR!!!
satu pesan saja buat rekan2 sekte HK, lama2 kami walau sesama hindu jadi tidak simpatik dengan kalian, karena bagi kami kalian sama saja dengan oknum2 garis keras agama lain yang suka menyerang
harus dibedakan mana konsumsi internal mana konsumsi eksternal, sampaikanlah koreksi tanpa tendensi
sinisme dari rekan rekan diatas merupakan tuaian dari perbuatan serupa yang kalian lakukan, nikmati saja sambil benahi blog ini, mana ini yang punya blog, anda berdedikasi tapi salah arah, pahamilah benar2 apa itu cinta bhakti pada Krshna
jangan sampai KRSHNA terlihat sebagai Tuhan dari sekelompok manusia pembenci dan tendensius, karena Beliau tidak begitu
YA KRISHNA YA RADHE YA GAURAHARI, PLEASE MAKE THEM REALIZE
very very upset 🙁
jadi ragu sama si dia
saya tidak tahu harus comment apa. hehe 🙂
@Ngarayana
@Teman2 HK (Putratridarma & Rama)
mohon segera beri klarifikasi, supaya jelas.
@Teman-teman Hindu
ini cuma pandangan seorang “aku” tentang agama Hindu sekarang
Suatu ketika saya mendengar seseorang yang murtad dari agamanya dan bercerita, bahwa setiap hari di tempat pembelajaran agamanya mereka hanya diajak membicarakan betapa rendahnya ajaran orang lain. dan hanya itu pelajaran favorit sang guru, begitu juga antusiasme para murid. kitab2 suci dibahas sekedarnya, cari ayat2 yg paling keren dan pamerkan itu seolah2 itu adalah piala emas olimpiade. padahal ayat2 seharusnya adalah untuk dihayati pribadi.
ketika murid2 merasa kaget dengan ajaran sang guru, sang guru meyakinkan, “mereka (agama2 lain) juga mengajarkan hal yang sama (mengolok2 dan membenci agama lain) kok di pesantren mereka”
saya, orang desa yg tak tahu apa mendengar pengakuan itu tidak habis pikir. mungkin bagi anda yg memang di pesraman/pesantren anda sering membicarakan agama lain, anda biasa2 saja. namun saat itu saya masih lugu. saya tahu beberapa pesraman2 Hindu, saya sendiri anggota pesraman, namun selama sekian tahun, saya tidak pernah mendengarkan hal2 seperti itu diajarkan dlm Hindu. begitu juga di lingkungan akademis/sekolahan, dari sekian tahun dapat pelajaran agama Hindu, tidak ada bab yg mengaitkan dgn pemisahan agama, ataupun tuntuan UNTUK MENGHINDUKAN DUNIA
Saya tidak ingin munafik, kalau membicarakan agama lain tentu pernah saja, tetapi diluar lingkungan pesraman/akademis tersebut. dan saya pun semakin yakin terhadap kebesaran hati Hindu ketika pasca tragedi Bom Bali, umat Hindu melakukan ritual tidak untuk mengutuk pelaku pemboman, tetapi malah mendoakan pelaku segera disadarkan oleh Tuhan. Suatu yg “mungkin” diajarkan di setiap agama, namun hampir tidak pernah direalisasikan. jika saja yg menjadi target adalah agama lain, hasilnya belum tentu sama, kemungkinan besar PERANG!
Semua keistimewaan Hindu itu membuat saya terharu. saya selalu berpikir bahwa MASIH ADA HARAPAN DUNIA INI MENJADI DAMAI.
namun setelah kenal dengan yg namanya dunia maya, kenal dgn netter2 Hindu dari berbagai kepercayaan dan pola pikir. kepercayaan itu berangsur2 pudar. ternyata Hindu tidak lagi seperti yg dulu saya bayangkan, HINDU MULAI MEMBENTUK DIRINYA SEPERTI AGAMA-AGAMA LAIN. mulai membela diri, mulai membenci, mulai mencari salah-benar, mulai menyerang, mulai berdebat, mulai memprostitusikan SLOKA2, mulai ingin tampil nomor satu di dunia.
Dimanakah Hindu yang dulu? tidakkah kita lebih ingin itu kembali?
Perjuangan menjadi Hindu memang berat. Ajaran Hindu yg musti menyelaraskan dengan alam, masyarakat dan Tuhan, kadang terlalu rumit untuk disederhanakan untuk bisa bersaing dgn ajaran2 lain. saya tahu itu. kadang kita tidak bisa membanggakan apapun dari Hindu dibanding agama lain, dimana agama lain dari SD sudah biasa megang kitab, kita hingga mati pun belum tentu pernah lihat Veda.
Tapi jangan karena kita tidak bisa berbangga di depan orang kita merubah Hindu supaya lebih mirip agama lain. Hindu dikenal tenang dan lebih suka mengalah. Namun bagi pemuda2 Hindu berdarah panas, mereka ingin melawan! maka mereka melakukan persis seperti apa yg penyerang2 itu lakukan, yakni MENGHINA BALIK!
Saya tanya, kenapa teman2 di blog ini sangat benci dgn Hindu Bali? tidak ada alasan yg lebioh tepat, selain bahwa HINDU BALI MEMBERIKAN BANYAK KELEMAHAN YG BISA DIJADIKAN BAHAN SERANGAN BAGI AGAMA LAIN. maka untuk bertahan dari serangan itu dan agar Hindu (yg spt mereka inginkan) bisa tetap bertahan di dunia PERDEBATAN DAN OMONG KOSONG itu, maka praktek2 primitif Bali itu harus dilenyapkan. Padahal hal itu belum tentu salah, hanya mereka yg tidak mampu menjelaskan di depan sinisme perdebatan antar agama.
Ini persis seperti ketika Sumantri membunuh adiknya yg buruk rupa Sukarsana, agar ia tidak malu ketika dilihat oleh permaisuri2 raja yg cantik2.
Dalam hal penampilan di depan panggung, Hindu memang tidak ada apa2nya dibanding agama2 lain. tapi Hindu terbukti lebih mulia di belakang panggung. maka jangan tinggalkan kemuliaan itu hanya untuk bisa pamer di depan panggung!
Bagi teman2 dari agama lain, saya yakin akan menemukan hal yang sama jika kita sama2 melihat kedalam.
waduh kok bisa OOT jauh sekali ? malah menjadi ajang `tusuk-tusukan`.
kemana teman2 HK nih ?
om suastiastu…
ada benarnya yang saudara S katakan, saya pikir komen komen kontroversial itu jika disaring ampas2nya dan diambil sari sari tetap ada benarnya juga
jadikanlah ini bahan perenungan bagi pengelola blog, mungkin inilah kulminasi reaksi dari silent reader2 yang sebenarnya muak dengan bentuk2 fanatisme yang mereka anggap lebay karena sudah masuk ke ranah wilayah kepercayaan lain
coba deh simak isi blog maka terlihat jelas tendensi blog ini, kalau spiritual maka seharusnya suatu ajaran bisa membuat orang muda sekalipun menjadi lebih damai, jernih, dan bijak dalam melindungi keimanannya sekalipun
ne be ane adane karma phala 🙂
intinya…
penguatan sraddha internal tidak harus dilakukan dengan cara cara kotor, sperti mengulas ngulas hal hal kontroversial agama orang lain, bukan begini caranya malah mengundang kebencian, dibalas kebencian, saling balas, jadinya melingkar lingkar
apa memang harus begitu caranya? lalu apa bedanya yang membenci dengan yang dibenci?
