Salah satu sloka dalam ajaran Veda mengatakan; “Ahimsaya paro dharmah” yang bisa diartikan: “Dharma atau kebajikan tertinggi adalah ahimsa”.
Apa itu ahimsa? Beberapa orang mengatakan bahwa ahimsa berasal dari kata “a” yang artinya tidak dan “himsa” yang artinya membunuh. Sehingga mereka mengatakan bahwa ahimsa artinya tidak membunuh. Permasalahannya adalah apakah mungkin dalam kehidupan ini kita lepas dari pembunuhan? Setiap mahluk hidup dari yang terbesar sampai kepada yang terkecil memerlukan makanan dalam mempertahankan hidupnya dan semua itu tidak mungkin lepas dari pembunuhan. Manusia yang menjalani kehidupan frutarian yang hanya memakan daging buah sekalipun tidak akan pernah luput dari pembunuhan. Setiap udara yang dia hirup akan membawa sejumlah jasat renik yang akhirnya binasah akibat sistem pertahanan tubuhnya. Setiap air yang dia masak sudah pasti mengandung jutaan bakteri dan virus. Dan setiap gerak langkah aktivitasnya meski dilakukan secara tidak sengaja, sudah pasti berkaitan dengan pembunuhan. Sehingga dengan demikian, tidaklah tepat jika “ahimsa” diartikan sebagai tidak membunuh.
Srila Prabhupada dalam Bhagavad Gita menurut aslinya sloka 10.5, 13.8, 16.2, dan 17.14 mengartikan ahimsa sebagai tidak melakukan kekerasan. Memang benar bahwasanya membunuh adalah salah satu bentuk dari tindakan kekerasan. Tetapi ada pembunuhan-pembuhuhan yang diijinkan dan bahkan diwajibkan oleh ajaran Veda. Membunuh untuk mempertahankan hidup bukanlah tindakan himsa karma. Bahkan Bhagavad Gita yang disabdakan oleh Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, Sri Krishna adalah merupakan perintah kepada Arjuna untuk bangkit dan melakukan kewajibannya membunuh lawan-lawannya di medan perang. Pembunuhan harus dilakukan dalam rangka melakukan tugas dan kewajiban. Seorang Brahmana yang berkualifikasi dapat pembunuhan binatang dalam rangka korban suci. Seorang Ksatria seperti Arjuna yang tugas dan kewajibannya bela negara dan menghancurkan musuh demi dharma maka harus siap melakukan pembunuhan walaupun yang harus dia bunuh adalah sanak keluarga, guru dan saudara-saudaranya sendiri. Begitu juga dengan seorang Hakim sebagaimana disampaikan dalam kitab hukum Hindu, Manu Samhita tidak boleh disalahkan hanya karena dia menjatuhkan hukuman dan mengeksekusi mati narapidana yang telah terbukti melakukan dosa berat membunuh orang lain. Seseorang yang membela diri dari serangan perampok demi mempertahankan jiwa raga dan harta bendanya pun tidak boleh disalahkan karen membunuh si perampok. Begitu juga semua mahluk hidup yang melakukan pembunuhan demi makan dan mempertahankan hidupnya tidak bisa serta merta kita salahkan. Bahkan Bhagavata Purana 6.4.9 mengatakan: “annaḿ carāṇām acarā hy apadaḥ pāda-cāriṇām ahastā hasta-yuktānāḿ dvi-padāḿ ca catuṣ-padaḥ, secara alamiah, buah-buahan dan bunga diperuntukkan sebagai makanan untuk serangga dan burung; rumput dan binatang yang tidak berkaki adalah sebagai makanan binatang berkaki empat seperti sapi dan kerbau; binatang yang tidak menggunakan kaki depannya sebagai tangan adalah makanan bagi binatang seperti macan, yang memiliki cakar; dan binatang berkaki empat seperti rusa dan kambing, maupun biji-bijian, adalah makanan bagi manusia”. Ini berarti secara alami manusia memang diijinkan melakukan pembunuhan binatang untuk kebutuhan hidupnya.
Meskipun demikian, hendaknya kita harus menyikapi “hak” membunuh ini dengan sangat hati-hati. Jangan beranggapan bahwasanya kita bisa melakukan pembunuhan sembarangan dengan alasan bahwa sang roh tidak pernah terbunuh meski badan materialnya terbunuh. Karena tidakan membunuh seperti ini bertentangan dengan prinsip bahwasanya jika suatu mahluk hidup dibunuh tanpa aturan kitab suci, itu berarti kita telah menghalangi proses evolusi sang roh mahluk hidup bersangkutan. Karena itulah dikatakan pula bahwa ahimsa dapat diartikan tidak menghalang-halangi kehidupan makhluk hidup mana pun yang maju dari salah satu jenis kehidupan ke jenis kehidupan yang lain.
Dalam melakukan pembunuhan kita juga harus memandang kualifikasi personal kita. Sebagai contoh, pembunuhan binatang dalam korban suci diijinkan dengan tujuan agar roh binatang yang dikorbankan tersebut bisa naik derajatnya dan mencapai sorga. Permasalahannya adalah apakah saat ini masih ada Brahmana yang berkualifikasi? Apakah kita sanggup mengangkat roh binatang yang kita bunuh tersebut mencapai sorga sementara diri kita sendiri belum tentu bisa mencapai sorga? Karena itulah kitab suci Veda sebagaimana tertuang dalam Vishnu Puräna 6.2.17, Padma Puräna Uttara Kanda 72.25, Brhan-Naradiya Puräna 38.97, Bhägavata Puräna 11.5.32 dan 12.3.52, Narayana Samhita serta banyak lagi sloka-sloka Veda yang lainnya menegaskan bahwa pada Kali Yuga ini korban suci binatang tidak dianjurkan karena hampir tidak ada Brahmana yang memiliki kualifikasi melakukan korban binatang.
Demikian juga dalam hal membunuh untuk alasan makanan demi mempertahankan hidup. Benarkah tindakan kita membunuh suatu binatang untuk mempertahankan hidup atau hanya demi memenuhi nafsu kita memakan berbagai jenis daging? Pada jaman sekarang yang kita katakan sebagai peradaban modern, manusia berusaha mengembangkan teknologi peternakan, rumah pemotongan hewan dan pemrosesannya menjadi berbagai macam produk makanan instan siap saji dengan berbagai cita rasanya. Manusia cenderung melakukan perburuan berbagai jenis makanan mulai dari kuliner tradisional yang mudah di dapat sampai pada makanan yang diolah dari daging binatang langka yang tidak seharusnya di bunuh dan bahkan juga ada yang diolah dari janin manusia sebagaimana pemberitaan yang pernah santer di dunia maya. Apakah kuliner seperti ini dapat kita kategorikan sebagai tindakan membunuh untuk mempertahankan hidup yang dibenarkan oleh ajaran Dharma?
Pada jaman dahulu, para Ksatria secara rutin pergi ke hutan untuk berburu. Perburuan yang mereka lakukan adalah dalam rangka melatih ilmu memanah dan bela diri mereka. Jenis binatang yang mereka jadikan target pun tidaklah sembarangan. Biasanya mereka akan berburu rusa, babi hutan dan beberapa jenis burung. Sebagai konsekuensi dari pembunuhan ini, maka daging binatang tersebut tidak boleh mereka buang, tetapi harus di makan atau dibakar dengan mengikuti aturan upacara pembakaran mayat manusia sebagaimana yang masih diikuti oleh beberapa kelompok masyarakat di Jaipur – India sampai saat ini. Demikian juga para petani, mereka biasanya melakukan perburuan terhadap binatang-binatang yang menjadi hama bagi lahan pertanian mereka. Para petani menangkap berbagai jenis serangga seperti jangkrik dan belalang yang kemudian mereka konsumsi sebagai lauk-pauk. Binatang-binatang pengerat seperti tupai, tikus dan babi hutan juga sering kali menjarah lahan pertanian mereka sehingga mereka harus memburu dan membunuhnya. Dan tentunya, binatang hasil buruan ini harus mereka santap dari pada dibuang percuma. Bahkan beberapa sistem masyarakat di Bali masih mengikuti tradisi Veda dengan melakukan upacara pengabenan bangkai tikus hasil perburuan di sawah.
Hanya saja apa yang terjadi sekarang? Babi yang dulunya merupakan hama, malahan sekarang dipelihara dan diternakkan hanya karena alasan dagingnya. Demikian juga degan binatang-binatang lainnya yang dipelihara bukan lagi dengan tujuan mempertahankan hidup, tetapi sudah mengarah pada pemenuhan selera makan semata. Padahal kalau manusia mau berpikir cerdas tanpa mendahulukan nafsu makannya semata, akan jauh lebih bijak jika mereka mengkonsumsi langsung tumbuhan atau biji-bijian yang diberikan ke binatang yang mereka ternakkan dari pada menunggu daging binatang ternah tersebut siap dikonsumsi. Menurut penelitian, untuk 1 hektar lahan jika digunakan menggemukkan 1 ekor sapi maka kita dapat menghasilkan protein sekitar 0,5 Kg. Sementara itu dalam kurun waktu yang sama, jika lahan tersebut digunakan untuk menanam kedelai dan kedelai itu langsung dapat dikonsumsi manusia maka dapat dihasilkan protein sekitar 8,5 Kg. Jadi dengan kata lain untuk bisa menikmati daging dalam jumlah yang sama kita memerluka 17 kali luas lahan jika dibandingkan dengan mengkonsumsi produk nabati. Begitu juga jika kita beternak binatang yang lain. Pada kenyataanya, maksimal hanya 10% dari seluruh makanan yang kita berikan kepada binatang tersebut yang terkonversi menjadi daging, sementara selebihnya hanya akan terbuang percuma menjadi kotoran. Sehingga secara hitung-hitungan ekonomi, dengan mengurangi konsumsi daging sebenarnya kita bisa berhemat sumber daya alam sampai 90%.
Saat ini terjadi bencana kelaparan di mana-mana bukan karena Bumi tidak mampu menyediakan makanan bagi mahluk hidup yang ada di atasnya, tetapi karena keserakahan manusia dalam memanfaatkan sumber daya alam. Paul dan Anne Ehrlich dalam bukunya berjudul “Population, Resources And Environtment” mengatakan bahwa di Amerika, Untuk menghasilkan 1 pon gandum memerlukan 60 pon air, sementara untuk menghasilkan 1 pon daging perlu air 2.500 – 6.000 pon. Dan dari penjabaran-penjabaran yang dia sampaikan, diambil kesimpulan jika seluruh masyarakat dunia memiliki gaya hidup seperti orang Amerika, maka kita memerlukan 3 buah planet bumi lagi untuk menyokong kehidupan kita. Andaikan masyarakat kita peduli dengan krisis seperti ini, seharusnya bahan nabati yang dijadikan pakan ternak bisa dialihkan untuk dapat dikonsumsi langsung dan disalurkan ke daerah-daerah yang memerlukan sehingga tidak ada lagi bencana kelaparan seperti sering kali kita dengar akhir-akhir ini.
Jika lingkungan kita menyediakan begitu banyak makanan nabati dan tidak ada serangan hama binatang yang berarti, itu artinya sama sekali tidak ada alasan pembunuhan binatang untuk bahan makanan. Pembunuhan hanya diijinkan jika lingkungan memang benar-benar tidak mendukung. Seperti contoh suku eskimo yang hidup di Alaska dimana di sana sama sekali tidak terdapat biji-bijian dan sayuran sehingga mereka hanya bisa bertahan hidup dengan berburu anjing laut, dan berbagai jenis ikan. Begitu juga dengan mereka yang hidup di gurun dan savana yang tandus. Mungkin mereka hanya bisa bertahan hidup dengan berburu binatang liar atau berternakk beberapa jenis binatang untuk diambil susu dan dagingnya. Tetapi meskipun demikian, bukan berarti semua binatang boleh dibunuh dan dimakan dagingnya. Ṛg Veda 9.46.4 mengatakan: “gobhiḥ prīṇita-matsaram” yang berarti bahwa orang yang sudah puas sepenuhnya dengan susu tetapi ingin membunuh sapi berada dalam kebodohan yang paling kasar. Visnu Purana 1.19.65 juga mengatakan: “namo brahmaṇya-devāya go-brāhmaṇa-hitāya ca jagad-dhitāya kṛṣṇāya govindāya namo namaḥ, Tuhan yang hamba cintai, Andalah yang mengharapkan kesejahteraan sapi dan para brahmana, dan Anda mengharapkan kesejahteraan seluruh masyarakat manusia dan dunia”. Sehingga dengan demikian, andaipun kita harus membunuh untuk mempertahankan hidup dari kurangnya sumber makanan, tetapi sapi sebagai binatang yang sering kali juga disebut “mata” atau ibu dalam kitab suci Veda sama sekali tidak boleh dibunuh.
Dari penjabaran di atas, yang ingin saya tekankan di sini adalah bahwasanya Veda tidak pernah mengatakan tidak boleh membunuh dan tidak juga mengatakan pola hidup Vegetarian wajib bagi seluruh penganut Veda. Vegetarian adalah sebuah usaha pengendalian diri dari nafsu bagi mereka yang ada dalam tingkatan spiritualitas tertentu dan juga merupakan anjuran kitab suci Veda dalam upaya menjaga keseimbangan alam dengan cara menghindari pola hidup mengeksploitasi sumber daya alam seperti contoh peternakan modern saat ini. Jika kita hidup dalam lingkungan yang miskin bahan makanan nabati, maka kita boleh membunuh dan mengkonsumsi binatang. Jika dalam lahan pertanian kita terdapat banyak binatang yang merupakan hama, maka binatang itu dapat kita bunuh dan santap dagingnya. Tetapi jika kita hidup dalam lingkungan yang sangat mudah mendapatkan biji-bijian dan sayur-sayuran tetapi kita masih saja bersikeras memaksakan diri membunuh dan menyantap binatang, maka kita mungkin harus segera merenung. Apa benar pembunuhan yang kita lakukan sesuai dengan aturan dalam kitab suci Veda?
Om tat sat
artikel yg mencerahkan.trims prb
Mantap, tulisan yang tidak berat sebelah atau tidak Ardha Kukuta Nyaya. Intelektual Hindu kebanyakan yang suka makan daging, kalau menjelaskan tentang Hindu, dia hanya mengutip sloka-sloka yang memperbolehkan makan daging saja, sedangkan sloka-sloka vegetarian tidak pernah dikutip. Ini namanya berat sebelah. Dan saya tidak mau seperti itu, saya mau meniru bli Ngara yang bersedia mengutip kedua jenis sloka dengan kesimpulan yang mantap seperti itu.
yang jelas bagi yang mau menjalani dan mendalami kehidupan rohani yang merupakan tujuan utama kehidupan manusia, makan daging ,ikan ,telor dan sejenisnya, sudah pasti menghambat bahkan bisa saja menghentikan pemahaman rohani sejati. renungkan…………..