ada kok cara yang lebih elegan dalam mempengaruhi yakni dengan keteladanan, kalau kualitasnya cuma kualitas pendebat kusir, tapi masih labil dan ababil
ya mana percaya saya kalau kalian on the right track
weis tumben rame nih
milu sik nyimak gen tapi
disimak simak kok jadi malah dikeroyok teman sendiri ya? sedangkan agama lain yang coba dicubit malah cuek bebek tak terpancing… hihi keren2 mirip memukul bantal
memolos memang manjur
kalau dibilang gak nyambung ya gak nyambung
tapi kayaknya artikel mau giri opini bahwa buddhisme itu tak bertuhan kan? pingin nelanjangi budhissme gitu loh…
ntar pasti konklusinya “kalau anda tak bertuhan berarti anda melanggar sila 2 dong, agamanya seharusnya tak diakui dong!”
ntar menang dah anak debaters… asyik2 hore2
gini aja yah, ada baiknya sebelum nulis riset lagi mengenai tradisi tradisi dalam buddhis lalu analisis dengan pikiran netral, baru ditampilkan disini, apa bedanya, kenapa bisa begitu, dari mana asal pandangan itu.. kan jelas
biar kalian tidak dituduh memancing di air keruh
ah sudahlah air beriak tanda tak dalam, daripada kebodohan saya di ketahui banyak orang mending saya…. kaburrrr
tuh kan sila ke 1 maksudnya…
:ngacirrrr
dari observasi, beberapa komentator di atas menggunakan IP address yang sama, berasal dari lokasi yang sama, dan menggunakan operator yang sama. 63% kemungkinan dia adalah orang yang sama.
@sora
benar, ini taktik licik buddhis yang mulai menusuk hindu.
kawan buddhis jgn seperti itu.., ini tidak mencerminkan sikap dan sifat sang buddha. sebenarnya ini hanyalah aksi reaksi. jika kita menjelajah web buddhis kita temukan bagaimana buddhis merendahkan hindu dg menuliskan
– meditasi brahmana-brahmana hindu lebih rendah dari meditasi buddha sehingga brhmana hindu masih berpandangan salah mengangkap ada tuhan sang pencipta,
– nirvana lebih tinggi dari moksa. karena adanya sang roh menyebabkan sulit mencapai kebebasan dan menyebabkan lahir kembali.
– kitab-kitab hindu dikatakan tambal sulam bahkan dianggap penuh dg mitos belaka
– dan lain sebagainya, pokoknya ajaran paling top yang lain berpandangan salah
kenapa kawan buddhis tidak senang dikatakan hindu dan buddha berbeda karena prinsip dasarnya berbeda, malah komen yang tidak-tidak, isinya pendapat pribadi menyalahkan saja. penekanan perbedaan ini karena buddhis jg mulai menyerang hindu. kasus konversi hindu ke buddha di daerah moramo salah satu contohnya. contoh lain di kantor catatatan sipil kolaka. setiap mengetik hindu berubah jadi buddha sehingga ktp dan kartu keluarga hindu tertulis buddha. setelah ditanyakan katanya komputernya pernah dipakai oleh kawan buddhis. Sebenarnya ada apa ini? apalagi kalau melihat komen yang masuk sepertinya ingin mengadu antar umat hindu. orang yang sama seolah-olah banyak sedang mengeroyok kawan di hare krishna. saya sangat kecewa dengan kawan buddhis yang demi pengikut mulai menyerang saudaranya padahal sang buddha sangat dihormati dalam hindu. pola pikir yang mengatakan yang dulu tidak lengkap memberikan jalan sehingga sang buddha membuat jalan baru atau agama yang belakangan lebih sempurna dari yang dulu inilah sebenarnya pandangan salah. jangan bicara manis seperti orang bijak nan suci sementara pikiran dan perbuatan belum bersih.
@anton: jangan nangis bombay gitu dong, selama ini agama lain diolok olok dan ditelanjangi dalam blog ini anda diam saja, baru HK disinggung dikit udah tersungging deh ente, langsung ngemeng2 ngawur hehehe, ahamkara ente keliwat gede, tul kan tipikal anak HK gitu loh
ente nglindur ye? sono cuci muka dulu deh
@argi: ck ck anda ini, apa semua orang hare krsna seperti ini? penuh kecurigaan dan kebencian, adakah orang hare krishna yang berhati nyaman, damai, bijak dan welas asih sebagaimana yang diinginkan Chaitanya?
sungguh memalukan
@anto:
selama ini saya kira anda bijak, nyatanya sama saja
very upset, coz selama ini kakak idola saya (silent rider)
saya dulu sempat ngefans sama rama putra iswara (anak HK), kita sempat hampir pacaran, tapi sekarang udah gak lagi, males banget suka sok nasihatin (mending mantanku), aku juga anak HK sih, cari pacar lagi aja deh
om suastiastu….
hmmm bukannya dalam ajaran teman-teman wisnawa menganjurkan seorang brahmacari untuk mengadakan kontak sedikit mungkin dengan lawan jenis, apalagi sampai berpacaran
memang dalam kenyataannya saya punya teman penyembah, sudah didiksa sehingga boleh melayani arca tetapi dia juga berpacaran, mohon maaf sekali lagi bukankah itu melanggar prinsip/ajaran
mohon diluruskan agar tidak ada kesan munafik
8 Prinsip Brahmacari
Sebenarnya bukan semata-mata anjuran Vaisnava. Tetapi merupakan hukum Hindu. MDS 3.2, dikatakan: “Seorang murid yang sudah mempelajari ketiga Veda, dua ataupun satu saja tanpa melanggar peraturan-peraturan yang ditentukan untuk murid itu, ia akan masuk ke tingkat sebagai kepala rumah tangga”. Jadi, semua umat manusia dianjurkan untuk seperti itu oleh pustaka suci Veda.
Tetapi, walaupun namanya “hukum Hindu”, ia tetap lunak, terserah kita mau menurutinya atau tidak. Yang pasti pustaka suci kita telah memaparkan secara tegas tiap phala dari tiap karma.
Jangan tanyakan apakah saya telah teguh dengan kedelapan prinsip itu. 😀
Saya masih keheranan, pertanyaan2 di sini cukup memberi influence, dari blog yg biasanya sepi, mulai ramai kembali.
Kalau menurut hemat saya, kita jangan menebak (kalau tidak ingin disebut menuduh) apakah orang yg disebut adalah Buddha, Hindu, atau HK, kecuali memang yg bersangkutan menyatakan sendiri. bukan tidak mungkin yg kita kira Buddhis misalnya, adalah orang Hindu yg coba menasehati saudara2nya, atau sebaliknya, pendapat2 yg membela Hindu mungkin dari Buddha (karena banyak sekali nama2 baru). pokoknya jgn berburuk sangka dulu.
Pengalaman saya saat pertama2 berkomentar di blog ini, saya selalu diwaspadai sbg penyerang (saya tidak tahu apa sebelumnya siwaisme yg mampir ke blog ini selalu menyerang). padahal maksud saya cuma memberi masukan/pembanding.
Saya juga penasaran bagaimana non admin bisa melihat traffic blog ini hingga bisa tahu IP adressnya. namun itu sebaiknya jangan dilakukan. apapun alasan orang yg berkomen disini, sepatutnya kita hargai dan sekali lagi, tidak buru2 kita curigai.
Bukankah Ngarayana sendiri berkomitmen untuk tidak mengutit alamat pembaca lagi?
Blog ini spt mandir (kenyataannya Narayanasmrti memang nama asram). orang2 yg datang kesini harus dilayani tanpa memandang dari mana asal dan maksud tujuannya.
bisa jadi IP adress yg sama disebabkan krn yg bersangkutan di warnet. saya mengenal blog ini juga krn alamat blog ini terekam di internet warnet. Google secara otomatis menyimpan pencarian kita bukan berdasarkan komputer, tapi jaringan. jadi kalau di warnet itu sering buka NS, ketika mengetik “Hindu” di google, langsung muncul blog ini (dari komputer manapun). sementara pada warnet lain belum tentu (walaupun menggunakan search engine sama = google)
IP address itu juga mudah diganti kok. warnet2 liar suka mengganti IPnya supaya tidak kena tanggung jawab atas penggunaan internet oleh pelanggannya (registri/spam). contohnya saya dulu dibilang dari sulawesi oleh Ngarayana, padahal saya tidak ada beranjak dari Bali.
Anyway, mari kembali berargumen. Hindu dan agama2 timur lainnya butuh banyak pengalaman berargumen juga, bukan untuk membela/menyerang, tapi supaya kita tahu kita benar, setelah itu kita akan diam dgn sendirinya. kalau tidak lihat saja Mahasabha2 PHDI yg penuh dgn adu urat leher! diskusi antar agama timur spt ini jarang terjadi. biasanya di sini hanya disambangi oleh muslim/kristen. jadi saya sangat mendukung.
menurut saya ketegangan terjadi karena kita menganggap komen2 itu menusuk terlalu dalam. kalau memang kita bisa santai melihat komen itu, tidak akan ada rasa terhina, atau upaya penjegalan, sebaliknya malah berharap yg bersangkutan untuk terus memberikan komentar.
artinya dibawa asik ajaa.
Salam Dharma. Maaf bila ada salah kata
@S: sepakat dengan anda, karena kalo memang rekan-rekan budhist lalu mengapa tulisan tentang budha yang sebelumnya (ada tulisan tentang budha dari sudut pandang purana) adem-adem saja.
sebaiknya kita kembali pada tujuan spiritualitas, apakah itu? tentu kedamaian di dunia dan alam rohani (sekarang dan setelah mati)
idealnya semua ada pada ayat2 sloka tapi implementasinya butuh perjuangan, jika ada yang overlap dengan keyakinan orang lain ya biarkan saja karena agama adalah hal yang sangat privat dan mendasar bagi keberadaan suatu individu, maka dari itu ada batasan-batasan yang harus diingat dalam melemparkan suatu isu
blog ini adalah blog yang indah, penuh pengabdian atau devotion, tapi jangan sampai ternoda oleh perdebatan yang tidak relevan. sama seperti saudara S, jadikan blog ini semacam sanctuary, atau kediaman suci Hyang Kresna di jagat virtual ini, biarkan dia terisi kesejukan, keindahan, keceriaan seakan akan ia adalah hutan hutan tepi yamuna di jagat virtual
mari merenung sama-sama, sudahlah perdebatan bukan tujuan kita beragama, bagaimana kita bisa bersinergi menciptakan kedamaian di dunia yang tengah dilanda prahara ini
semoga blog ini bisa jadi pelarian di kalah hati resah, mungkin bisa ditambah widget musical bhajan atau lagu2 darma
demikian, bukan bermaksud mengajari hanya menyuarakan apa yang selama ini saya rasakan tentang blog ini
tentang perdebatan yg menurut anda tidak perlu, hal ini(debatt) justru di benarkan dengan dasar tertentu oleh Admin. coba anda cross cek pada artikel berikut di web ini :
https://narayanasmrti.com/2010/10/12/debat-salah-satu-metode-pembelajaran-terpenting-dalam-veda/
teman2 HK hanya mencoba untuk mejabarkan suatu kebenaran (dari sudut pandang mereka dan tentu saja sesuai VEDA-nya) tentang suatu ajaran. ketika penjabaran sesuatu dilakukan, untuk menunjangnya otomatis diperlukan pembanding untuk lebih menguatkan penjabaran, dan disinilah debat diperlukan.
(note: meski dari awal saya merasa buang energi debat disini).
kritikan terhadap penyimpangan (menurut mereka) suatu ajaran dengan derasnya disampaikan, meski saya lihat hal ini lebih mengarah pada kritikan destruktif yg jarang diimbangi dengan pemberian solusi holistik yg konstruktif.
tes tes.. 123
jeg sepakat bli
tapi saya maklum sih namanya juga darah muda
seperti lagunya bang roma:
“masa muda masanya para remaja
yang selalu merasa gagah
tak pernah mau mengalaahh
darah muda..
darah muda darah yang berapi api
yang maunya menang sendiri
walau salah tak perduliiii
darah mudaaa..
ser ser tak tak dung ser tak dung ser tolet toletetet”
btw hampir setahun kurang dikit ngikuti blog ini
baru sekali komen hihihi
buat operator blog
sante ja bro, ingat pada misi
serius tapi santai plus damai
jeg pragat beres
yang menyatukan Hindu dan Budha adalah Dharma.
jangan terpaku pada perbedaan,tapi coba kita cari persamaannya.
biar kita bisa hidup damai.
akhirnya semua akan tiba pada suatu hari yg biasa
pada suatu ketika yg telah lama kita ketahui
apakah kau masih sambut dahulu memintaku minum susu
sambil membenarkan letak leher kemejaku
kabut tipis pun turun pelan-pelan di lembah kasih
lembah bandalawangi
kau dan aku tegak berdiri melihat hutan” yg menjadi suram
meresapi belaian angin yg menjadi dingin
apakah kau masih membelaiku semesra dahulu
ketika kudepak, kau dekaplah lebih mesra
lebih dekat
apakau kau masih akan berkata
kudengar dekap jantungmu
kita begitu berbeda dalam semua
kecuali dalam cinta
i love buddha i love hindu i love dharma, peace cup cup muah
Hmm.. sudah mulai bijak komen-komennya.. sebenarnya bukan artikelnya yang membuat seru tapi komen-komen yang masuk. ketika ditekankan/ditegaskan perbedaan hindu dan buddha terutama pada konsep ketuhanan dan sang roh. ditambah dua fakta kasus dilapangan (kasus konversi hindu ke buddha di moramo dan kasus di kantor catatan sipil kolaka) bahkan di web buddha menyerang hindu. ini yang membuat kawan buddhis kemudian menjadi tidak senang. ada sentimen pribadi dengan hare krishna sehingga berusaha mengadu domba antar hindu. ini yang membuat saya bertanya-tanya ada apa dengan kawan buddhis sekarang? mana rasa persaudaraan dan kekeluargaan yang dulu? jangan karena hitungan statistik menusuk saudara sendiri. mencari persamaan baik, mencari perbedaan juga perlu. jangan mencari kesan sama dengan tujuan tidak baik. di kolaka ada desa yang umat kristennya berusaha membuat kesan sama seperti hindu dengan membuat ‘sanggah’ disetiap rumahnya tapi dg salib di atasnya, goa maria seperti pura dan lain-lain. sebagai sesama umat hindu saya hanya mengingatkan bahwa kita diserang dari segala arah. tapi kalau masih mau masa bodoh aja ya gak apa-apa, gak maksa koq..