Sebenarnya, Veda seperti disebutkan dalam Manava Dharma Sastra tidak hanya menyarankan untuk tidak makan daging dalam mencapai kebahagian suci, tetapi juga pantangan terhadap segala jenis bawang dan cendawa [jamur].
Ahimsa Vs. “omong kosong”
Kalian sangat hebat jika menulis dan menganjurkan orang lain agar jangan memakan daging atau membunuh hewan.
tapi lihatlah agamamu Hindu di bali justru sering menggunakan hewan sebagai alat persembahan, belum lagi buah-buahn dan makanan yang dibuang sia-sia.
lebih baik makanan tersebut diberikan atau dananya dikasihkan kedapa orang yang membutuhkan, karena Tuhan Maha kaya tidak butuh persembahan makanan.
jika kalian memang mau merubah pandangan dunia maka rubahlah dulu diawali hindu bali yang dirubah.
pasti dijamin para pemangku dan pedande bakal berontak dan menganggap kalain merubah ajaran leluhur.
Di satu sisi saya setuju, tetapi persembahan itu lebih ditujukan kepada dewa dan bhatara bukan kepada Tuhan. Dan saya setuju jika dana upakara ditujukan untuk pawongan [hubungan harmonis dengan sesama manusia], misalnya untuk membangun sarana pendidikan atau memberi sumbangan kepada orang lain yang tidak mampu. Jangankan ke orang lain, sesama saudara saja bisa saling siku untuk memperjuangkan harta warisan. Sesama saudara saja kurang dharma, apalagi ke orang yan glain. Tri Hita Karana juga tidak sepenuhnya dilakukan umat Hindu Bali~Lombok. Lebih mementingkan pribadi, hubungan kepada Tuhan, sedangkan hubungan kepada alam pun mulai terkikis.
Sebaiknya, dalam melihat Hindu, jangan melihat penganutnya, tapi lihat ajarannya.
Luar biasa dan bagus sekali. Trims…!!
Selama ini ternyata saya sebagai umat Hindu ternyata ditipu oleh umat Hindu sendiri yang mengaku sebagai orang suci atau dianggap suci oleh umat Hindu lainnya tapi ternyata menyesatkan dan menyimpangkan ke arah pelaksanaan ritual dan kehidupan Hindu yang menyimpang.
Kalau dari namanya, Komang Yohanes sepertinya bukan orang Hindu. Karena bernama Komang tapi di belakangnya Yohanes.
Tapi ada baiknya Komang Yohanes searching internet tentang perjalanan nabi Isa dan Muhammad juga Sidharta Gautama untuk mengetahui bahwa semua agama ternyata dan faktanya berasal dari Hindu. Tapi karena penguruh jaman, terjadi kemerosotan, penyesatan, penyimpangan dan pengikisan sesuai ajaran aslinya.
@Komang Yohanes
setiap anda berdebat saya lihat, tidak pernah `dibekali` dengan mind set yang positif. hhmmm……
saya yakin anda orang yang tidak bodoh, namun dengan komentar2 yang anda paparkan, apa anda tidak tinjau ?? yang akhirnya `mencitrakan` anda menjadi tidak pintar ? (katak dalam tempurung).
cobalah buka diri….. bukan untuk mengikuti sesuatu, namun untuk lebih memperkuat apa yg anda yakini.
mari belajar
Salam,-
@komang Yohanes
Emangnya semua penganut agamamu perfect ya???????
@ Kids
gak salah tu? coba kamu lihat dalam semua artikel yg ada di web ini yang berkaitan dengan agama selain Hindu, pasti juga mindsetnya negatif, lalu knapa kamu kag kritik si ngarayana?
yang saya tulis di atas adalah sebuah fakta, bahwa Hindu di Bali setiap melakaukan uapacara pasti membunuh binatang dahulu, bahkan ciri khasnya untuk santapan adalah babi.
ini fakta bukan minset negatif atau omong kosong, coba bukalah mata hatimu dan lihatlah sekelilingmu.???????????!
berani gak Kids kamu berceramah pada mereka agar meninggalkan pembunuhan binatang dalam upacara?
beranikah dirimu berbeicara pada para mangku dan Pedande bahwa pembunuhan hewan apalagi untuk persembahan pd Tuhan adalah bertentangan dengan Ahimsa?????????!
Beranikah anda Kids, berceramah di banjarmu bahwa penyembelihan binatang dan makan binatang adalah melawan ahimsa????????!
jgn mudah marah dulu atau mudah tersinggung, lihat isi tulisan dan faktanya.
jika kalian telah bisa merubah Hindu bali, maka bicaralah pada dunia agar menjadi AHIMSA??????????????!
Perbedaannya, di sini mencantumkan perbandingan konsep-konsep yang diajarkan antar agama. Sedangkan Anda, menjadikan pemeluk agama sebagai patokan. Dengan alasan penganutnya buruk, Anda langsung mencap agama yang dipeluknya pun buruk. Lebih baik membandingkan ajaran antar agama dengan mencantumkan ayat-ayat antar kitab suci misalnya.
@Komang Yohanes
weleh….weleh…. anda kenapa ini ?? salah makan ?? ehehe
tarik nafas panjang ….. keluarkan dengan lembut. amarahnya berkobar-kobar 😀
selain isi tulisan yang terlihat `emosi` jg banyak ketikan anda jg salah.
saya tidak hanya mengkritisi komentar anda saja kok. coba cek lg deh komen2 saya sebelumnya, banyak kok kritik saya jg dengan Ngarayana dan beberapa pengikut HK disini.
mengenai Ahimsa dan Vegetariant. hhmm….
“beranikah dirimu berbeicara pada para mangku dan Pedande bahwa pembunuhan hewan apalagi untuk persembahan pd Tuhan adalah bertentangan dengan Ahimsa?????????!
Beranikah anda Kids, berceramah di banjarmu bahwa penyembelihan binatang dan makan binatang adalah melawan ahimsa????????!”
nah kan kalimat2 anda diatas lah yg menunjukkan anda terlihat seperti katak dalam tempurung. coba lihat Abu Hanan dalam berdiskusi.
kalau saya tidak jawab pertanyaan2 anda diatas (sebenarnya saya tidak tertarik membahas hal teknis ini) anda akan beranggapan saya `asbun` saja. whatever deh.
saran saya coba cek sastra yg berkaitan dengan Yadnya dulu, baca dari semua point of view, baru deh koment yg panjang.
oh ya, kalau anda mau belajar, atau hanya `asbun` sih gpp. sebab nanti akan anda temukan bagian terkecil dalam yadnya yg isinya : Tamasika Yadnya, Rajasika Yadnya, Satvika Yadnya. di BG ada tuh !
ceramahin pemangku ? pedanda ? anggota banjar ? ehehehhe….. terbalik tengkurep ilmu saya mas …..
Salam,-
@Komang Yohanes
kalau saja anda bisa tenang dalam membaca artikel ini, anda pun bisa membijaksanai tulisan artikel ini.
lalu kenapa saya tidak mengkritisi Ngarayana disini ?
(untungnya saya dalam keadaan `calm` dalam membaca) lihat(baca) paragraf2 sebelumnya anda akan menemukan kalimat ini :
“…Dari penjabaran di atas, yang ingin saya tekankan di sini adalah bahwasanya Veda tidak pernah mengatakan tidak boleh membunuh dan tidak juga mengatakan pola hidup Vegetarian wajib bagi seluruh penganut Veda….”
lalu apa yg perlu di kritik ? emosi anda mungkin lebih perlu di kritik.
sisa tulisan yang lain, apalagi bagian akhir2nya, saya lihat itu hanya opini dari penulis, dan itu sah2 saja.
Salam,-
xixixi,, jangan dipojokan saudara yoheanes, pendapatnya ada benernya..
© Komang Yohanes
Mending mas KY baca ulang artikel ini, kalau capek skroling ke atas lagi, baca ulang yang di bawah ini:
Kayaknya si komang yohanes ini bukan asli berasal dari hindu bali…tapi atma kesasar…atau mungkin orang lain yang memakai nama bali, untuk mengadu domba orang hindu dengan “murtadin hindu”….
Tampaknya demikian Pak.
@ngarayana
anda=>
saya=>di banyak tempat saya kritis pd anda.
utk saat ini,tak ada salahnya saya disebelah anda dgn kalimat diatas.
Tujuan tertinggi kehidupan manusia menurut Veda adlah atato brahma jijnasa mulai bertanya tentang brahman/rohani(memahami dan bertindak dalam hidup rohani)bisa memahami perbedaan antara rohani dan material secara tuntas bukan hanyan dalam teori tapi tindakan rasa dan kesadaran,bagi orang yang serius dalam hal ini dia harus mengikuti larangan makan daging ikan telor dan sejenisnya,tidak berjudi,tidak berzinah dan tidak mabok2an.karna hal tersebut merupakan penghalang utama bagi sang roh menyadari dirinya yang asli.itu yang sungguh2. kalau yang belum bisa seperti itu memang dipastikan harus melanjutkan siklus kelahiran dan kematian berulang kali sampai mampu dan dianggap memenuhi syarat. ajaran Budha,Kristen Islam termasuk sebutan Hindu,memang muncul pada jaman kali setelah Veda yang asli disimpangkan oleh orang2 yang tidak bertanggung jawab shg.ajaran2 tsb diatas muncul di masing2 situasi kondisi dunia. maka tidak heran ajaran untuk mendirikan 4 tiang Dharma ini tidak cukup gampang di terima oleh masyarakat kali yuga.akan cukup mengherankan jika ada yang mulai mampu melaksanakannya. semoga sukses…………..dalam keinsyafan diri.
Emang yg telah berani menyimpangkan Veda yg asli menjelang jaman Kali itu siapa saudara ???
Bisa tunjuk namanya dan kasih bukti keberadaan oknumnya ?
atau bisa tunjukkan contoh Veda yg asli seperti apa, dan yg telah disimpangkan seperti apa ?
atau semuanya hanya sekedar “KATANYA” ????
KATANYA UDAH DISIMPANGKAN SEBELUM JAMAN KALI
betul nggak sih udah disimpangkan ???
ada yg tahu ??
Bagi dunk infonya
Wassalam
Mungkin lebih tepat bila dikatakan menyalahgunakan ajaran Veda seperti yang dilakukan para brahmana kala itu sehingga Tuhan harus turun dalam wujud Sang Buddha guna menghilangkan kebiasaan itu.
Ahimsa Vs. Pembunuhan
A. Sloka-Sloka Yang Membolehkan Penyembelihan Binatang
Dalam Manawa Dharmasastra Buku ke-5 pasal 22, 23, 28, 29, 31, 35, 39, 40, 41, 42, penyembelihan binatang dibolehkan. Lihat pasal-pasal berikut ini:
Pasal 39 :
Yajnartham pasawah sristah swamewa sayambhawa,
yajnasya bhutyai sarwasya tasmadyajne wadho wadha.
Artinya :
Swayambhu telah menciptakan hewan-hewan untuk tujuan upacara-upacara kurban. Upacara-upacara kurban telah diatur sedemikian rupa untuk kebaikan seluruh bumi ini, dengan demikian penyembelihan hewan untuk upacara bukanlah penyembelihan dalam arti yang lumrah saja.
Pasal 40 :
Osadhyah pasawo wriksastir yancah paksinastatha,
yajnartham nidhanam praptah prapnu wantyutsitih punah
Artinya :
Tumbuh-tumbuhan, semak-semak, pohon-pohon, ternak-ternak, burung-burung dan lain-lain yang telah dipakai untuk upacara, akan lahir dalam tingkatan yang lebih tinggi pada kelahirannya yang akan datang.
Pasal 35 :
Niyuktastu yathanyayam yo mamsam natti manawah, sa
pretya pasutam yati sambhawaneka wimsatim
Artinya :
Tetapi seseorang yang memang tugasnya memimpin upacara atau memang tugasnya makan dalam upacara-upacara suci, lalu ia menolak memakan daging, malah setelah matinya ia menjadi binatang selama dua puluh satu kali putaran kelahirannya.
Pasal 42 :
Eswarthesu pacunhimsan weda tattwarthawid dwijah,
atmanam ca pasum caiwa gamayatyuttamam gatim
Artinya :
Seorang Dwijati (Brahmana) yang mengetahui arti sebenarnya dari Weda, menyembelih seekor hewan dengan tujuan-tujuan tersebut diatas menyebabkan dirinya sendiri bersama-sama hewan itu masuk keadaan yang sangat membahagiakan.
Kesimpulan :
Menurut tradisi beragama Hindu di Bali, sesuai dengan ketentuan-ketentuan Manawa Dharmasastra itu ditambah dengan Lontar-lontar antara lain Yadnya Prakerti, maka penyembelihan binatang untuk tujuan upacara dan makan, dibolehkan.
http://www.hindu-dharma.org/2010/09/penyembelihan-binatang-diperbolehkan-untuk-tujuan-upacara/
B. Sloka-Sloka Yang Melarang Pembunuhan Binatang
Mereka mengacu pada ayat-ayat Artha Pancamo Hyayah (Buku Kelima) pada ayat : 16,18,22,31,dan 32. Sepintas memang nampak bahwa ayat-ayat tersebut membenarkan manusia makan daging dan ikan meski dengan persyaratan tertentu yang nampaknya di jaman ini sangat sulit untuk diikuti.
Misalnya mencari seorang Brahmana yang mempunyai kualifikasi setara Rsi Agastya, yang sungguh mampu mengangkat kehidupan binatang menjadi lebih baik dari kehidupannya sebelumnya. Daging diperkenankan dimakan jika telah diperciki air suci oleh Brahmana yang kualifide, dan hal ini hanya diijinkan dan berlangsung pada saat diselenggarakannya upacara kurban untuk para dewa atau leluhur. Aturan ini disusun oleh Vaivasvata Manu yaitu untuk keperluan upacara kurban suci Dewa Yajna dan Pitra Yajna. Di sini tidak disebutkan secara tegas yajna yang bagaimana ditujukan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kemudian dalam kitab yang sama dalam ayat selanjutnya ditegaskan sebagai berikut :
(48). Nakritwa praninam himsam
mamsamtpadyate kawacit,
na ca prabiwadhah swargyas
tasman mamsam wiwarjayet
“Daging tidak akan bisa didapat tanpa menyakiti mahkluk hidup, dan penganiayaan terhadap makhluk hidup adalah suatu pantangan dalam mencapai kebahagiaan suci, oleh karena itu hendaknya seseorang menghindari memakan daging”
(49). Samutpattim ca mamsasya
wadhabandhau ca
dehanamprasamiksya
niwarteta sarwa mamsya bhaksanst
“Setelah mempertimbangkan masak-masak soal asal-usul yang menjijikan dari daging dan kekejaman dalam menyiksa dan membunuh makhluk hidup, hendaknya tinggalkanlah sama sekali kebiasaan makan daging”
(51). Anumanta wisasita nihanta
krayawikrayi
samskarta copaharta ca
khadaksceti ghatakah
“Ia yang mengijinkan penyembelihan seekor binatang, ia yang memotongnya, ia yang membunuhnya, ia yang membeli dan menjualnya, ia yang memasaknya, ia yang menyuguhkan, dan ia yang memakannya semua itu patut dianggap sebagai pembunuh”
(52). Swamamsam paramamsena
yo wardhayitumichati
anarbhyacya pitrindewams
tato ayo nastya punyakrit
“Tidak ada orang yang lebih berdosa daripada orang yang walaupun menghaturkan sesajen kepada para dewa dan leluhur, namun berusaha memperbanyak kumpulan daging di badannya dengan daging dari binatang lain”
http://www.hindu-dharma.org/2010/09/sloka-pelarangan-membunuh-binatang/
Dari kedua kelompok tersebut ternyata juga mempunyai sloka-sloka sebagai pijakan, lalu pertaanya adalah manakah yang benar boleh membunuh makhluk hidup atau ahimsa/melarang membunuh makhluk hidup?
Tulisan ini dibuat untuk menjawab pertanyaan serupa dengan pertanyaan Anda.
@Komang Yohanes
siip…setidaknya anda mau juga belajar dulu, kalau begini komentar anda kan lebih adem liatnya…hehehehe
nah sekarang tergantung pendebat yg lain sekarang, berkaitan dengan pertanyaan anda terakhir dan sekaligus menjawab pertanyaan tulisan ini.
kalau dari saya sih sudah jelas, orang terlahir dalam tingkat spritual yang berbeda tergantung karma sama halnya singa terlahir untuk memakan daging, kalau karma dia semakin baik, mungkin dia akan terlahir menjadi sapi yang hanya makan rumputan dan menjadi hewan suci.
Hindu itu fleksibel, jadi jgn di bawa kaku lah, meski saya akui vegetarian merupakan tergolong satvika. namun idealnya kita tidak perlu gembar-gembor `suruh` (tersirat atau tersurat) umat untuk jadi vegetarian. sebab karma kita berbeda, intinya biarlah kita memilih. seperti yg Nyarayana sampaikan Veda tidak juga menyarankan umatnya untuk HARUS vegetarian.
ibarat kendaraan kita mau pake jenis apa saja terserah asal sampai, namun ingat sepeda gayuh sudah pasti lambat nyampenya dibandingkan mobil mewah.
dan mungkin beberapa kalimat saya diatas menimbulkan kalimat yang patut diperdebatkan, monggo mohon masukan dari yg lainnya.
Salam,-
Mungkin kitab Brahma Vaitata Purana yang menyatakan bahwa ajaran Veda diwahyukan dalam 3 golongan, yaitu ajaran yang bersifat sattvam, rajas dan tamas sebagaimana saya singgung dalam artikel berikut bisa memberikan jawaban.
https://narayanasmrti.com/2010/11/22/kitab-suci-veda-tidak-singkron-dan-kontradiktif/
🙂
Salam,-
anda mengabaikan sloka yang menyatakan.. makan daging dan seks adalah alamiah,,, tetapi dengan mengendalikan makan daging dan seks maka hidup akan medapatkan kebahagian,,
maaf saya tidak memberika sloka dengan jelas soalnya ngenet diluar.
Itu komentar untuk siapa bli? Artikel ini ‘kan tidak berat sebelah.
@bro Rama,
arahkan supaya diskusi di forum bro, lebih enak membaca dan terarah arah diskusinya… 🙂
Silakan bli.
@ Rama Putra Iswara
maksdumu bagimana? diberi pertanyaan mana yg benar diantara kedua sloka di atas kok gak dijawab.
@ Kids
jawabanu kok ngambang, tidak kesana tidak kesini, padahal slokanya jelas ada yg membolehkan ada yang larang, tapi tdk ada sloka yg ngambang.
tulisanku yg pertama sebetulnya biasa aja, hanya yg membaca aja spritualnya ” ecek-ecek”. padahal kalian sudah reingkarnasi ratusan kali, masak gara-gara tulisan, suara yg sifatnya berbeda dg keyakinan langsung tdk terima, atau marah.
cobalah belajar melepaskan KETERIKATAN, bagaimanapun hasil sembahyang dan meditasi adalah ketika menghadapi masalah.
@ ALL
Tolong diberi tanggapan manakah yang benar diantara kedua kelompok sloka-sloka tersebut. sebab bukan hanya non Hindu saja yg bingung, tapi ummat Hindu sendiri saya rasa masih belum memahaminya.
aneh kan, tadi aku nulis gak ada slokanya langsung diserbu disalahkan, skrng aku nulis pakai sloka ee malah gak ada yg jawab???????????!
Sebelum saya menjawab, saya ingin tanya beberapa hal dulu kepada Anda.
1. Apakah Anda sudah membaca artikel di atas [sampai selesai]?
2. Apakah Anda paham atau tidak makna dari artikel tersebut?
3. Jika sudah, apa yang Anda petik atau tangkap dari artikel tersebut?
Jika Anda menjawab pertanyaan saya tersebut, baru saya mau jawab pertanyaan Anda. Sepertinya orang lain kurang tertarik menjawab pertanyaan Anda karena Anda terkesan kurang memahami makna dari artikel ini. [Ini menurut saya pribadi]
@Komang Yohanes
wah anda hebat brur…. tulisan anda yg biasa dilihat tidak biasa oleh orang yg spiritualnya ecek”
tapi anda lucu, anda lebih ga jelas ngomongnya kmana. tertulis @Kids tapi ada kalimat “kalian”…. sebenernya yg anda maksud ecek” spiritualnya saya (Kidz) ? semua pendebat atau anda sendiri ?? whatever lah …..ehehe debat dengan anda saya paling suka pake kata “whatever” hihihi ….
tapi saya `salut` dengan anda, setidaknya anda tau kalau spiritual saya ecek2….dan anda hebat bisa menebak saya reinkarnasi berulang-ulang, skalian donk brur kasi info, uda brapa kali saya reinkarnasi-nya ?? wekekek….
tulisan yg berbeda keyakinan langsung marah dan tidak terima ?? looh bukannya itu anda. dari awal saya cuman singgung anda, sbelum komen baca dulu pahami, biar ga seperti katak dalam tempurung …. memang benar spiritual anda lebih hebat dari saya, dan saya yakin teman2 yg lain juga sependapat dengan saya.
nah mumpung spiritual saya masih ecek” saya ga usah (tidak perlu) jawab pertanyaan anda, saya ikuti saran anda untuk berusaha melepaskan keterikatan, `mungkin` seperti yg sudah anda contohkan ke saya ….. hihihihih…
take it easy brur
Salam,-
@ KIDS
Kids aku mintak maaf ada kesalahan edit, sebetulnya untuk spasi pertama @ Kids itu untuk kamu, sedangkan spasi kedua (kalian) itu masuk ke @all
karena jika aku membuat tanggapan yg beda pasti aku langsung di”serbu”. Smoga Tuhan memberkatimu.
@ Rama Putra Iswara
Biasanya saudara Rama sangat jago dlam menjwab diskusi, tapi baru kali ini mengapa beda ya??????????!
dikasih pertanyaan, gak dijawab malah ngasih syarat lagi.
kamu bisa jawab gak?
‘Kan saya sudah bilang, artikel ini untuk menjawab pertanyaan seperti yang Anda ajukan. Tapi karena Anda bertanya apa yang telah dijawab di atas, maka saya ingin tanya, apa yang sudah Anda tangkap dari artikel di atas?
@ Rama Putra Iswara
Ternyata Rama tdk bisa menjawab sloka yg kontradiktif dg sloka lain tentang membunuh binatang.
saya ulangi Pertanyaannya:
Dari kedua kelompok tersebut ternyata juga mempunyai sloka-sloka sebagai pijakan, lalu pertaanya adalah manakah yang benar boleh membunuh makhluk hidup atau ahimsa/melarang membunuh makhluk hidup?
knapa sih kamu kok ksulitan dan muter-muter dlm menjwb pertanyaan di atas, dg alasan sana-sini.
aku sdh baca artikel di atas, tapi aku menemukan kasus lain yaitu adanya dua sloka yang bertentangan, mana yg benar?
Jika dlm menjwb kamu seperti ini, bagaimana dlm menjelaskan pd ummat agar mrk faham tentang hal ini.!
Harus berapa kali saya katakan, artikel tersebut telah memuat jawaban atas pertanyaan Anda, hanya Anda saja yang kurang mampu memahaminya. Dua-duanya boleh, tetapi dengan aturan dan batasan tertentu. Dua sloka yang bertentangan itu bukan kasus lain, justru itulah yang dibahas dalam artikel tersebut.
Padahal jelas-jelas komentar ke-2 dalam artikel ini mengatakan bahwa ada dua jenis sloka yaitu yang memperbolehkan makan daging dan menyarankan vegetarian:
Kenapa Anda begitu gelagapan mendapati dua sloka seperti itu? Biasa saja lagi, seperti kesimpulan yang diutarakan bli Ngara:
@Rama Putra Iswara
jawabanmu:
“Dua-duanya boleh, tetapi dengan aturan dan batasan tertentu”.
sekarang pertanyaanku berikutnya adalah:
1.Bukankah dlm diskui lain, kalian menyatakan bahwa Weda tidak bisa ditafsiri, tetapi mengapa dalam bab pertentangan diantara du sloka saudara Ngara dan rama membuat tafsir untuk memahami perbedaan kedua sloka tsb?
2. mana slokanya yng menyatakan bahwa kedua-duanya adalah benar dan boleh?
Ada kok, ini:
Srimad Bhagavatam 12.3.52:
“krte yad dhyayato visnum
tretayam yajhato makhaih
dvapare paricaryayam
kalav tad hari-kirtanat”
Hasil manapun yang diperoleh pada zaman Krta (Satya) dengan cara semadi kepada Visnu, pada zaman Treta dengan cara menghaturkan korban-korban suci, dan pada zaman Dvapara dengan melayani kaki padma Tuhan (pemujaan kepada Arca), dapat juga diperoleh pada Kali-Yuga ini dengan cara mengucapkan nama suci Tuhan Sri Hari)
@ Rama Putra Iswara
Dari jawabanmu menunjukkan bahwa kamu sendiri yg tidak bisa menangkap dg jelas pertanyaanku.
jika kamu memberi jawaban dg sloka di atas, lalu mengapa dlm artikel di atas ada Salah satu sloka dalam ajaran Veda mengatakan; “Ahimsaya paro dharmah” yang bisa diartikan: “Dharma atau kebajikan tertinggi adalah ahimsa”.
dari kedua sloka ini ada perbedaan pendapat:
yang pertama bahwa ahimsa adalah salah satu dharma tertinggi.
yang kedua adalah dibolehkan menghaturkan korban-korban suci
mana mungkin keduanya dapat dipertemukan antara membunuh dan tidak membunuh bintang.
jika memang membunuh binatang diperbolehkan bahkan untuk korban suci tidak maslaah, lalu mengapa kalian menganjurkan vegetarian?
dari sini kelihatan sekali ada sloka-sloka yang kontra anatara sloka yang membolehkan membunuh binatang dan ada sloka-sloka yang melarang, jika sloka-slokanya tdk konsisten lalu bagaimana cara memahami dan mengaplikasinya?!!
Tampak di mata saya bahwa Anda sama sekali tidak memahami artikel di atas. Saya jelaskan ulang semampu saya. Ahimsa lebih tepatnya bukan berarti membunuh, tetapi berarti tidak melakukan kekerasan. Membunuh binatang untuk yadnya atau korban suci oleh Brahmana yang “berkualifikasi” tidak termasuk kekerasan, justru memberi keuntungan bagi hewan tersebut karena ia bisa reinkarnasi menuju tingkat yang lebih tinggi. Hal tersebut masih tergolong perbuatan dharma dan ahimsa.
Apabila membunuh binatang tanpa tujuan yang jelas (berburu, asal bunuh, sengaja membunuh lalu bangkainya dibiarkan), termasuk memakan dagingnya tanpa disucikan terlebih dahulu, itu termasuk himsa karma atau melakukan kekerasan.
Membunuh hewan yang hendak menyerang (berbahaya) atau sering merugikan kita (ular, hewan beracun lainnya, hama, dsb) tidak termasuk melakukan kekerasan karena itu adalah bentuk perlindungan diri yang diperbolehkan.
Membunuh orang yang melakukan kejahatan atau hendak menyakiti kita juga tidak termasuk himsa karma atau melakukan kekerasan, melainkan bentuk perlindungan diri.
Perlu diperhatikan:
Ada sloka yang memperbolehkan pembunuhan dengan aturan-aturan tertentu. Apabila tidak mampu memenuhi aturan-aturan tersebut maka hendaknya melakukan vegetarian agar tidak melakukan dosa. Tidak ada sloka yang memperbolehkan membunuh secara sembarangan. Jadi, mohon diperhatikan perbedaannya.