OM Suastiastu..
sebelumnya saya beri pernyataan bahwa saya Hindu tulen dari lahir (sebelum saya dicurigai sebagai Buddhis yang menyamar oleh beberapa rekan2 hehe :)) OK dari beberapa hari yang lalu saya mengikuti artikel ini, dari komentar-komentar yang ada saya paling tergelitik dengan komentar milik saudara Anton.
1. tentang konversi, merupakan hak setiap warga negara untuk memeluk agama yang diyakininya, sebelum menjustifikasi pihak pihak tertentu, ada baiknya kita mengurai sebab musababnya dari sudut pandang yang netral, menurut saya konversi bisa terjadi dalam dua kondisi yakni kondisi dalam tekanan, dan kondisi sukarela. jika konversi terjadi karena suatu tekanan atau paksaan maka sudah barang tentu hal tersebut melanggar kebebasan beragama, tapi jika terjadi secara sukarela maka tidak ada masalah.
meski demikian konversi secara sukarela pun harus diurai sebab musababnya; mengapa hal tersebut sampai terjadi? apakah karena umat disana kurang mendapat perhatian dan pembinaan aspek sraddha dan sosial lainnya (pemberdayaan ekonomi) dari institusi agama Hindu, ataukah karena penyebab lain? dalam hal ini sebaiknya kitalah yang lebih banyak berintrospeksi.
2. @anton: mengenai catatan sipil, apakah anda melihat sendiri bahwa sistem input database dirubah oleh seseorang dan orang tersebut adalah beragama buddhis, ataukah anda hanya mendengar dari orang yang mengaku melihat perbuatan itu. ataukah anda hanya mendengar desas desus yang berhembus di masyarakat. jika memang diketahui ada kerusakan di sistem maka semestinya anda atau kawan anda sebagai saksi atau pihak yang tahu segera melaporkan hal tersebut agar sistem dapat berjalan baik. Jika tidak ada saksi yang berani mempertanggungjawabkan pernyataanya maka sebaiknya kita tetap menjaga pikiran yang baik, karena kekacauan sistem bisa saja terjadi karena dari kerusakan internal sistem tersebut. Apapun penyebabnya yang terpenting adalah usaha kita untuk memperbaiki kerusakannya.
3. mengenai web web buddhis yang menjelekkan Hindu, jika berkenan tolong beri link web tersebut, karena saya kira teman teman blogger yang lain ingin menyimak perdebatan atau hal hal yang anda katakan sebagai upaya menjelek-jelekkan Hindu. dengan demikian mungkin kita bisa ikut berdiskusi disana untuk meluruskan pandangan-pandangan yang keliru.
Jika pun ada maka rasanya tidak ada jika melimpahkan sikap agresif tersebut pada seluruh teman-teman Buddhis, karena tentunya hal hal tersebut dilakukan oleh persona-persona yang mungkin sama-sama masih berada dalam gejolak darah muda (mungkin sama seperti kebanyakan dari rekan-rekan muda dari forum2 agama lain, untuk hal ini saya bisa maklum, dan malah menghormati mereka karena di zaman sekarang langka anak muda yang care masalah agama)
4. @S: sepakat dengan saudara S, kita memang harus kritis bahkan kepada keyakinan kita sendiri. Khayalan, desas-desus, isu apapun yang terdengar mendukung apa yang kita dukung atau sangka cenderung langsung kita setujui dan beri label sebagai fakta. hal yang sebaliknya juga berlaku, yang bertentangan kita tidak dukung, langsung diputus salah, tanpa usaha cerdas untuk melakukan verifikasi dan pembuktian.
ini merupakan kecenderungan yang berbahaya bagi siapapun yang ingin menemukan kebenaran sejati.
5. @Edy: hindu dan buddha memang memiliki beberapa persamaan, tapi juga memiliki perbedaan yang sangat bertolak belakang, misalnya terkait keberadaan Tuhan, dan Jiwa. Buddha mengajarkan tiga kebenaran mulia salah satunya adalah mengenai ‘ketidakberadaan inti diri’ disebut (anatta) atau anatma (sanskrit), ini merupakan pengetahuan yang beliau peroleh melalui penembusan jhana-nya, hal yang sama juga selanjutnya diverifikasi oleh para Arahat. dalam buku Buddhis yang saya baca dikatakan bahwa ilusi tentang keberadaan inti diri merupakan barrier terakhir yang paling sulit diatasi, ilusi inilah yang paling mampu membuat seorang bhikku terhalang dari mencapai pencerahan sempurna. bhikku yang baru mencapai jhana ketiga disebut anagami (yang tidak kembali) dimana saat mati si Bhikku tidak terlahir kembali di alam manusia, tetapi di alam Brahma, disana dengan usaha sempurna ia melanjutkan perjuangan mengalahkan ilusi tentang sang inti diri sehingga menembus jhana keempat, dan mencapai nibbana.
seorang yang baru menembus jhana pertama, disebut sotapanna atau Sang Pemasuk Arus, di dalam tahap ini, ia dikatakan masuk ke dalam arus menuju pembebasan dari samsara, dan paling banyak terlahir kembali ke dunia sebanyak 7 kali sebelum mencapai pencerahan sempurna. Hal ini merupakan hasil penembusan pikiran yang melihat sendiri secara utuh proses2 dan kondisi2 yang diajarkan buddha sehingga ia memiliki keyakinan yang berasal dari selfrealization yang selanjutnya memverifikasi sendiri doktrin yang Buddha ajarkan. dengan melakukan langsung dan mengalami sendiri maka dia memiliki keyakinan yang kokoh.
jadi apapun yang Buddha ajarkan bisa diverifikasi semasa kita hidup, melalui penembusan jhana.
saya sendiri baru belajar melakukan satipathana, vipassana, dan metta bhavana dengan referensi buku buku buddhis (walau saya bukan buddhis, tidak serta merta menjadikan saya menutup pikiran rapat rapat pada metode2 yang Buddha ajarkan), saya sendiri telah merasakan manfaatnya, salah satunya mampu “memergoki” perasaan, pikiran, keinginan, melihat mereka begitu saja muncul, tenggelam, berubah bentuk tanpa saya terbawa pergolakan itu, hanya melihat mereka, dan ini memberi saya waktu untuk memilih reaksi saya terhadap mereka, dan bukan dikendalikan mereka, ini merupakan pengalaman yang bagi saya sangat luarbiasa bagi saya.
metta bhavana merupakan meditasi cinta kasih dimana kita memancarkan metta atau cinta kasih kepada seisi semesta, Buddha mengajarkan pemancaran metta yang terus menerus akan membuat si pelakunya dikasihi oleh seluruh mahluk, bahkan oleh para dewa, dan asura sekalipun, semua merasakan kasih yang bersahabat. ini juga saya rasakan kebenarannya, pengalaman yang unik adalah ketika seekor burung hinggap di bahu saya saat selesai meditasi, dan ketika seorang teman terkejut anjingnya tidak menyalak pada saya padahal saya belum pernah main kesana sebelumnya.