@ Rama Putra Iswara
akhirnya kamu memakai pendekatan weda dg “tafsir” yg kamu anggap sebagai solusi karena ada dua sloka yg kontra diksi. padahal dalam Hindu tidak ada tafsir dalam memahami sloka-sloka, Weda hrs dibaca dan difahami sesuai aslinya bukan dg pikiran manusia.
jika anda mengartikan Ahimsa bukanlah pembunuhan tetapi mempunyai arti tidak melakukan kekerasan. jika pengeertiannya yg betul demikian, lalu mengapa dihubungkan dg Vegetarian? lihat judul artikel yg ditulis saudara ngarayana “Pembunuhan dan Vegetarianisme”. bahkan pengertian ahimsa sendiri dalam artikel di atas adalah Apa itu ahimsa? Beberapa orang mengatakan bahwa ahimsa berasal dari kata “a” yang artinya tidak dan “himsa” yang artinya membunuh. Sehingga mereka mengatakan bahwa ahimsa artinya tidak membunuh.
bahkan kamu juga menafsiri bahwa : “Ada sloka yang memperbolehkan pembunuhan dengan aturan-aturan tertentu. Apabila tidak mampu memenuhi aturan-aturan tersebut maka hendaknya melakukan vegetarian agar tidak melakukan dosa. Tidak ada sloka yang memperbolehkan membunuh secara sembarangan. Jadi, mohon diperhatikan perbedaannya.”
padahal ada sloka juga yang menjelaskan bahwa mengkonsumsi binatang adalah sangat baik untuk tubuh dan tidak ada syarat dan aturan-aturan tertentu:
1. ‘Hanya lima diantara semua binatang yang bercakar/jari lima dapat di makan oleh para Brahmana dan Ksatriya, Raghava: Landak, sejenis landak, kadal, kelinci dan yang kelima adalah kura-kura [Ramayana 4:17:34]
2. [..]Vrsakapayi yang makmur, yang diberkati dengan putra2 dan menantu2, Indra akan menerima [makan] banteng-bantengmu, persembahan mulia dan tulus darimu. Indra adalah yang tertinggi dari semuanya. Lima belas jumlahnya, kemudian, untukku sejumlah sapi mandul telah disajikan mereka, karenanya ku pilih [u/ di telan] yang gemuk daripadanya: mereka telah memenuhi perut ku dengan makanan.[..][RV 10.86.13-14]
3. Pasangan muda dapat makan malam daging sapi atau anak lembu tertentu jika mereka menginginkan anak lelaki [Brihadaranyaka Upanishada (VI.4.18)
4.Alaminya, buah-buahan dan bunga adalah makanan bagi serangga dan burung; Rumput dan mahluk-mahluk tanpa kaki adalah makanan bagi binatang berkaki emapt seperti sapi dan kerbau; Binatang yang tidak dapat menggunakan kaki depannya sebagai tangan adalah makanan bagi binatang seperti macan yang mempunyai cakar; dan binatang berkaki empat seperti rusa-rusa dan kambing-kambing juga beras adalah makanan bagi manusia [Srimad Bhagavatam/Bhagavata Purana, 6.4.9]
aneh bukan satu sisi sloka menyebutkan bahwa membunuh binatang adalah pendosa dapat karma, sloka lain menyatakan bahwa memakan binatang bisa membawa manfaat kesehatan dan keturunan yg diinginkan (kebaikan).
skrg mau pakai tafsir apa lagi?, ingat dalam agamamu dilarang menafsiri weda.
Seperti yang sudah dijelaskan bli Ngara, Padma Purana menyebutkan manusia terdiri dari 400.000 jenis berdasarkan intelektualitas dan spiritualnya. Orang dengan kualitas tertentu masih makan daging (tapi Veda tidak melarang) tetapi seperti yang disebutkan dalam banyak kitab, untuk mencapai tingkatan spiritual maka hendaknya tidak makan daging atau vegetarian.
Vegetarian di sini belum tentu 100% tidak membunuh. Seperti dijelaskan oleh bli Ngara dalam kutipannya dari Vedanta (ahli Veda) bahwa tidak tepat ahimsa dikatakan tidak membunuh. Karena orang vegetarian sekali pun, tetap membunuh misalnya menginjak semut, masak air (membunuh kuman), dsbnya. Tapi itu tidak disengaja sehingga tidak terbilang himsa karma atau perbuatan menyakiti.
Kesimpulannya, Veda menyarankan apabila ingin mengemban spiritual maka hendaknya jangan makan daging dan apabila masih belum makan daging, Veda tidak melarang.
Veda tidak serta merta mengatakan bahwa makan daging itu adalah perbuatan dosa. Anda benar-benar kurang memahami artikel itu.
@ ardhani / February 28, 2011
Emang yg telah berani menyimpangkan Veda yg asli menjelang jaman Kali itu siapa saudara ??? Bisa tunjuk namanya dan kasih bukti keberadaan oknumnya ?
atau bisa tunjukkan contoh Veda yg asli seperti apa, dan yg telah disimpangkan seperti apa ?
tenang dong sahabatku…….!!!
Yang saya maksud difinisi dengan “orang yang tidak bertanggung jawab ” disini adalah siapapun bertindak tanpa mengetahui itu benar atau salah /bermanfaat atau tidak apa yang dia lakukan itu minimal untuk dirinya apalagi untuk orang lain, itu bisa disebut orang yang tidak bertanggung jawab.
Jika anda dalam keadaan ini maka andapun termasuk orang yang tidak bertanggung jawab tsb.
menurut Veda makanan merupakan faktor utama yang menentukan kwalitas badan material mahluk hidup di dunia material ini. dan makananlah yang menentukan kwalitas setiap sel pada tubuh,kenapa mahluk hidup mempunyai karakter masing-masing berbeda antara satu dngan yang lain itu dominan dipengaruhi oleh sifat makanan yang di konsumsi.”you are what you eat”.( ini menyangkut badan material)yang merupakan pembungkus sang dirisejati selaku sang roh individu.makanan dipengaruhi oleh tiga sifat alam material satvam/kebaikan,rajas/kenafsuan dan tamas/kebodohan.
veda menganjurkan bagi orang yang sungguh2 mau mengerti kerohanian/hidup rohani sebaiknya mengkonsumsi makanan dalam sifat satvam bahkan kalau bisa visuda satvam / kebaikan murni /rohani ( prasadam) dan menghindari makanan yang bersifat tamo dan rajas. karena sifat itu akan menutupi kemampuan sang roh menginsyafi kedudukan dirinya yang asli sebagai pelayan Tuhan yang kekal yang melampaui 3 sifat alam material tsb.
Yajna- sistasinah santo mucyante sarva-kilbisaih bhunjate te tv agham papa ye pacanty atma karanat
Para Penyembah Tuhan di bebaskan dari segala jenis dosa karena mereka makan makanan yang dipersembahkan terlebih dahulu sebagai korbansuci (prasadam). Orang lain , yang menyiapkan makanan untuk kenikmatan indria-indria pribadi, sebenarnya hanya makan dosa saja.( BG.3.13).
Selama masih berdosa/salah, selama itu pula belum akan mungkin mengerti/paham tentang ilmu keinsyafan diri apalagi keinsyafan akan Tuhan . itu pasti.
Terima kasih atas artikelnya prabu.
inilah yang saya tunggu dari anda. seringkali ketika orang non vegetarian memberikan penjelasan ini kepada para vegetarian, maka konotasinya akan berbeda. tulisan ini saya nilai berimbang dan tidak membela/memojokkan salah satu fraksi.
@Komang Yohaness
kalau menurut saya sih banyak jalan menuju roma bro, kembali pada anda mau milih yang mana.
contoh saja minuman keras. beberapa orang menolak minuman keras, beberapa mendukung minuman keras. kalau di sini di indonesia, kondisi iklim masih bersahabat dan cenderung panas, tetapi di daerah di iklim yang sangat dingin, orang2 harus meminum alkohol setidaknya 1 sloki sehari kalau tidak darahnya bisa membeku. itu pengalaman sahabat2 saya yang jadi kuli di norwegia. sekalipun mereka orang2 bhakti dan tidak minum minuman keras, tetapi disana mereka tidak punya pilihan lain.
begitu juga dengan daging. di india sangat mungkin vegetarian karena rempah2nya (silahkan cicipi makanan vegetarian orang india). walau tanpa daging, tetapi bumbu2 dari olahan rempah2nya bisa menghangatkan badan dan menggantikan sebagian besar nutrisi dari daging untuk kebutuhan tubuh.
tetapi bagaimana dengan orang2 di alaska? mereka kan tidak mungkin vegetarian. selain karena hampir tidak ada tumbuhan, mereka tetap harus mengkonsumsi daging dan darah untuk menjaga kondisi tubuh dari iklim yang ekstrim.
kalau di indonesia iklim lumayan bersahabat tapi sering juga berubah2. jadi vegetarian maupun non vegetarian punya kelebihan dan kekurangan masing2, tergantung kekuatan perut anda.
Ngomong-ngomong tentang cuaca dingin dan menghangatkan tubuh dengan miras, spiritual sesungguhnya dalam Veda adalah bebas dari rasa sedih maupun duka dan juga bebas dari panas maupun dingin. Seperti itulah orang yang spiritualnya tinggi. Seperti para yogi di gunung Himalaya yang bebas dari kedinginan.
@ Sutha
pengalaman kondisi iklim dan banyak jalan menuju roma dikaitkan dengan vegetarian atau pemakan daging, jika berkaitan dengan “selera” tidak masalah dan itu hak asasi setiap manusia. akan tetapi melarang memakan daging berdsarkan sloka-sloka, padahal ada sloka juga yg memperbolehkan iutlah yg menjadi masalahnya.
jika kedua kelompok sloka itu benar semuanya, maka jgn berkampanye atas agama kepada org2 yg suka memakan daging. seakan-akan yg memakan daging itu negatif dan vegetarian yg paling benar itu adalah seenaknya sendiri sebagaimana artikel di ats dan saudara Rama.
padahal pertanyaan saya adalah di antara kedua sloka di atas yg benar mana?
@ Rama Putra Iswara
anda menulis: “Veda tidak serta merta mengatakan bahwa makan daging itu adalah perbuatan dosa. Anda benar-benar kurang memahami artikel itu.”
Dari tulisan rama, kelihatan bahwa anda yg kurang menyimak dg jelas, Veda dg jelas dan tegas sekali bahwa pemakan daging adalah pembunuh, bukankah dalam hindu perbuatan membunuh dg sengaja pd hewan adalah dosa?
berikut ini Sloka-yg menyatakan bahwa membunuh daging adalah dosa:
(51). Anumanta wisasita nihanta
krayawikrayi
samskarta copaharta ca
khadaksceti ghatakah
“Ia yang mengijinkan penyembelihan seekor binatang, ia yang memotongnya, ia yang membunuhnya, ia yang membeli dan menjualnya, ia yang memasaknya, ia yang menyuguhkan, dan ia yang memakannya semua itu patut dianggap sebagai pembunuh”
(52). Swamamsam paramamsena
yo wardhayitumichati
anarbhyacya pitrindewams
tato ayo nastya punyakrit
“Tidak ada orang yang lebih berdosa daripada orang yang walaupun menghaturkan sesajen kepada para dewa dan leluhur, namun berusaha memperbanyak kumpulan daging di badannya dengan daging dari binatang lain”
http://www.hindu-dharma.org/2010/09/sloka-pelarangan-membunuh-binatang/
bahkan seorang Rsi yg kalian anggap setaraf Nabi tingkatan spritualnya, ternyata juga senang memakan daging, jika memang daging itu menurunkan spritual, maka mustahil rsi tersebut mau melahapnya;
Penghormatan pada Rsi Agastya dilakukan dengan memotong ratusan banteng [Taiteriya Brahmana, II.1.11.1; Panchavinsha Brahmana,XXXI.14.5]
Manawa dharmasastra
Yajnya artham braahmanairwadhyaah
Prasastaa mrigapaksiinah.
Bhrityaanaam caiwa writtyartham
Agastyo hyaacaratpuraa. (V.22).
Hewan-hewan dan burung-burung yang dianjurkan boleh dimakan, dapat disembelih oleh para brahmana sepanjang untuk upacara yadnya dan juga diberikan kepada mereka yang patut diberikan. Karena Resi Agastia pun melakukan itu pada zaman dulu.
anehnya lagi rama menyimpulkan:
“Kesimpulannya, Veda menyarankan apabila ingin mengemban spiritual maka hendaknya jangan makan daging dan apabila masih belum makan daging, Veda tidak melarang”.
aneh sekali kseimpulanmu, jika memang veda tidak melarang memakan daging lalu mengapa kamu menganjurkan Vegetarian dan Ahimsa?
bukankah sudah sangat nyta dan jelas sekali bahwa ada sloka yg melarang, coba cek kembali artikel serta sloka-sloka yg antara lain:
(52). Swamamsam paramamsena
yo wardhayitumichati
anarbhyacya pitrindewams
tato ayo nastya punyakrit
“Tidak ada orang yang lebih berdosa daripada orang yang walaupun menghaturkan sesajen kepada para dewa dan leluhur, namun berusaha memperbanyak kumpulan daging di badannya dengan daging dari binatang lain”
wah rupanya saudara Rama Putra Iswara sekarang bingung sendiri menghadapi pertentangan kedua sloka, antara ahimsa atau pemakan daging?……..
😀 😀 😀
yohanes… yang sangat dilarang makan daging adalah kaum brahmana,calon brahmana,dan bagi mereka yang menginginkan kebahagain abadi. kalau mayarakat biasa boleh saja,,
@ komang yohanes
kl saya boleh menangkap maksud anda adalah,
anda menunjukan adanya dua sloka yg bertentangan, yang satu melarang membunuh (ahimsa) yg kedua memperbolehkan membunuh.
lantas anda ingin menunjukan “ketidakkosistenan” weda yang menurut anda isi Weda itu membingungkan…
jawaban saya adalah…
diatas juga sudah di sebutkan, hendaknya anda juga harus berpikir sadar. tujuan apakah yang ingin anda bawa di sni..?
ingin menentang atau belajar, yg artinya jika memang di dalam diri anda tertanam sesuatu yg ingin anda tentang, anda akan terlihat sekali memaksakan kehendak anda. dan jika anda hnya ingin belajar, harusnya anda bisa memahamai artikel sodara ngarayana tersebut.
bahkan di akhir artikel di sebutkan jawabanya, atas pertanyaan anda.
kl boleh saya ulangi, Weda tidak melarang atau menyuruh org utk membunuh dengan catatan, harus sesuai dengan TUJUAN PEMBUNUHAN itu,
seperti contoh kegiatan upacara, berada di dalam situasi berbahaya, dll..
ttp berbeda lagi ketika kita membunuh atas dasar keinginan ( eperti yang diajarkan oleh penjajahan, pemaksaaan kehendak cth terdekat, pembunuhan warga Ahmadiyah, dll)
satu hal lagi, HINDU itu Fleksibel kita diajarkan untk menggunakan Nurani dalam setiap permasalahan. bukan seperti agama DOGMATIS yg melulu harus sesuai kitab (text book) yg brpikiran pokoknya harus sesuai kitab, kl tidak dosa dan masuk neraka. bla bla bla… itu yg membedakan ajaran agama langit dengan agama bumi.
CMIIW
@ Me And My Self
kalo menurutmu bagaimana dg adanya dus asloka yg bertentangan tentang vegetarian dan pemakan daging dibolehkan?
jika memang fleksibel, mka jgn mengkampanyekan bahwa vegetarian yg lebih baik, dan menjelek2kan pemakan daging “seakan-akan” negatif.
Tuh’kan, orang lain saja bilang Anda tidak paham maksud tulisan di atas. Orang lain juga bilang jawabannya sudah ada di atas. Belajarlah untuk memahami dulu sebelum blablabla…
@Komang Yohanes
Coba anda camkan sloka-sloka berikut:
Bhagavad Gita 17.2:
“Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa bersabda: Menurut sifat-sifat alam yang diperoleh oleh roh di dalam badan, ada tiga jenis kepercayaan yang dapat dimiliki seseorangÅkepercayaan dalam kebaikan, dalam nafsu atau dalam kebodohan. Sekarang dengarlah tentang hal ini.”
Bhagavad gita 17.3:
“Wahai putera Bharata, menurut kehidupan seseorang di bawah berba- gai sifat alam, ia mengembangkan jenis kepercayaan tertentu. Dika- takan bahwa makhluk hidup memiliki kepercayaan tertentu menurut sifat-sifat yang telah diperolehnya.”
Bhagavad Gita 17.4:
“Orang dalam sifat kebaikan menyembah para dewa; orang dalam sifat nafsu menyembah para raksasa atau orang jahat; dan orang yang berada dalam sifat kebodohan menyembah hantu-hantu dan roh-roh halus.”
Bhagavad Gita 17.7:
“Makanan yang paling disukai setiap orang juga terdiri dari tiga jenis, menurut tiga sifat alam material. Demikian pula korban suci, perta- paan dan kedermawanan. Sekarang dengarlah perbedaan antara hal- hal itu.”
Bhagavad Gita 17.8:
“Makanan yang disukai oleh orang dalam sifat kebaikan memperpan- jang usia hidup, menyucikan kehidupan dan memberi kekuatan, ke- sehatan, kebahagiaan dan kepuasan. Makanan tersebut penuh sari, berlemak, bergizi dan menyenangkan hati.”
Bhagavad Gita 17.9:
“Makanan yang terlalu pahit, terlalu asam, terlalu asin, panas sekali atau menyebabkan badan menjadi panas sekali, terlalu pedas, terlalu ering dan berisi terlalu banyak bumbu yang keras sekali disukai oleh orang dalam sifat nafsu. Makanan seperti itu menyebabkan dukacita, kesengsaraan dan penyakit.”
Bhagavad Gita 17.10:
“Makanan yang dimasak lebih dari tiga jam sebelum dimakan, ma- kanan yang hambar, basi dan busuk, dan makanan terdiri dari sisa makanan orang lain dan bahan-bahan haram disukai oleh orang da- lam sifat kegelapan.”
Dan seterusnya…. baca aja sendiri ya bro.. intinya di sini dijelaskan perbedaan keyakinan setiap orang karena perbedaan guna dan karma mereka masing-masing. Ada orang yang sangat bodoh dalam hal spiritual sehingga mereka harus mengikuti sistem keyakinan yang masih rendah yang dalam hal ini disebut tamasik, ada juga yang cukup maju dan maju sekali. Tidak ada ubahnya seperti kita yang belajar di sekolah lah. Ada tingkatan anak SD, SMP, SMA dan kuliahan. Masing-masing dari tingkatan ini menyediakan kurikulum yang berbeda. Ajaran Veda juga begitu. Veda menyadari bahwa setiap orang memiliki tingkat spiritual berbeda sehingga dalam Brahma Vaitarta Purana mengatakan bahwa kitab-kitab suci Veda [terutama sekali dalam kontek ini Purana] terbagi menjadi tiga bagian, yaitu kitab-kitab dalam sifat Tamasik (kebodohan), kitab-kitab dalam sifat Tajasik (nafsu) dan kitab-kitab dalam sifat Sattvik (kebaikan).
Begitu brather :))
@ Rama Putra iswara
gak klieru tuh, lalu mengapa kamu gak bisa menjwb tentang kontra diksi sola-sloka kedua kelompok tersebut yg satu melarang pembunuhan hewan (ahimsa) yg satunya membolehkan mengkosumsi hewan.
maknya jgn suka mencela agama orang lain, skrg ketika melihat pertentangan antar sloka dirimu tidak bisa menjawb, akhirnya muter-muter kayak bola ruwet.
ternyata seorang Rama tdk bisa menjawb pertanyaan org kristen.
Emang jawaban gue belum jelas ya? ;:) :))
OMG Anda ini aneh sekali. Saya sudah bilang pertanyaan Anda jawabannya ada dalam artikel ini. Orang lain yaitu Me And Myself juga bilang:
Anda yang kurang paham artikel ini.
@ Komang Yohanes
Hhbat kamu brow, bisa membungkam mrk dengan sloka-sloka mrk juga.
keliatan sekali mrk kebingungan, makanya jawabannya muter-muter.
sebuah fakta dan kenyataan bahwa dlm weda terdapat pertentangan antara sloka-sloka tentang makan daging.
krn dalm hindu tdk boleh menafsirkan veda, maka mrk kebingunan sendiri memahami sloka-sloka tsb.
yg lebih konyol adalah Rama PI. biasanya “hebat” dalam diskusi sekarang keliatan mlempem.
disinilah keliatan sekali antara fkesibel atau mbulet.
Emang aku ga dihitung ya coy? sloka dan jawaban yang aku sampaikan belum dibantahkan. Kok udah bilang diri menang debat? :p
Jangan tertipu, saya juga pernah kok melakukan hal yang sama yaitu monolog (ngomong dengan diri sendiri). Itulah yang dilakukan antara Komang Yohanes dan Paulus. 🙂
Hehehe…
@ Rama
skrg RAMA GAK BISA BERSUARA
@all..
Diskusi yang menarik, tapi tolong junjung kejujuran dunk.. user dengan nama Paulus dan Komang Yohanes adalah orang yang sama karena sama-sama memiliki IP Address yang sama, yaitu 110.138.166.220
Jadi diskusinya seolah-olah satu orang diserang banyak orang dimana orang ini saling membenarkan. padahal sebenarnya orang yang sama.
Saya tidak melarang diskusi dengan banyak username di forum ini, tapi mohon jangan berdiskusi dengan cara yang ga fair seperti ini seolah-olah ada banyak orang yang saling mendukung padahal sebenarnya 1 orang. Sayapun punya beberapa user dalam web ini, antara lain “Admin”, “Ngarayana” dan juga “Laksmi.Narayana”. User-user dengan nama berbeda ini saya siapkan jika ada trouble dengan user yang biasa saya pakai, yaitu “Ngarayana” atau jika saya tidak sedang login dari laptop pribadi agar cache saya tidak tersimpan di komputer orang karena takut kena hack.. he..he…
Salam,-
Tekan CTRL+SHIFT+N aja bli pada browser mode penyamaran supaya tidak caching. Dijamin aman. Tapi rasanya tidak semua browser seperti itu.
@ Nak_Bagus
Pertama.
Tidak ada dsar atau alasan yg kuat bahwa orang yg mengkosumsi daging spritualnya semakin tinggi. dan tdk ada suatu kepastian yg nyta bahwa orang yg vegetarian spritualnya pasti tinggi. karena spritual itu dilatih dg ketealtenan dan kesabaran, bahkan dlm agama Budhha seorang biksu dibolehkan memakan daging yg penting tdk ikut menyembelihnya.
Kedua.
anda menulis:
“Tidak ada ubahnya seperti kita yang belajar di sekolah lah. Ada tingkatan anak SD, SMP, SMA dan kuliahan. Masing-masing dari tingkatan ini menyediakan kurikulum yang berbeda. Ajaran Veda juga begitu….. “.
bukankah itu tafsir pendekatan pd Veda agar mudah difahami dan dipelajari. masalahnya selama ini temen-temen Hindu ketika diskusi menyatakan bahwa veda tidak perlu ditafsirkan, langsung difahami dan dibaca sesuai yg tertera. nah?! ketika bertemu dg adanya sloka yg saling bertentangan ternyata butuh tafsir juga untuk memahami.
Terimakasih brather, atas pnjelasanmu.
Saya tidak pernah menyatakan bahwa orang yang vegetarian lebih baik dalam hal spiritual. Vegetarian adalah salah satu upaya dalam pengendalian diri dan pemantapan dalam meniti spiritualitas.
Karen itu Bhagavad Gita mengatakan:
(17.7)
“Makanan yang paling disukai setiap orang juga terdiri dari tiga jenis, menurut tiga sifat alam material. Demikian pula korban suci, perta- paan dan kedermawanan. Sekarang dengarlah perbedaan antara hal- hal itu.”
(17.8)
“Makanan yang disukai oleh orang dalam sifat kebaikan memperpan- jang usia hidup, menyucikan kehidupan dan memberi kekuatan, ke- sehatan, kebahagiaan dan kepuasan. Makanan tersebut penuh sari, berlemak, bergizi dan menyenangkan hati.”
(17.9)
“Makanan yang terlalu pahit, terlalu asam, terlalu asin, panas sekali atau menyebabkan badan menjadi panas sekali, terlalu pedas, terlalu kering dan berisi terlalu banyak bumbu yang keras sekali disukai oleh orang dalam sifat nafsu. Makanan seperti itu menyebabkan dukacita, kesengsaraan dan penyakit.”
(17.10)
“Makanan yang dimasak lebih dari tiga jam sebelum dimakan, ma- kanan yang hambar, basi dan busuk, dan makanan terdiri dari sisa makanan orang lain dan bahan-bahan haram disukai oleh orang da- lam sifat kegelapan.”
Jadi tanpa menfsirkanpun dalam sloka ini sudah sangat jelas bahwa makanan mempengaruhi kecenderungan spiritualitas seseorang.
Lalu mengenai pertentangan yang anda sampaikan dalam Veda, di atas sudah saya sampaikan bahwa dalam sloka-sloka Brahma-vaitartha Purana dengan jelas disebutkan pembagian Veda ke dalam 3 sifat, yaitu sattvam, rajas dan tamas. Sekarang masalahnya di mana? Apa ada penafsiran dalam sloka ini?
Sebelum anda mengatakan dan membantah bahwa Veda sendiri telah membagi ajarannya, sepertinya anda perlu membantah artikel ini deh: https://narayanasmrti.com/2010/03/01/pustaka-suci-veda/
Anda ingin diskusi filsafat Vedanta atau Budhisme? Budhisme memang salah satu bagian dari ajaran Veda, tetapi dalam golongan nastika. Anda bisa mengatakan Budha adalah bagian Veda tetapi tidak dapat mengatakan Veda dalah bagian Buddha. jadi fokus ke satu topik dunk….
Hik..hik….. anda mengerti perbedaan antara tafsir dengan perumpamaan tidak?
Saya punya hotel dengan banyak kamar tidur, lalu dari kondisi sebenarnya itu saya membuat denah atau maket agar tamu bisa memilih kamar yang mereka kehendaki dengan mudah hanya dengan melihat maket atau denah tersebut di receptionist.
Lalu yang kedua saya punya kamar yang terkunci rapat, dari kamar tersebut keluar harum-harum tertentu dan ciri-ciri tertentu. Beberapa orang yang datang ke kamar tersebut mengira-ngira apakah asal bau tersebut. Ada yang mengatakan emlati, mawar dan ada juga yang mengatakan dari minyak wangi kelas utama.
Dari kedua kasus ini, bisakah anda menangkap mana yang merupakan perumpamaan dan mana yang merupakan tafsiran? Sudahkan anda mengerti perbedaan tafsir dan perumpamaan? kalau belum, kunjungi oxford dictionary dulu lah…. :)) 🙂
Vegetarian bukan berarti orang itu sudah spiritual tingkat tinggi. Spiritualitas seseorang adalah Tuhan yang mengetahui, kita tidak.
Anda salah bro. Bukan cuma Islam, Buddha pun mengalami sektarianisasi. Bahkan ajaran Buddha lebih ekstrim dari sekadar vegetarian. Di Cina, Shaolin itu diajarkan mulai dari kecil vegetarian dan tidak berhubungan fisik (seksual) [tidak menikah] kapan pun itu. Ini bukan sektarian, seperti itulah aslinya ajaran agama Buddha bahwa sejak kecil sudah harus menjalani pertapaan (tidak makan daging dan tidak menikah) seperti itu. Hindu lebih fleksibel karena ada ajaran Catur Asrama (jenjang kehidupan). Mengapa ada pembolehan makan daging dalam agama Buddha? Buddha pernah bersabda apa yang diberikan ke dalam mangkukmu terimalah! Inilah yang ditafsirkan bahwa boleh makan daging. Pelajari dulu sejarah kemunculan agama Buddha. Umat Buddha sekarang sesungguhnya kebanyakan sudah jauh melenceng.
Ini bukan penafsiran, saya sudah menjelaskan tentang 400.000 jenis manusia. Manusia tingkat 1 tidak sama dengan tingkat 400.000, jadi bagaimana mungkin hasilnya sama jika keduanya dicekoki satu macam ajaran saja?
Pasti ada satu yang bisa menerima sedangkan orang lain tidak bisa. Karena itulah Veda tidak hanya mengajarkan satu konsep saja.
orang yg tidak jujur kehilangan respek orang lain,kata2/tulisannya tak lagi bermakna.mempermalukan diri sendiri dan agama yg dianutnya
@ Komang Yohanes / March 8, 2011
kalo menurutmu bagaimana dg adanya dus asloka yg bertentangan tentang vegetarian dan pemakan daging dibolehkan?
jika memang fleksibel, mka jgn mengkampanyekan bahwa vegetarian yg lebih baik, dan menjelek2kan pemakan daging “seakan-akan” negatif.
jawab:
Kebingungan orang umum mengenai seolah kontradiksi antara larangan makan daging dan sejenisnya dengan anjuran makan daging dan sejenisnya, yang di uraikan dalam Veda , bukan mulai saat ini saja melainkan sudah dari jaman dvapara sekalipun. Maka itulah salah satu alasan Budha turun bahkan melarang mengikuti Veda ala mereka yang sebenarnya sudah menyimpangkan Veda itu sendiri karena karakternya sudah di cemari oleh makanan itu sendiri sehingga tidak mampu mengerti uraian Veda yang paling sederhana sekalipun seperti contoh:
pada jaman Veda masyarakat umum menyadari dirinya adalah roh yan g kekal dan mendapatkan badan material sesuai hukum karma, tapi sekarang atas nama jaman kemajuan masyarakat umum bahkan para atasnama cendikiawan sekalipun sudah sangat sulit menyadari dirinya adalah roh, paling banter hanya sejauh teori semata, tindakan sangat jauh dari harapan Veda. Maka tidak heran jika kebanyakan orang tidak paham bahwa sejenis ijin makan daging merupakan suatu cara untuk membantu masyarakat umum yang berada dalam peng aruh sifat tamo/ kebodohan, secara bertahap yang pelan-pelan diharapkan mampu memahami bahwa kehidupan manusia tidak dimaksudkan untuk makan daging . Seperti misalnya ayat 2 seolah mengijinkan makan daging bagi para orang yang belum bisa sama sekali melepaskan daging dari mulutnya seolah diijinkan, namun ayat2 tsb. tidak berdiri sendiri , melainkan banyak ayat2 yg lainnya harus diikuti yang merupakan syarat2 yang cukup berat. Seperti harus atasnama kurban suci dengan ucapan mantera yang tepat, hanya sebulan sekali pada bulan mati, dan ada pula diharuskan melakukan penebusan dosa yang berat dan sering. Itupun masih dipastikan harus lahir kembali untuk menerima hukum karma berikutnya.