meditasi buddha benar benar membuat saya merasakan kenikmatan rohani yang misterius, walau saya seorang hindu sekalipun. saya berharap suatu hari bisa bertemu dengan guru/bhikku yang mau membimbing saya lebih dalam lagi.
demikian sekedar masukan dan sharing dari saya yang mengalami secara langsung (bukan cuma mendengar desas desus loh :))
satu lagi yang terakhir, saya ini hindu loh (hindu abangan malah), perlu saya tegaskan sebelum dituduh buddha yang menyamar, kalo masih dicap lagi ya cape deh hehe (pake dubb suara doraemon) ok just kidding, jangan dimasukan ke hati
Shanti 🙂
Sang Buddha sbg Avatar
Dalam tradisi Hindu, Tuhan Maha Agung dikatakan menjelma dari zaman ke zaman ketika kejahatan merajalela dan kebenaran dalam bahaya kehancuran. Dia datang untuk membangun kembali keadilan dan ketenteraman spiritual. Dengan suatu kehendak ilahi, ia mengambil wujud manusia untuk membalikkan kecenderungan penurunan sosial.
Salah satu yang dianggap masuk menjadi avatar sepuluh besar adalah Sidarta Gautama.
Nah anehnya ketika Avatar Buddha turun ke bumi, mengapa para penganut Hindu tidak mengikutinya? sehingga tidak heran jika Buddha di India penganutnya sangat sedikit, krn mrk lebih yakin dg agama yg dianutnya.
lalu dimnakah letak fungsi avatar sang Buddha…..?
nindasi yajña-vidher ahaha s’ruti-i-jâtam
Decrying slaughter according the rules of Vedic sacrifice,
sadaya-hridaya dars’ita-pas’u-ghâtam
You are compassionate of heart with the poor animals.
kes’ava dhrita-buddha-s’arîra
O Kes’ava in the form of Buddha! Hail Hari! Lord of the universe.
jaya jagadîs’a hare, jaya jagadîs’a hare, jaya jagadîs’a hare
Oh Kesava! Oh Tuhan Penguasa alam semesta! Oh Sri Hari, yang telah menjelma dalam wujud Buddha! Segala pujian kepada-Mu! Wahai Buddha yang maha welas asih, Engkau menentang pemotongan hewan-hewan yang tidak bersalah yang dilakukan atas nama aturan korban suci menurut Veda.
itulah doa/lagu pujian kepada Buddha Avatara dari Gita-Govinda karya Jayadeva Gosvami. cari saja Sri Dasavatara-stotra.
kemunculan sang buddha bisa lihat disini
https://narayanasmrti.com/2009/03/16/budha-avatara/
kemudian kenapa ajaran sang buddha memudar bisa dibaca disini
https://narayanasmrti.com/2009/03/16/shankaracharya-penjelmaan-dewa-siwa-penerus-misi-buddha-gautama/
mungkin semua pernah ikuti dan komentar (banyak euy….)
jadi kami, saya atau anda yang kagum dan senang menyanyikan lagu pujian diatas TIDAK AKAN PERNAH MENJELEKKAN, MERENDAHKAN DAN MENGHINA SANG BUDDHA. doa ini saya dapatkan setelah bergaul dengan teman-teman HK
jika kami dibilang tidak mengikuti aturan sang buddha maka bisa dibilang keliru. kami ikuti aturan Beliau yang tidak makan daging (ahimsa), tidak berzina, dll (maaf g hafal semua). kami tidak ikuti semua aturan karena beberapa aturan Beliau di fungsikan untuk kehadiran Beliau pada masa itu yaitu…..(cek tulisan di atas yaaaa). jika ada yg mengikuti sepenuhnya maka mereka adalah pengikut Sang Buddha yang secara nurani kagum dengan jalan sang buddha (sah sah saja, karena itulah pilihan sang roh dalam pelayanan)
semoga bisa diterima dengan bijak. setiap ulasan yg disampaikan dan berbeda dengan pandangan vaisnava bukan berarti kami benci. namun itu adalah uraian yg harus kta pahami dan sikapi dengan attitude. contoh uraian tentang Buddha Avatara. kami tidak benci/ngomporin buat merendahkan, namun harus kami pahami maknanya (telusur sebab kehadiran beliau) dan sikapi dengan attitude (tidak kita ikuti sepenuhnya karena tidak menguraikan tentang keberadaan Brahman, Paramatman dan Bhagavan).
Demikian. semoga bermanfaat.
mohon dikoreksi jika saya menggunakan kata kami maupun jika uraian saya terdapat kekeliruan.
Salam Bahagia……..
ya ini pun menimbulkan keraguan bagi saya juga, karena Buddha termasuk dlm DASAVATARA bahkan dlm Srimad Bhagavatam (tlng klarifikasi). Namun, dari pertanyaan saya pada sdr. Rama beliau mengatakan “karena kami (HK) tidak mengakui Sang Buddha” (????)
Sedangkan saudara HK yg lain, yakni Putratridharma pada suatu kesempatan komentarnya mengatakan mengakui Buddha, namun sebagai perannya untuk “menyesatkan” atau “mengelabui” manusia2 dari Hindu pada saat itu.
Dan Ngarayana (empunya web ini yg nampaknya sangat sibuk saat ini) pernah menjelaskan Buddha bertujuan untuk mengalahkan dominasi Brahmana2 dgn ajaran Hindu-nya yg terdistorsi. Namun kemudian lahir Shankaracharya untuk kemudian mengalahkan ajaran Sang Buddha, dan kemudian barulah lahir Sri Chaitanya untuk mengalahkan ajaran Shankarachaya (apakah kemudian ajaran Sri Chaitanya juga akan dikalahkan oleh ajaran berikutnya, Kalki, tidak dijelaskan).
Nah, begitulah pendapat yg saya dapat dari teman2 HK yg saya kenal. Bingung juga kan??? Saya bukan bermaksud memojokkan, tidak. saya sendiri sebenarnya ingin sekali menanyakan lebih lanjut, namun belum dapat kesempatan. kini karena kesempatannya sudah ada, maka saya sangat ingin saudara2 HK, baik Ngarayana atau Rama sudi mengklarifikasi.
Catatan :
Apa yg saya tulis diatas mungkin tidak sepenuhnya persis seperti kata2 beliau2 diatas, karena ini adalah rekaman memori saya. saya berusaha mencari sumber2nya, tapi saya lupa dimana komen itu diberikan. tapi saya yakin 100% beliau2 memang sempat berkata spt itu. kalau anda sudi mengklarifikasi, saya sangat berterimakasih.
ini ini begitu..
katanyaa..
katanyaa..
itu itu begini…
katanyaa..
katanyaa…
semua cuma katanya…
katanya…
katanya…
eh jadinya cape deh…
cape deh…
cape deh…
srimad bhagavatam purana, versi yang diperpanjang diperkirakan dibuat pada sekitar antara rentang abad ke sembilan hingga abad ke sepuluh masehi. beberapa sejarahwan india maupun barat juga ada yang berpendapat, kitab ini lebih tua dari abad ke sembilan, yang paling mentok adalah dikatakan dibuat di abad keenam masehi, kemudian menyebar melalui tradisi lisan dan tulisan. entah sebelumnya orang india mengenal huruf apakah purana ini sudah ada namun dalam bentuk lisan (18000 sloka dihapalkan dalam bentuk lisan, tanpa referensi tertulis sebagai sarana verifikasi ada tidaknya kekeliruan, ada tidaknya penambahan maupun pengurangan, tafsir-tafsir keliru dan lain sebagainya)
melihat umurnya yang relatif muda yang wajar saja jika ia mengandung peristiwa dan tokoh2 yang telah lahir di masa sebelumnya kemudian diinterpretasikan agar mendukung kepercayaannya tersebut
mungkin loh, cerdaslah menjadi hindu!