Yesus juga mengajarkan cinta kasih dengan anjuran awal “jangan membunuh” tapi sulit dipahami pengikutnya dengan mengatakan ; ajarkan yang lebih tinggi jangan hanya mengajarkan jangan membunuh saja, Beliau mengatakan aku ajarkan jangan membunuh saja kalian tidak paham , ajaran apa yang lebih tinggi kalian bisa mengerti…? Ini merupakan ilmu dasar dari ilmu2 lainnya. Kalau ilmu ini saja belum bisa dipahami jangan harap ilmu lain akan berguna untuk dirimu.
Termasuk Muhammadpun menghadapi masyarakat manusia di timur tengah pada masa itu sebahagian besar orang sudah makan apasaja tanpa ritual, kalaupun ada atas nama penganut Veda mereka sudah mencuplik ayat –ayat yang mendukung dan menguntungkan kepuasan indria-indria pribadinya saja, sementara yang tidak mendukung dan tidak disukai diabaikan begitu saja. Sehingga untuk menolong keadaan seperti itu Muhammad pun harus memberikan peraturan dasar yang ketat sekali dalam melaksanakan atas nama kurban binatang pada masyarakat .
Seperti halnya: karna sangat sulit dan bahkan tidak mungkin melarang orang –orang untuk tidak makan daging dan serjenisnya, beliau mengijinkan menyembelih binatang ternak seperti domba,kambing,unta dll atas nama kurban dengan syarat ketat sbb: penyembelihan kambing boleh di lakukan sebulan sekali pada bulan mati/tilem, harus atasNama Allah, di sembelih di masjid, dan oleh orang yang ketat sembahyang lima kali, dan pertama sebelum di sembelih harus mengucapkan bismillah dst…,harus melihat mata binatang itu, kemudian lehernya dengan mengamati jalan nafasnya, memotong harus sekali mati jangan sampai mengelepar kesakitan dsb. Kenapa begitu ketat, kalau memang boleh ya boleh saja ngapain harus diatur-atur ketat seperti itu, apa gerangan makna ajaran terkandung didlamnya…?
Kalau saja mau jujur dan sedikit cerdas sudah pasti tahu maksud Muhammad tanpa harus berargumen tinggi2 atas nama pengetahuan apapun dan berdalih dengan alasan apapun, apalagi sampai harus bertindak dengan kekerasan hanya untuk membenarkan dan mendukung kepuasan indria2 pribadi.
Kita bisa mengerti , bahwa : 1.kenapa harus di sarankan menyembelih hanya sebulan sekali…?, setiap hari saja kenapa emang….? Kita bisa paham ini bermakna: Paling tidak berharap bisa mengurangi ketimbang setiap hari . seperti halnya seorang dokter yang bijak tidak bisa menyruh pasiennya berhenti merokok secara total karena peru2nya sudah robek, setidaknya dia akan menyarankan untuk mengurangi perlahan setiap hari sampai tuntas berhenti merokok secara total. 2. Kenapa harus dimasjid dan mengucapkan bismillahdsb…? Berharap Tuhan memberikan kekuatan bagi yang bersangkutan maju secara bertahap dalam kehidupan manusianya. Bagi orang Suci sangat yakin tanpa karunia Tuhan tidak ada yang bisa sukses, apalagi untuk orang banyak. 3. Kenapa disarankan untuk melihat mata binatang yang akan disembelih itu….? Gampang kita mengerti bahwa binatang itu menangis sedih takut dan cemas. 4. Kenapa harus melihat leher dan mengamati jalan nafasnya…? berarti binatang itu adalah bernyawa/hidup yang punya keluarga anak istri/suami dan sanak keluarga yang di kasihinya. 5. Kenapa harus oleh orang yang sembahyang 5 kali…..? kalau memang benar orang sembahyang 5 kali menurut Islam, di harapkan kesadaran rasa kasih sayang yang asli sbg mahluk manusia bangkit kembali sehingga paham bahwa binatang itu adalah mahluk hidup yang sama seperti dirinya yang tidak perlu dibunuh hanya karena keinginan memuaskan lidah , perut dan kemaluannya saja yang bersifat sementara yang sebentar lagi akan membusuk dan lenyap pula,6. Kenapa harus memotong dengan pisau yang sangat tajam sehingga sekali mati dan tidak menggelepar kesakitan..? ya mudah saja kita mengerti bahwa hewanpun punya rasa sama persis dengan manusia.
Dimana Anjuran yang disertai aturan ketat Muhammad adalah berupa pesan, “ manusia tidak dimaksudkan sebagai pemangsa” karena di dalam Veda juga ada aturan-aturan serupa di dalam mamsa sastra yang kurang lebih maknanya sama. Yang mana beberapa uraiank tentang aturan2 tsb adalah sbb:
Bagi orang-orang yang tidak bisa melepaskan daging dari mulutnya dibolehkan menyemblelih kambing bukan sapi ,atasnama kurban sebulan sekali pada amavasya/bulan mati/tilem , di kuil di hadapan Devi Kali/Durga , dengan mengucapkan sejenis perjanjian yang dianggap mantra2 penyembelihan sbb: Oh Ibu sebagai saksi lahir dan matinya semua mahluk hidup di dunia material ini, di hadapan mu aku bersumpah, untuk memuaskan lidahku aku sembelih mahluk berupa hewan ini,dan pada penjelmaan berikutnya dia boleh menyembelihku. Itulah mantra yang harus di ucapkan di hadapan Devi Kali. Itu berarti diharapkan orang yang lebih cerdas tidak akan menyia-nyiakan waktunya sebagai manusia yang sangat mahal harganya dan mempunyai kemampuan menyempurnakan hidupnya sbagai manusia seutuhnya untuk memahami pengetahuan rohani dan hidup rohani, hanya ditukar dengan hidup menjadi hewan dalm hidup keberikutnya hanya gara2 lidah perut dan kemaluannya.
Walaupun banyak orang yang mengutip ayat-ayat Veda mengenai aturan kurban suci binatang secara tidak seutuhnya dan tidak tuntas memahaminya; dimana, kapan, bagaimana oleh siapa dsb. Hanya dengan dasar ke inginan mendukung dan membenarkan kepuasan indria pribadinya saja bertindak atasnama Veda tanpa paham apa makna yang harus di mengerti bagi kehidupan secara universal ini, seperti beberapa uraian mengenai aturan dan syarat melaksanakan kurban suci binatang, bahwa kurban suci binatang dilakukan untuk membantu binatang bersangkutan lebih cepat naik tingkat kehidupan dan bisa segera pulang kedunia rohani, seperti contoh ; di Treta Yuga kurban suci binatang di lakukan untuk mengetes kekuatan mantra Veda oleh orang 2 yang berkwalitas tinggi. Binatang dibunuh dengan mengucapkan mantra dengan benar dan tepat/ bukan dengan senjata apapun, kemudian di persembahkan di api suci yang juga dipanggil oleh brahmana berkwalitas tinggi sehingga kepribadian Api tertentu muncul untuk menyucikan mahluk binatang bersangkutan dengan mantra2 Veda khusus di ucapkan lagi oleh Brahmana berkwalitas tinggi sehingga binatang itu bisa menjelma menjadi manusia klas utama dan mampu memahami ajaran Tuhan/ Veda dan memenuhi syarat untuk pulang ke dunia Rohani , bukan untuk dimakan. Kalupun kadang kadang daging binatang kurban itu di bagikan kepada orang2 sudra atau para mleca dsb. Itu bertujuan membantu secara bertahap. Karena kalaupun tidak diberikan daging kurban mereka sangat sulit mengendalikan lidahnya untuk tidak makan daging, ketimbang mereka makan dan membunuhi binatang secara bebas , akan lebih dibantu jika mereka makan daging setelah diupacarai sebagai kurban, tidak sepenuhnya dosa yang pekat.
Makna ngejot dalam kaitannya dengan ahimsa, di dalam lontar di Nusantara dijelaskan mengenai makna ngejot. Adalah untuk penyupatan kepada para makhluk yang dijadikan makanan. Yaitu mendoakan mereka (makhluk2) itu agar diberikan tempat penjelmaan berikutnya yang lebih baik karena mereka telah berkorban bagi kita manusia, baik yang kita menggunakannya sebagai makanan untuk tubuh atau mereka yang terbunuh saat kita bersih2. Jadi kita mengorbankan sedikit makanan kita untuk menghormati mereka yang telah berkorban untuk kita.
Makna ngejot sesungguhnya bukanlah sebagai ucapan rasa syukur seperti yang umum dikatakan umat Hindu. Ngejot dilakukan pada lima tempat, yaitu di pisau, taledan, cubek/ulekan, batu asahan, dan sapu lidi. Karena di 5 tempat inilah terjadi pembunuhan baik disengaja maupun tidak.
Sungguh mulia ajaran dalam lontar ini. Tetapi tidak dimaknai dan dilaksanakan secara utuh oleh umat Hindu kita di Bali termasuk di Lombok.
@ Ngarayana
Surat Protes Kpd. Saudara Ngarayana
Sangat disayangkan anda belajar spiritual telah lama, ternyata begitu gampang menuduh dan membuat statemen dan menghakimi bahwa antara Komang Yohanes dan paulus adalah satu orang karena berdasarkan alasan sama-sama memiliki IP Address yang sama, yaitu 110.138.166.220.
Kenapa anda tidak bertanya dahulu kepada saya Komang Yohanes apa benar kedua nama itu adalah saya? bukankah saya bisa memberi klarifikasi?
Apakah suatu kepastian bahwa alamat IP bisa dijadikan tolak ukur suatu tuduhan dan penghakiman ?Alamat IP (Internet Protocol Address atau sering disingkat IP) adalah deretan angka biner antar 32-bit sampai 128-bit yang dipakai sebagai alamat identifikasi untuk tiap komputer host dalam jaringan Internet.
Pertayannya adalah apakah setiap satu komputer jaringan internet pasti dipakai oleh satu orang?
Seandainya anda seorang bijaksana, paling tidak anda berfikir dulu, lalu ajukan pertanyaan kepadaku benarkah antara Komang Yohanes dan Paulus adalah satu orang. Tapi sangat disayangkan orang yg seperti anda terjebak dengan kedengkian dan sehingga langsung menuduh dan menghakimi.
Kronologi Kejadian
Kebetulan saya punya usaha warnet sederhana dan saya juga punya forum diskusi, seringkali teman-teman saya datang kerumah, kadang membahas hasil diskusi di internet sama-sama, bahkan seringkali kajian-kaijan di web ini kita bahas bersama-sama.
Pada saat ngenet, saya bersama keponakanku kebetulan dia ikut komentar dengan nama Paulus alamat email Xabduh@yahoo.co.id.
Karena satu komputer ya jelas, setelah saya berkomentar maka keponakan saya berkomentar berikutnya di komputer yang saya pakai.
Untuk lebih jelas tolong saudara ngaryana anda cek kembali alamat emial yg dipakai oleh paulus, sedangkan alamat email saya adalah yohanes86@rocketmail.com.
Jika memang :
1. Alamat IP sama
2. alamat email antara Komang Yohanes dan Paulus sama
Maka tuduhan anda benar.
Dengan cara anda melihat kedua alamat email yg berbeda sebetulnya anda bisa berfikir lebih dalam, sehingga tidak menuduh dan menghakimi, karena terprovokasi oleh Rama Putra Iswara.
Bukan hanya sekali ini saja, saya sering dilecehkan oleh teman-teman Hindu dg mengejek ajaran agama yg saya anut, tapi toh oleh Admint Ngarayana tidak pernah “ditindak tegas” agar mereka sadar, baru ketika saya protes saudara Nagarayana muncul memberi teguran.
Ketika admint menulis topik tentang agama dan kekerasan, banyak komentar yg isinya menghujat agama tetangga, lalu sayapun mengirim artikel dengan judul kurang lebih “Terorisme dalam hindu” ketika saya kirim sampai 20 kali tidak bisa masuk, aneh ada apa gerangan? Akhirnya ketika saya mintak tolong kepada teman diskusi yg sekarang sudah tidak aktif lagi yang kebetulan sering ngenet ditempat saya, ketika di dikirim baru bisa masuk dan tampil. Apakah semuanya itu kebetulan?
Saran
Saudara Ngarayana, jadilah seorang admint yang adil, terhadap semua peserta diskusi baik beda etnis maupun agama, karena dari awal web ini untuk umum.
Kasih Tuhan selalu bersama Anda.
@ Komang Yohanes
Apa yang anda katakan memang ada benarnya. Saya sebenarnya tidak bisa menuduh dari satu orang karena IP address yang sama bisa digunakan oleh banyak orang. Memang bisa saja satu komputer dipakai banyak orang, atau dalam satu layanan ISP digunakan oleh banyak komputer seperti kasus di komputer kantor saya. Meski private IP-nya berbeda, namun public IP address-nya yang keluar dari kawasan perkantoran saya sama.
Saya mohon maaf atas ketidaknyamanan ini saudara Yohanes. Namun sekali lagi saya ingatkan kepada semua teman-teman. Forum di web ini bersifat bebas sebebas-bebasnya asal tidak memuat fornografi. Silahkan berargumentasi dan berpendapat walau kadang menyakitkan. Tetapi setiap pendapat mohon didasarkan atas fakta yang jelas. Jika topik diskusi tidak searah dengan artikel, mohon pindahkan ke forum dan diskusikan di sana.
Sekali lagi mohon maaf saudara Yohanes dan mari kita berdiskusi lagi..
Salam,-
Nah, di masa depan kita bisa makan daging tanpa perlu membunuh hewan.. ^^ http://www.faktailmiah.com/2011/03/16/daging-hidup.html
Nah kalo daging idup itu udah “jadi” dan benar2 bisa dikonsumsi. Kita makan daging spt itu dosa ngga ya, kan tidak menyakiti, menurut hindu ?
Bukannya sekarang kaum vegetarian sudah biasa memakan daging buatan dari gluten, jamur, rumput laut dan sejenisnya? :))
Ini salah satu bukti kebenaran Veda , bahwa masalah makan saja masih sangat sulit di mengerti/dipahami apa yang bisa dan boleh di makan atau tidak oleh mahluk manusia. apa yang bisa di harapkan tentang ilmu yang lebih tinggi…….?ini semata karena masih berada dalam paham badaniah, menurut badan material apapun yang disukai oleh lidah sebenarnya sah saja di makan, dan tidak akan suka jika ada yang melarangnya. Bahkan bisa saja marah jika ada yang melarangnya.Cuma sayang sekali ada hukum alam yang mengatur semua itu sehingga kalaupun disukai oleh lidah ternyata tidak selalu gampang di dapatkan, tidak ada mahluk manapun dengan sukarela menyajikan dirinya sebagai makanan mahluk lain, apalagi kalau manusia mulai menyukai daging manusia segera hukum Negara pun mulai bertindak melarangnya. Kenapa………? Renungkan saja.
Tujuan kehidupan manusia bukan hanya untuk menyelesaikan masalah makan saja, melainkan yang lebih penting adalah mulai memahami pengetahuan rohani. Maka sekali lagi aku katakan: BAGI YANG MULAI SUNGGUH-SUNGGUH MAU MENGERTI TUJUAN TERTINGGI KEHIDUPAN MANUSIA, VEDA MENYARANKAN: HINDARI MAKAN DAGING,IKAN DAN TELOR, HINDARI MABUK2AN, HINDARI BERZINAH,DAN HINDARI BERJUDI. Bagi yang belum bisa /mampu berarti memang masih harus tetap berada dalam paham badaniah. Itu saja kok repot……!!!
Satire lagi ahh.. ^^
“Wahai manusia-manusia yg berkesadaran superrr tinggi, janganlah makan apapun entah itu yang hidup, setengah hidup, maupun yang tidak hidup. Matilah dengan tenang dan kalian akan memperoleh pengetahuan rohani tertinggiii…!!!”
eh lama ga OL cek disini masih jg di seputaran makanan … 😀
Kalau masalah makan saja belum bisa klir bagaimana memahami ilmu yang lebih tinggi………? Tidak mengkonsumsi daging tidak berarti harus mati segera, atau walaupun makan apasaja tanpa ritual2 tidak berarti hidup terus dan bisa memperlakukan apa saja sekehendak perutnya sendiri. Kematian berlaku bagi para mahluk yang masih berada dalam paham badaniah. Dan kematian di tentukan oleh waktu yang kekal dan dipengaruhi oleh hukum karma. Percaya atau tidak itu urusan lain lagi….!!!
masalah makanan blum klir kan di antara kalian, jgn anggap belum klir di semua orang.
veda sudah jelas mengatur masalah makanan, kalian saja yg membuatnya menjadi tidak jelas (diboncengi keinginan pengakuan,dll). dan yg saya lihat disini tidak ada tuh usaha untuk mengklirkan masalah perut ini, seluruh ilmu dan kemampuan digunakan untuk saling `membunuh` pendapat orang lain untuk mengharapkan pembenaran dari lawannya…… pun berlaku disisi lain…..
ya sudah klirkan saja dulu masalah perut/makanan ini diantara kalian. jangan sampai tidak klir ya ….
Salam,-
@ Jawaban Kepada Vegetarian
Vegetarian: Makanan Spritual adalah Omong Kosong
Selama ini klaim-klaim yang dibuat oleh kelompok vegetarian dg kampanyenya diseluruh dunia memakai alasan aneh-aneh, antara lain rasa kasihan pada Hewan, melindungi populasi hewan, alasan kesehatan, bahkan yang lebih unik lagi dikaitkan bahwa memakan daging menyebabkan manusia menjadi jahat dan spritualnya jatuh merosot. Betulkah demikian?
Lalu apakah orang yang vegetarian dijamin spritualnya tinggi dan mempunyai jiwa cinta kasih pada semua makhluk?
Vegetarian Yang Kejam di Dunia:
1. Genghis Khan
Jenghis Khan (bahasa Mongolia: Чингис Хаан), juga dieja Genghis Khan, Jinghis Khan, Chinghiz Khan, Chinggis Khan, Changaiz Khan, dll, nama asalnya Temüjin, juga dieja Temuchin atau TiemuZhen, (sek. 1162 – 18 Agustus 1227) adalah khan Mongol dan ketua militer yang menyatukan bangsa Mongolia dan kemudian mendirikan Kekaisaran Mongolia dengan menaklukkan sebagian besar wilayah di Asia, termasuk utara Tiongkok (Dinasti Jin), Xia Barat, Asia Tengah, Persia, dan Mongolia. Penggantinya akan meluaskan penguasaan Mongolia menjadi kekaisaran terluas dalam sejarah manusia. Dia merupakan kakek Kubilai Khan, pemerintah Tiongkok bagi Dinasti Yuan di China.
Jengis Khan gelar dari Temujin yang berarti ‘Kaisar Semesta’ dari Mongol tak pelak lagi adalah tokoh sentral dalam pentas kolonialisme yang paling menggetarkan dalam sejarah peradaban di Bumi. Bukan Alexander Agung, tidak Columbus apalagi Vasco Da Gama yang dapat menandingi dalam kekejaman dan luas wilayah imperium kolonisasi sepanjang sejarah yang terbentang meliputi Cina, Rusia, Asia Tengah, juga Persia dan Asia Tenggara. Pasukannya mengarahkan ujung tombak dan pedangnya yang penuh keberhasilan memperluas wilayah kolonisasinya yang membentang mulai dari Polandia hingga belahan utara India, dan diteruskan cucu penerus kekuasaan Kublai Khan diakhiri di Korea, Tibet, dan beberapa wilayah Asia Tenggara termasuk Di Wilayah Nusantara.
2. Hitler
Hitler adalah seorang Vegetarian (walaupun terkadang dia makan daging, atas saran dokternya), tidak minum bir atau alkohol (hanya minum Wine sesuai saran dokternya) dan tidak merokok. Dia sangat Anti-Rokok dan dimana dia berada tidak boleh ada asap rokok, walaupun dia tidak mengeluarkan larangan untuk rokok tetapi seperti sudah diketahui umum bahwa tidak boleh merokok di tempat umum terutama di Berlin dan Munich kalo tidak mau di ciduk sama SS.
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:tyubQBQzk5sJ:iyandiansyah.blogspot.com/2010/12/27-fakta-mengejutka-mengenai-hitler.html+jengis+khan+seorang+vegetarian&cd=41&hl=id&ct=clnk&gl=id&source=www.google.co.id
Kekejaman Hitler yang utama ialah politik rasialis yang menganggap ras Aryan (Kaukasus) adalah ras unggulan seperti selayaknya ras asli orang Jerman waktu itu. Sementara itu di Jerman dan juga di Eropa terdapat jutaan warga ras Jahudi. Hitler memerintahkan pembasmian masal warga Yahudi dinegara Eropah yang sudah didudukinya dengan memasukkan mereka dalam Kamp-kamp Konsentrasi dan membasmi mereka dengan gas beracun. Diakhir Perang Dunia II diketahui bahwa Hitler telah membunuh jutaan orang Yahudi.
Kekejaman Nazi benar-benar tampak di pusat-pusat tawanan mereka. Bangsa Yahudi, Gipsi, tahanan perang, dan pendeta Katolik dipaksa bekerja keras layaknya budak. Barak tawanan ini tak ubahnya rumah pejagalan manusia. B erjuta-juta lelaki, perempuan, dan anak-anak yang tak bersalah dibantai secara kejam dengan cara yang dirancang untuk membunuh manusia secara massal.
Untuk melihat kekejaman Hitler anda bisa merujuk ke: http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/04/hitler-dan-bukti-kekejaman-hitler/
3. Pol Pot
Pol Pot adalah pemimpin Khmer Rouge dan Perdana Menteri Kamboja dari 1976 sampai 1979, secara de fakto ia memimpin sejak pertengahan 1975. Selama masa kekuasaannya, Pol Pot memaksakan versi ekstrim komunisme agraris di mana semua penduduk kota dipindahkan ke daerah pedalaman untuk bekerja di perkebunan kolektif dan proyek kerja paksa. Efek gabungan kerja budak, kekurangan gizi, perawatan kedokteran yang buruk.
Di dalam masa kepemimpinannya, ia disinyalir sudah membunuh sekitar 2 juta orang Kamboja (sekitar sepertiga penduduk). Rezimnya yang bereputasi buruk memiliki keistimewaan karena memilih semua cendekiawan dan “kaum borjuis musuh” lain untuk dibunuh.
Khmer Rouge melakukan eksekusi masal di tempat yang dikenal sebagai “Ladang Pembunuhan”. Yang telah dieksekusi dikubur di kuburan masal. Untuk menghemat amunisi, eksekusi sering dillakukan memakai palu, tangkai kampak, sekop atau tongkat bambu yang diasah.
Untuk melihat jejak rekam kejhatannya bisa dibaca di sini: http://bisnisjhony.blogspot.com/2009/10/khemer-pol-pot-genocide.html
4. Charles Manson
Charles Milles Manson (lahir 11 November 1934) adalah penjahat dari Amerika Serikat. Ia telah keluar-masuk penjara sejak kecil, mulanya karena pencurian mobil, pemalsuan, dan penipuan kartu kredit. Ia juga pernah bekerja sebagai mucikari. Pada akhir tahun 1960-an, ia menjadi pemimpin kelompok yang dikenal sebagai “The Family”, dan memimpin beberapa pembunuhan sadis, terutama aktris Sharon Tate (istri sutradara Roman Polanski), yang sedang mengandung delapan setengah bulan. Ia dihukum karena pembunuhan yang dikenals sebagai “kasus Tate-La Bianca”, dinamai sesuai dua dari korbannya, walaupun ia tidak dituduh membunuh mereka secara pribadi. Ia saat ini dipenjara seumur hidup di Corcoran State Prison, California, dan kasusnya dapat ditinjau kembali pada 2007. Manson selalu berkata bahwa ia tidak bersalah.
Ke empat tokoh di atas adalah orang-orang vegetarian, ternyata justru jiwanya mengalami keruskan yg sangat parah, sehingga sangat hobi dan suka melakukan pembunuhan dan membuat teror di bumi. Lalu dimanakah efek dan nilai spritual dari vegetariannya….?
Untuk lebih jelasnya lihat:
http://www.vegetariansareevil.com/naive.html
Setiap Hari Manusia Melakukan “Pembunuhan”.
Sekilas penyokong vegetarian seakan-akan orang yang yang cinta kasih, orang yang lembut suka kedamaian, dan membantu kelstarian makhluk hidup. Betulkah demikian?
Secara otomatis vegtarian adalah peralihan pembunuhan dari obyek yang satu menuju obyek yang lain. Mengapa begitu? Mudah saja, bukankah dengan menghindari konsumsi daging berarti manusia harus mengkonsumsi tumbuhan. Sedangkan merawat tanaman di sawah tidaklah mudah, karena sering di ganggu oleh hewan, mulai dari Bekicot, keong, kutu, wereng, burung-burung, belalang, tikus, babi hutan, anjing liar dan sebagainya.
Satu-satunya jalan agar tanaman di sawh atau kebun selamat dari gangguan hewan adalah diberi obat. Nah, berapa ribu hewan yang mati dalam satu petak sawah demi menyelamatkan tumbuhan untuk vegetarian.
Coba anda bandingkan, dengan menyembelih satu ekor sapi yg berarti satu nyawa dapat dikonsumsi oleh orang banyak, sedangkan kaum vegetarian demi satu piring nasi/roti berapa ratus/hewan yang dibunuh. Lalu apakah bedanya antara konsumsi daging dan vegetarian? Semuanya adalah omong kosong belaka.
Setiap saat itu kita membunuh, hanya saja sebeberapa kecil/dikit dan seberapa besar/banyak kita membunuh. saat menghirup udara(bernapas)organisme yang masuk dan diproses oleh paru2, saat meminum-makan(bakteri2,organisme kecil, dicerna oleh pencernaan dan diteruskan ke organ2 tubuh lain), saat cuci dan setrika pakaian,celana,sepatu, dll yg masih banyak lagi.
Ada sebuah festival yang unik di Thailand, nama festivalnya adalah “Festival Vegetarian” di Thailand tepatnya di tempat wisata yang sangat populer yaitu Phuket, ada acara tahunan yaitu Festival Vegetarian yang sangat menarik animo masyarakat luar untuk melihatnya termasuk para wisatawan dari mancanegara. atraksi dalam festival tahunan tersebut sangat sensasional dan berbau horor alias mengerikan. Anehnya judulnya festival vegetarian, tetapi atraksinya malah mengajarkan prilaku Sadisme, kekerasan dan kebrutalan.
http://ruanghati.com/2009/10/23/festival-vegetarian-yang-paling-horor-dan-mengerikan-di-thailand/
Vegetarian Bisa Menurunkan Kadar Spritual
Jika mau jujur sebetulnya kelompok vegetarian-lah yang spritualnya mudah jatu terperosok ke bawah, kenapa bisa:
1. Merasa dirinya termasuk ahli spritual
2. Merasa menjadi penyelamat hewan
3. Merasa telah menyebar Karma baik
4. Menganggap kelompok pemakan daging dibawahnya atau “rendah” secara spritualnya.
Bukankah 4 sifat tersebut adalah perbuatan dosa yang mengakibatkan karma seseorang dan emngurangi nilai spritual yg dijalaninya.
Spritual seseorang tinggi atau rendah bukan karena memakan daging, tapi yg benar adalah dengan cara baik atau dosa ketika mencari sesuap makan? Walopun vegetatian tetapi ketika mencari uangnya dg jalan tidak benar, maka makanan vege tsb merusak spritual, sebaliknya walopun konsumsi daging tapi cara membelinya dg uang hasil bekerja/keringat sendiri itu juga termasuk kebaikan dan menambah keimanan seseorang.
Spritual seseorang adalah suatu hal batin yg tidak tampak, maka dengan membedakan dan membuat kelas spritual tinggi karena vegetarian, sepritual; rendah karena suka daging adalah sesuatu yg berlebihan. Spritual seseorang bisa derajatnya tinggi antara lain:
1. Karena dia telah berulang kali reinkarnasi dan selalu tekun dijalan kebaikan (menyembah Tuhan)
2. bisa menjaga hawa nafsu yang negatif dalam dirinya sendiri
3. Selalu tekun dan berlatih spritual terus –menerus
4. dsb.
Sebagai penutup, semua argumen yg berkaitan bahwa vegtarian adalah meningkatkan spritual adalah hanya omong kosong belaka.