@DP
Saya ingin sekali saling bertukar pengalaman dengan anda. membahas pengalaman spiritual yg dialami secara langsung berbeda jauh dgn membahas suatu filsafat keagamaan dlm debat yg semuanya cuma bersumber dari buku (tekstual). Pengalaman anda menunjukkan anda seorang Karmin dan Bhakti yogi
@ Mr. Xarel
Saya rasa lebih tepatnya kesalahan ada pada manusianya. manusia tidak dapat menerima Tuhan secara penuh, karena itulah Tuhan menurunkan berbagai versi agama untuk memudahkan manusia dlm memilih, namun tujuannya tetap satu.
Dalam Islam kan juga menghormati nabi Isa, Nabi Ibrohim, tapi sampradaya (ajaran) yg diikuti kan cuma sampradaya Nabi Muhammad.
Dear S,
Salam hormat saya. trims atas reply dan pertanyaan. tidak ada tangkapan niat memojokkan dari anda. pertanyaan tersebut bagi saya termasuk sulit. metode kami menjawab adalah merujuk ke Guru-Nabe kami. namun krn saya belum mengambil inisiasi/blm berguru maka mhn maaf blm bs merujuk jawaban Guru. saya pun mhn bantuan Prabu Ngarayan untuk menjawab pertanyaan ini.
saya akan sedikit berspekulasi (pendapat sendiri) dengan refer bbrp pendapat dari vaisnava yg lain.
1. Bagi Vaisnava, pandangan Brahman, Paramatman dan Bhagavan adalah pasti. sesorang yg menginsafi Brahman akan mencapai brahmajyoti (cahaya brahman) – lihat gambar semesta. para vaisnava sangat tidak mau masuk dalam brahmajyoti dan dikatakan bahwa brahmajyoti lebih mengerikan dari Neraka (padahal memasuki brahmajyoti adalah salah satu bentuk moksa- mhn pendapat saya diluruskan oleh para vaisnava).
pendapat ini dilatarbelakangi karena di brahmajyoti tidak ada pelayanan bhakti. hanya kekosongan/limpahan cahaya brahman. (cahaya brahman aslinya adalah cahaya badan Krsna).di neraka seorang vaisnava masih bisa melakukan pelayanan kepada penyembah Krsna dan memuaskan Krsna. di neraka masih ada seorang Mahajana terkemuka yaitu YamaRaj-penguasa neraka.
2.Pandangan buddisme maupun mayavadi sangat kuat dan memikat. kami pengikut Sampradaya yg dirujuk harus berhati-hati. sedikit terlena kami akan terpesona paham tersebut yang ujung-ujungnya sampai brahmajyoti (so jgn artikan kami hati-hati dengan menghina/menjelekkan, tapi pada memahami dan attitude hormat – belajar menjadi uttama adhikari). adalah usaha memahami dan menjalani bhakti merupakan upaya keras kami sehingga kami tidak terpikat pandangan diatas.
3. Buddha adalah salah satu avatara. saya lupa sloka brp. Sri Caitanya adalah avatara yg kemunculannya rahasia shg sedikit yg mengetahui. masing-masing mempunyai peranan akan kemunculan. Kalki avatara pun seperti itu
mleccha-nivaha-nidhane kalayasi karavâlam
For the destruction of the wicked, with a comet for a sword,
dhûmaketum iva kim api karâlam
You’re trailing a train of disaster to them.
kes’ava dhrita-kalki-s’arîra
O Kes’ava!, in the form of Kalki! Hail Hari! Lord of the universe!
jaya jagadîs’a hare, jaya jagadîs’a hare, jaya jagadîs’a hare
Oh Kesava! Oh Tuhan Penguasa alam semesta! Oh Sri Hari, yang telah menjelma dalam wujud Kalki! Segala Pujian kepada-Mu! Engkau muncul seperti komet dan membawa pedang yang mengerikan untuk hancurkan orang biadab pada akhir kali yuga.
Ajaran Sri Chaitanya Mahaprabu diperkirakan berlangsung xx ribu tahun semenjak kemunculan. dan kali yuga berumur 432 ribu tahun. Kalki Avatara muncul di akhir masa.
dalam periode xx – 432 sangatlah lama.
4. mhn di baca bagaimana kisah jagai dan madhai di Chaitanya Caritamrta. bagaimana aksi Sri Chaitanya terhadap mereka. bandingkan akan aksi yg dilakukan Kalki Avatara dengan pedangnya.
jadi yang dapat saya sampaikan adalah,
1. Kami sujud, memuji, menghormati Buddha Avatara dan hormat pada penyembahnya namun tidak mengikuti sebagian ajaran yg mengarah pada kekosongan/filsafat maya.itulah maksud mengakui dan hormat namun menolak filsafatnya (bukan tidak mengakui saya rasa di pertanyaan saudara S)- based penjelasan 1 & 2
2. – Ajaran Sri Chaitanya (sankirtan yadnya) sangat murah hati dan menolong dan cocok pada Kali Yuga.
– pasca Kali Yuga akan ada Satya Yuga kembali dengan corak ke-4 kaki penyangga Dharma ada.
– xx – 432 adalah waktu yg lama. berarti kemungkinan besar Sankirtan Yadnya sudah tidak bisa memurnikan orang-orang sehingga para sadhu akan tidak dilindungi pada periode xx – 432. hanya Avatara/Utusan yang sah yg bisa mengambil tindakan untuk melindungi para sadhu dengan cara-cara diluar tata cara vaisnava.
artinya, bukan berarti Ajaran Sri Chaitanya tergantikan oleh ajaran Kalki Avatara. Ajaran Sri Chaitanya sesuai hingga akhir kali berarti masih dilakukan, namun ada kondisi tidak terelakan yg hanya dilakukan oleh Avatara/Utusan yg sah.
saya kira demikian. semoga tidak membingungkan (ato jangan2 malah bingung). g apa2. yg penting g stres trus gila. klo tergila-gila krn cinta pada Tuhan g apa2.
Sekali lagi mohon koreksi vaisnava lain. maaf jika ada penggunaan kata kami yg tidak representatif.
Salam Bahagia
Haribolo…..
To: S
trims atas tanggapanmu, saya setuju dg komentmu, mulai dahulu sampai skrg juga “masih bingung” atas kebodohan saya mengenai para avatar tersebut, khususnya penjelasan dari Putra tridarma sampai Ngarayana sendiri.
1. jika benar Sang Buddha adalah avatar, lalu mengapa tdk meyakini veda, bahkan mebuat kitab suci sendiri.?
2. Jika benar sang Buddha adalah avatar lalu mengapa tidak meyakini Tuhan Dalam versi Hindu?
3. Jika benar Sang Buddha adalah avatar, lalu mengapa setelah wafatnya justru ajarannya di “tentang” dan dikalahkan oleh Shankaracharya (avatar kecil)apa yang salah dalam ajaran Sang Buddha sehingga Shankaracharya harus keliling kepenjuru India utk mengalahkan ajaran Sang Buddha?
4. Jika benar sang Buddha adalah avatar (inkarnasi Tuhan)lalu mengapa Sang Buddha “membantahnya” dg menyebutkan bahwa beliau mencapai Buddha setelah mengalami proses kurang lebih 800 kehidupan sebelumnya.Manakah yang benar…..?
jawaban dari komentator saya tunggu, utk menghilangkan kebingungan saya yang awam ini.
@Saudara Xarel:
1. tidak ada sabda Buddha yang memerintahkan untuk menolak Weda, tetapi memerintahkan untuk memahami kembali Dharma yang terdistori paham-paham sektarian, yakni aliran-aliran pada masa itu yang saling berdebat satu sama lain secara filsafat, tapi para pendirinya tidak memiliki ciri-ciri sifat seorang arya, sehingga tidak mampu memberikan pencerahan mengenai jalan pembebasan dari samsara, terbukti dari beberapa cerita persekongkolan mereka untuk mencelakakan dan memfitnah sang Buddha (pada akhirnya ketika pengikut Buddha semakin banyak, dan mereka menjadi semakin terdesak (karena semakin sedikit umat awam yang menunjang mereka) mereka yang tadinya berselisih paham menjadi bersatu untuk mengalahkan musuh besar yakni sang Buddha). Jadi yang dilakukan sang Buddha adalah “pembersihan” Dharma dari doktrin doktrin atau dogma dogma sampah yang tidak bermanfaat.
2. Buddha sendiri dikatakan sebelum terlahir sebagai Siddharta, adalah seorang bodhisatwa atau calon buddha. calon buddha adalah mahluk yang berniat apabila nanti ajaran Dharma yang diajarkan Buddha sebelumnya (Buddha Kasyapa) telah terdistorsi dan dilupakan, maka dengan usaha sendiri dia akan menjadi Buddha untuk menemukan kembali jalan yang hilang itu. uniknya dalam beberapa sumber yang saya baca (sebuah kitab Buddhis tentang tumimbal lahir buddha sebelum terlahir sebagai siddharta), Buddha menjelaskan bahwa ia pernah terlahir sebagai Rama putra Dasaratha, sebagai Vyasa Krsna Dvaipayana, dan sebagai salah satu putra Devaki, saudara Vasudeva Krsna. Mungkin atas dasar sabda Buddha ini menjadi penguat dari kaum vaisnawa untuk memasukkan beliau sebagai Avatara. Tapi tentunya ini diketahui belakangan (setelah buddha membabarkan tumimbal lahirnya), bukan sebelumnya, karena jika telah diketahui sebelumnya tentu para rshi jaman itu, termasuk para pendiri keenam aliran filsafat lain menerima beliau sebagai inkarnasi Tuhan. tapi tidak demikian, penganugrahan gelar avatara, saya rasa terjadi setelah beberapa abad kemangkatan Buddha. saya beranggapan dasar buddha dimasukkan sebagai avatar yang karena tafsir kita terhadap sabda beliau, padahal beliau sendiri belum pernah menunjukkan delapan kesaktian Illahiah (asta aiswarya) dan bentuk semesta (wiswarupa) sebagaimana yang disaratkan para penganut sampradaya tertentu untuk menerima seseorang sebagai yuga avatara. masuk akal gak logika saya? (cuma spekulasi sih, tapi gak nyontek pikiran orang lain)
3. saya mencari kitab risalah yang berisi catatan perdebatan (dokumentasi) Sankaracarya dengan pengikut Buddha, tapi tidak ada. Adakah? karena agak janggal jika sesuatu yang monumental semacam perdebatan macam itu tidak terdokumentasi bahkan dari sudut catatan rakyat / masyarakat yang menyimaknya, yang kita tahu dari mulut ke mulut cuma tentang perdebatan Sankaracarya dengan umat awam buddhis (dimana si umat awam meminta sankaracarya untuk menjelaskan tentang tata cara seksualitas (?)) tak ada catatan tentang sankarcarya yang berdebat dengan bhikku atau rohaniawan buddhis yang benar benar paham ajaran buddhis. Perubahan agama masyarakat lebih rasional jika disebabkan karena mengikuti agama raja, sebagaimana yang terjadi di Indonesia, karena sejak setelah pemerintahan raja besar Ashoka yang beragama buddhis, di India di dominasi oleh raja-raja yang beragama Hindu.
4. sudah dijawab di no.2, saya tidak tahu di berapa kali kehidupan, tapi dikatakan terjadi di zaman buddha Kassapa. ketika beliau seorang petapa biasa, yang karena bhaktinya menjadikan dirinya semacam batu titian bagi Buddha yang hendak lewat agar terhindar dari jalan yang becek. saat itulah beliau berikrar / mengucapkan ikrar Bodhisatwa: “Makhluk hidup yang jumlahnya tak terhingga,
Aku bertekad membebaskan mereka semua,
Kegelapan batin tiada henti,
Aku bertekad memotongnya seketika.
Jalan Dharma luas tak terbatas,
Aku bertekad menguasainya.
Aku bertekad mencapai Kebuddhaan pamungkas.”
maaf, koreksi bukan di zaman Buddha Kassapa tapi zaman Buddha Dipankara, mohon maklum karena saya bukan seorang Buddhis tetapi terbukan untuk menggali agama lain bahkan mempertanyakan kebenaran agama saya sendiri
ada 29 buddha:
1. Taṇhaṅkara[1]
2 Medhaṅkara[2]
3 Saraṇaṅkara[3]
4 Dīpankara[4]
5 Koṇḍañña[5]
6 Maṅgala[6]
7 Sumana[7]
8 Revata[8]
9 Sobhita[9]
10 Anomadassi[10]
11 Paduma[11]
12 Nārada[12]
13 Padumuttara[13]
14 Sumedha[14]
15 Sujāta[15]
16 Piyadassi[16]
17 Atthadassi[17]
18 Dhammadassī[18]
19 Siddharttha[19]
20 Tissa[20]
21 Phussa[21]
22 Vipassī[22]
23 Sikhī[23]
24 Vessabhū[24]
25 Kakusandha[25]
26 Koṇāgamana[26]
27 Kassapa[27]
28 Gautama[28]
29 Maitreya [29]
siddharta ke 19
maaf lagi, karena bukan umat Buddhis jadi salah lagi
buddha Guatama itu buddha ke 28 xixixixi, sotoy banget saya yah, jadi pendapat2 saya janganlah dipercaya mentah mentah tapi direnungkan dan dianalisis sendiri
@ Budi S
Saya salut dengan anda. amda mengatakan “menurut Vaisnava…”
itu artinya anda telah mengantisipasi supaya tidak terjadi perdebatan.
tentu saja konsep2 moksa menurut vaisnava dan sekte lainnya ada perbedaan, (dan saya sempat berdialog panjang dgn Prabu Ngarayana di : https://narayanasmrti.com/2011/06/07/simpang-siur-konsep-moksa/ puanjaaaaang bgt)
Namun dengan kerendahan hati, kita bisa tetap memegang keyakinan kita sekaligus menghargai keyakinan orang lain spt yg anda lakukan. setelah itu mungkin kita bisa lebih jauh mempelajari keyakinan orang lain, sebagai pembanding.