Vegetarian adalah tanda seseorang lebih maju dalam spiritual memang omong kosong. Vegetarian adalah langkah awal seseorang mencoba menapak jalan spiritual baru benar. Coba aja kutip sloka-sloka Veda, maka semuanya akan menunjukkan bahwa jalan vegetarian dan ahimsa adalah jalan paling awal
Kalo saya sih, mau makan daging atau tumbuh2an itu tergantung dengan tebal tipisnya dompet
bukan tebal tipisnya spiritual
makan daging ya hayoo
makan tumbuh2an juga alhamdulillah
wong semua juga rezeki dari Allah
pokoknya bisa makan udah syukur
yang penting halal jenisnya dan halal pula cara perolehannya
serta gak berlebihan
masalah spiritual mah itu urusan hidayah dari Allah
Binatang dimakan sama manusia aja gak protes
kok ternyata ada orang2 yg protes ?
wassalam
Makanya dalam sloka Veda tidak pernah mengatakan bahwa vegetarian dan non vegetarian adalah penentu spiritual seseorang. Coba perhatikan Astangga Raja Yoga atau 8 tingkatan yoga. Tingkatan ahimsa atau mengurangi pembunuhan adalah tingkatan dasar dan untuk pemula yang baru belajar. ya ga?
Nah, adanya haram dan halal itu kenapa bro? bisa dijelaskan? Ada dasar logikanya ga?
@Nak Bagus
Halal haram itu alasan utamanya adalah udah ditetapkan Tuhan apa2 yg halal dan apa2 yg haram.
kalo udah lewat penetapan seperti itu, apakah perlu ditawar-tawar lagi ?? kan nggak.
beriman itu disebutkan sbg melaksanakan segala yang diperintah Tuhan dan meninggalkan semua yg dilarang Tuhan, kalo udah dilarang tapi gak dikerjakan, apa masih tega mengaku beriman ?
itu dasar utamanya.
mengenai kenapa ini halal dan kenapa itu diharamkan oleh Tuhan, nah itu tugas kita untuk mencari hikmah dibalik perintah2 itu.
Hikmahnya apa ?
banyak ! browsing aja di internet
kira2 begitu Bro.
Wassalam
Kalau seandainya ada kitab suci yang menyatakan vegetarian lebih baik dari makan daging. Apakah itu tidak analog dengan perintah halal dan haram? Apakah dengan memakan daging babi atau hal-hal lain yang diharamkan sudah pasti membuat orang itu buruk dan jahat?
Lihat tuh Jepang. Meski mereka kafir semua, tetapi sekarang dunia terpana melihat bagaimana keteguhan mereka menghadapi bencana. Mereka tetap tegar, tidak terjadi penjarahan dan tidak serta merta menyalahkan siapapun. Lihat kalau di negara kita ada bencana. Penjarahan di mana-mana, semuanya hanya mementingkan diri mereka sendiri meski mereka adalah seorang ulama.
Jadi adakah hikmah dibalik mengurangi makan daging?
@Nak Bagus
kalo dasar logika halal haram menurut hikmah kita (bukan dalam urusan perintah dan larangan Tuhan lagi) adalah mempertimbangkan faktor manfaat (pembawa kebaikan) dan mudharat (pembawa keburukannya) dalam tiap2 perkara.
istilah kerennya, mempertimbangkan masalah Management resiko nya.
Kira2 begitu
Wassalam.
Bukannya sama saja bro.
Ada orang memilih vegetarian karena mengurangi kolesterol, mengurangi penyianyiaan sumber daya alam dan berbagai alasan lainnya. Lalu apakah itu salah?
Jika dengan vegetarian orang bisa memunculkan psikologi kasih sayang dalam dirinya dan mengurangi karaker buruk mereka dalam menyakiti mahluk lain apa itu salah?
Menurut saya, ada banyak sudut yang harus kita kaji jika kita melihat contoh-contoh orang yang vegetarian tetapi tindakannya sangat tidak beradab. Kita tidak bisa menyalahkan satu sisi saja. Bisa saja orang yang biadab itu vegetarian bukan karena tuntutan spiritual, tetapi karena kolesterol akut. Atau bisa saja dalam psikologi orang tersebut sebenarnya sangat pengasih kepada semua mahluk, tetapi dia sendiri gila dan stress melihat ternyata MANUSIA JAUH LEBIH BIADAB DARI PADA BINATANG, sehingga secara keliru dia berpikir bahwa manusia-manusia biadab seperti inilah yang harus dimusnahkan demi menyelamatkan para binatang yang tidak berdosa tersebut. Dan masih banyak hal-hal lain yang harus kita kaji melihat fenomena veget-non veget dan halal-haram ini..
@ Nak Bagus
Hikmah Makanan Harom
Dalam Agama Islam, setiap hukum yg berkaitan dengan sesuatu yg mennetukan adalah Allah. Manusia hanya bisa mencari hikmah dari hukum tersebut. Semua hukum yg telah ditentuan oleh Allah adalah untuk kebaikan pada manusia, khususnya agar tingkat spritualnya tidak terganggu, sehingga tubuh, pikiran dan hatinya tetap bersih utk beribadah pd Tuhan.
Jenis-jenis Makanan Yang Harom untuk dimakan
1. Makanannya halal tapi mencarinya dengan dg cara harom. Misalnya mencuri, menipu, korupsi dsb. Maka hukumnya memakan tersebut menjadi harom, karena merusak tubuh dan keimanan seseorang, sehingga utk beribadah menjadi bermalas-malasan.
2. Makanan Harom karena dasarnya adalah Najis, seperti Babi dan Anjing, kedua binatang tsb adalah Najis “kotor”, maka barang siapa yg memakan keduanya bisa terkena pengaruh sifat-sifat dan karakter dari kedua binatang tersebut. Dlm Islam sendiri banyak kisah-kisah seorang pendosa besar sehingga dikutuk menjadi babi atau anjing.
3. Makanan Harom karena Hewan yang hidup didua alam, maksudnya bisa hidup di air dan darat. Karena binatang tsb mempunyai karakteristik sifat munafik atau bunglon, dan tdk mempunyai pegangan hidup yg konsisten, maka org yg makan hewan hidup didua alam bisa terkena radiasi sifat dan karakter munafik dan enerji negatinya.
3. Hewan yg diharomkan karena mempunyai gigi taring, hikmahnya adalah sifat-sifat rakus, tamak dan kasar bisa berpengaruh pd yang mengkonsumsi menjadi kasar dan buas juga.
4. Hewan yg diharomkan karena menjijikkan, hikmahnya agar manusia tidak ikut-ikutan terpengaruh enerji negatifnya sehingga tidak tahu malu suka beruat apa saja.
5. Hewan yg harom karena berkuku tajam, hikmahnya agar sifat-sifat kasar dan keras dalam hewan tersebut tidak mempengaruhi hati manusia menjadi kejam juga.
Hewan-Hewan yg harom berasal dari Reinkarnasi manusia yg spritualnya Rendah
Orang-orang yg banyak dosanya dan belum bisa membersihkan dirinya, maka dia tdk berhak untuk bisa pulang kampung pd Tuhan-Nya, sehingga harus mengalami pencucian dahulu baik di alam Barzakh, (kematian), Neraka, atau dihidupkan kembali ke dunia dalam bentuk beraneka macam ragam salah satunya adalah hewan-hewan yg diharamkan untuk dimakan. Perlu digaris bawahi bahwa tidak semua hewan adalah hasil reinkatrnasi, tetapi sebagian hewan adalah hasil reinkarnasi manusia.
Ada sebuah riwayat yg menjelaskan bahwa hewan-hewan tertentu adalah hasil reinkarnasi para pendosa:
Dari Ali bahwasanya Rasulullah Saw. ditanya tentang al-maskh (reinkarnasi) maka Beliau bersabda: mereka (yang telah dirubah bentuk nya) itu ada tiga belas jenis yaitu: gajah, beruang, babi, monyet, belut, biawak, kelelawar, kalajengking, ulat-ulat jentik , laba-laba, kelinci, suhail, zuhroh.
Maka dia bertanya : Ya rasulullah mengapa mereka dirubah bentuknya? Rasulullah Saw. menjawab:
[1] Adapun gajah dahulunya adalah seorang laki-laki perkasa yang homo dia tidak laki-laki dan bukan wanita.
[2] Adapun srigala dahulunya adalah wanita yang mengajak selingkuh laki-laki.
[3] Adapun babi adalah dahulunya (kaum) dari Nasoro (Kristen) mereka meminta makanan dari langit (pada zaman Nabi Isa), ketika (makanan telah turun, mereka mengingkarinya.
[4] Adapun monyet adalah dahulunya kelompok Yahudi yang menentang hari Sabtu.
[5] Adapun belut adalah dahulunya seorang mata-mata dan menyuruh orang lain untuk mengumpuli istrinya.
[6] Adapun biawak adalah seorang badui yang mencuri untuk kebutuhan hidupnya.
[7] Adapun kelelawar adalah dahulunya seorang pencuri buah dengan (memanjat) ujung pohon kurma
[8] Adapun kalajengking adalah dahulunya orang yang suka menyakiti orang lain dengan lidahnya
[9] Adapun ulat jentik adalah dahulunya orang yang suka menfitnah sehingga menyebabkan kedua orang yang mencintai berpisah
[10] Adapun laba-laba adalah dahulunya seorang istri yang menyihir suaminya
[11] Adapun kelinci adalah dahulunya wanita yang tidak mensucikan diri setelah masa haid selesai
[12] Adapun Suhail (Bintang Suhail) adalah dahulunya seorang penguasa yang kejam (suka memungut pajak) di Yaman
[13] Adapun (bintang) Zuhro adalah putri dari pembesar (pejabat) bani Isroil yang tergila-gila (menfitnah) dengan Harut dan Marut.
Sumber:
al-Muttaqi al-Hindi, Kanzul Ummal fi sunani aqwal wa af’al, huruf, kho’, hadits nomor: 15254, hal. 213-651. http://www.al-eman.com/Islamlib/
Masalahnya hal ini tidak bisa dibuktikan bro. Dari mana bisa tahu aturan itu datang dari Allah? Bisa aja kan ternyata itu adalah karangan segelintir orang atau kitab suci yang asli disimpangkan. So…. apa salahnya kita melakukan validasi.
Ini gua setuju. Harusnya agama apapun pasti mengharaman hal ini. Ga ada agama yang punya nurani yang membenarkan pencurian dan penipuan kecuali ada agama tertentu yang membenarkan menjarah barang-barang kafir 😛
Salah Allah menciptakan dunk coy…. Masak ada binatang yang makan kotoran dan hidup di tempat kotor terus menyalahkan binatang itu. Ga mikir apa Allah menciptakan binatang seperti itu? Dimana letak keadilan Allah?
Binatang yang hidup di dua alam munafik? Yang menciptakan kan Allah juga tuh… jangan-jangan Allah juga munafik ya?
Mindset kita bisa mengatakan babi dan hewan tertentu kotor dan menjijikkan. Tapi apa benar demikian jika kita pandang dari sudut pandang binatang bersangkutan? Bisa aja Babi mengatakan, “manusia itu binatang aneh, kenapa hidup cuman untuk membela diri, membuat anak, makan dan tidur aja susahnya minta ampun. harus kerja keras, berpikir ini dan itu, padahal kalau aku mau ngeseks mah langsung tancap aja. mau kelahi atau makan, tinggal ambil di alam. mau tidur, di mana aja bisa”.
Yang pasti, dare blockquote di atas, ada kepercayaan juga yang menyatakan bahwa makanan mempengaruhi karakter manusia yang memakannya.
Bukannya dengan mengatakan hal ini anda juga mengatakan bahwa makanan mempengaruhi karakter pemakannya? Lha, pernyataan anda bertentangan dunk dengan pendapat anda yang sebelumnya sebagaimana sloka-sloka Veda yang juga sudah anda bantah di atas?
:))
@xarel
“Hewan-Hewan yg harom berasal dari Reinkarnasi manusia yg spritualnya Rendah”
Percaya sama reinkarnasi ya?
wah ini ada sedikit pengalaman
dulu saya lagi bikin sate babi
kebetulan ada tetangga muslim lagi lewat, saya tanya “mas mau sate babi kagak?
Dia bilang kalau masih mentah kagak mau tapi kalau udah mateng dan dibumbui bolehlah.
saya bilang bagus bagus, besok2 kalau saya bikin sate babi lagi tak kasi deh
dia bilang terima kasih.
ini sangat sesuai dengan komennya ardani sontoloyo tanggal 18 Maret seperti dibawah ini
“Kalo saya sih, mau makan daging atau tumbuh2an itu tergantung dengan tebal tipisnya dompet
bukan tebal tipisnya spiritual
makan daging ya hayoo
makan tumbuh2an juga alhamdulillah
wong semua juga rezeki dari Allah
pokoknya bisa makan udah syukur
yang penting halal jenisnya dan halal pula cara perolehannya
serta gak berlebihan”
kemungkinan tetangga saya lagi bokek
trus yang penting makanan ini bukan hasil mencuri tapi ditawarkan oleh tetangga yang baik hati
@kafir masuk surga
anda keliru mengartikan “yang penting jenisnya halal termasuk cara perolehan”.Jika anda membaca komen sdr Xarel X pasti akan memahami maksud sdr ardhian.
teman anda mengerti bahwa babi diharamkan.Dari jenis dia tahu tetapi dia tidak mau tahu.Bokek tidak dapat dibenarkan memakan yang haram,kecuali sudah tidak ditemui makanan halal lagi,bukankah pada saat itu masih ada pilihan bagi teman anda dengan meminta yang halal pada teman muslimnya?
Yang kedua bahwa teman anda termasuk tipe berakal rendah (matang boleh,mentah dilarang),jadi perilaku dia tidak mencerminkan Islam dalam arti sebenarnya.Kebodohan pada argumen sangat jelas sekali karena mentah atau matang tidak mempengaruhi halal/haram suatu makanan.
Jelaskah?
Terus yang mengatakan
ini bagaimana bro? Jadi bener ya ada reinkarnasi? Jangan-jangan Babi yang haram juga karena reinkarnasi salah satu pinisepuh di agama Abrahamik? 😀
Coba dikrucutkan dunk dengan membahas satu binatang haram aja. Kita ambil contoh Babi. Kenapa Babi haram? Apa hanya karena kawatir cacing pita, hidup kotor apa bagaimana?
@ komang Yohanes [*sensored*]
kamu cuma bisa ngasi contoh sangat sedikit vegetarian yg brengsek dan kejam. mungkin bisa dihitung pakai jari.
coba kalau kamu tulis contoh di blog ini penjahat yang non vegetarian mungkin sampai [*sensored*] pun kamu kagak bakalan selesai ngetik
kalau saya pribadi bukan sekedar vegetariannya yg ditekankan tapi juga makanan vegetarian tersebut harus dipersembahkan kepada tuhan terlebih dahulu sebelum di hidangkan dan cara memperoleh makanan tersebut harus dengan cara yang baik.
dari semua contoh kamu diatas apakah semua vegetarian tersebut sudah mempersembahkan makanannya kepada tuhan dan semua makanan mereka didapat dengan cara yang benar?