Jadi selamat menjalani gurupadesa anda saudara Budi S.
@Mr. X
Ini adminnya kemana ya? kok saya jadi merasa bertanggung jawab memoderasi komentar anda.
gimana kalau ngobrol santai saja?
pada point 1, 2,3 saya analogikan dgn kisah kuno dlm kitab Hindu.
Apa yg terjadi sekarang dulu pernah terjadi. Pada saat dunia kacau, bumi menjadi gersang, lahirlah Kartawirya Arjuna, sang Avatara. dia berhasil memperbaiki keadaan. namun kemudian masa-masa keavataraannya berakhir, mahzabnya sudah tidak lagi relevan untuk masa yg baru. maka ia kemudian harus mati di tangan avatara yg baru, Parashu Rama. kemudian masa-masa parashurama pun berlalu, ajaran2nya yg dulu relevan, setelah sekian ratus (atau ribu) tahun menjadi tidak relevan lagi, seperti pak Harto yg awalnya dielu2kan, ia pun harus lengser oleh masa yg baru, datang dari Avatara Rama pangeran Ayodya. Rama mengalahkan Parashu rama, tapi tidak membunuhnya. Rama membawa ajaran yg ULTIMATE pada masa itu, sehingga bisa dikatakan mengakhiri pelengseran demi pelengseran avatara yg terjadi. bisa dilihat lahirnya avatara berikutnya terjadi dalam waktu yg lama (artinya suasana sudah aman)
Hindu tidak bisa dipandang hanya Kartawirya Arjuna saja, atau hanya Parashurama saja, atau Rama. Hindu adalah siklus dari semua itu.
Bagitu juga nanti andaikata tercipta agama dunia yg satu, maka masing2 agama sekarang akan memberi influencenya pada suatu bagian dimana ia dibutuhkan.
Tuhan menurut Hindu bukanlah orang yg memberikan suatu ideologi kaku untuk dituruti sepanjang masa, Tuhan adalah yg memberi solusi. dan tidak ada satu solusi untuk sepanjang masa. lain masalah, lain solusi. Lain masa, lain masalah!
maka Tuhan menurunkan solusi baru pada setiap masa. solusinya itulah avatara.
point 4 :
Lihat saja pada kisah di atas, 3 avatara dalam satu masa! (dan saling bertatap muka)
itulah misteri avatara. avatara dapat dipahami dengan kata sederhana “utusan”.tapi dapat juga dimaknai lebih kritis, sebagai Tuhan itu sendiri.
kalau menurut saya nih ya, kita semua ini adalah avatara, jika kita menjadi utusan tuhan, ya untuk itu tadi, memberi SOLUSI bagi dunia.
Buddhis tidak menganggap Buddha sbg avatara (koreksi plz) bagi Buddhis Sang Buddha adalah salah satu dari mereka, yg juga menempuh upaya yg sama, dan dapat mencapai status yg sama nantinya. hanya saja beliau memulai duluan.
Bagi Hindu (Siwaisme deh biar sekte lainnya tidak kecewa) kita ini adalah atman, dan ketika atman menyatu dgn Brahman, ya jadi Brahman. So, ketika avatara yg turun itu dikatakan punya kehidupan di masa lampau, ya tentu karena ia adalah atman. tetapi ketika dikatakan dia adalah perwujudan Tuhan sendiri, ya iya, karena ia Brahman…
silahkan tanyakan bagian yg anda kurang mengerti
salam kenal brow
dari awal saya mengikut dan membaca comment yg masuk,hampir 80% comment tidak mengena pd topik yg di bahas,tp gak apalah,itung”buat tambahan ilmu,agar menjadi lebih sabar terutama bagi comment yg sifatnya destructif, menyerang dan memojokan,tapi gak apalah namanya jg diskusi,ya tujuannya pasti untuk menemukan solusi walo jauh dari harapan,seperti Mahatma gandi katakan bahwa”argument tidak akan pernah bisa menyelesaikan masalah tapi justru akan menambah masalah”jujur saya bangga menjadi hindu,karena hindu/veda mengajarkan/menuntut agar umatnya kritis terhadap ajaran agamanya bahkan terhadap tuhannya.
@DP
maaf baru sempat balas komennya karena pulkam beberapa hari ambil sembako, maklum kalau darah muda kekurangan sembako takut komen dg sembarangan.
1) mengenai konversi dan penyiaran agama kita harus bersandar pada prinsip toleransi, kebersamaan, nondiskriminasi, dan ketertiban. menghindari cara-cara penyiaran agama yang bersifat negatif. seperti tidak boleh menyiarkan agama dengan bujukan, materi, pakaian, uang, makanan/minuman, obat-obatan, penyebaran majalah, pamflet, buku, serta mendatangi rumah per rumah. dari beberapa yang sempat saya tanya mereka beralih karena pemberian materi secara langsung maupun tidak langsung dan karena menganggap hindu dan buddha sama saja. ini juga untuk instropeksi intern umat hindu kenapa bisa terjadi seperti ini,
2) mengenai yang di catatan sipil, saya mengalami sendiri waktu saya membuat KTP dan saya kartu keluarga tetangga saya juga mengalami hal yg sama. akhirnya saya dan ada bpk dari daerah lain menanyakan hal ini langsung. saya harus mengganti KTP dan bpk tdi mengganti kartu keluarga n beberapa KTP dg membayar lagi. sedangkan yang lain kebanyakan membiarkan karena tidak tahu harus berbuat apa,
3) mengenai web buddha, secara tidak sengaja saya menemukan beberapa tapi tidak ingat semua. misalnya http://www.wihara.com. coba aja tanya di paman google dan bisa lihat sendiri.
Pengetahuan anda tentang agama buddha lumayan banyak. di hindu kalau masih terlahir di dunia material (termasuk brahma loka) memang belum dikatakan moksa. teknik meditasi dan samadhi yang dalam hindu disebut raja yoga sudah dijelaskan dalam astangga yoga patanjali. masih ada satu anak tangga yang harus dilalui yaitu bhakti yoga. Hanya dengan bhakti orang bisa mengerti dan mencapai Tuhan.
mohon koreksi kalau saya salah.
Dear All,
Suksma, terima kasih, namaste prabu S. semoga sy mantap dalam bhakti, krn jujur susah sekali menjalaninya. Semoga prabu dan semua juga diberikan karunia oleh Sri Krsna.
Memang sebuah misteri. Hanya karunia Beliau sendiri kita dapat memahamiNya. Semoga Sri Krsna berkarunia.
Terdapat perbedaan pandangan antara filsafat Dvaita dan Advaita. tapi jika dilihat dengan bijak, memberi SOLUSI bagi dunia adalah karuniaNya. Jadi mari kita berdiskusi dengan bijak untuk SOLUSI walo berbeda pandangan/filsafat. Satu hal yg pasti, KITA ADALAH ATMAN.
Salam
Haribolo…….
Weda mengajarkan aham brahmasmi (aku adalah sang jiwa)
Buddha mengajarkan anatman (tidak ada aku), tidak ada roh
“If there is no I, so why I should worry about ‘the next life’?”
buset debatnya dari 2011 sampe 2022 sedangkan lebih cepat elon musk ke bulan wkwkw, iam a agnostik but ilove vishnu for my dream