Pegunungan tertinggi di dunia yang puncaknya ditutupi oleh es abadi tersebut tepat terletak di sebelah utara India dimana aliran sungai suci Gangga bersumber dari sana. Dari Kota suci Varanasi atau disebut juga Kashi yang merupakan kota tertua sejak berdirinya aliran Tantra, puncak pegunungan Himalaya terlihat begitu agung dan anggun. Di dalam banyak purana dan Upanisad dijelaskan bahwa di dunia material Dewa Siva memiliki tempat tinggal di puncak Kailasa disamping di Ilavrta-varsa dan Vitala-loka. Sedangkan tempat tinggal Dewa Siva di luar Devi-dhama (Alam Material) adalah di Mahesa-dhama.
Melakukan pendakian pegunungan Himalaya akan memberikan sensasi tersendiri bagi para penekun spiritual. Vibrasi spiritual sangat kental menyelimuti kehidupan masyarakat Himalaya, sehingga tidaklah salah banyak penekun spiritual memilih menetap dan melakukan berbagai pertapaan berat di berbagai sudut pegunungan Himalaya.
Disamping ashrama-ashrama dan kemah sederhana para yogi, sadhu dan orang suci, kita juga dapat menemukan banyak desa-desa kecil di sekitar pegunungan Himalaya. Masyarakatnya di dominasi oleh kaum petani kecil dengan kehidupan yang sangat sederhana dan umumnya mereka sangat spiritualis. Para pelancong, wisatawan, pendaki gunung dan peziarah dengan mudah kita temui setiap harinya terutama di sekitar jalur utama berliku dan terjal yang masih bisa di lewati oleh kendaraan umum.
Pegunungan Himalaya yang dipenuhi oleh para Yogi, Sadhu, Rahib, dan orang-orang suci dari berbagai perguruan dan agama ternyata juga dipenuhi oleh banyak penipu-penipu spiritual professional. Para penipu ini berpenampilan tidak ubahnya seperti halnya orang suci, atau yogin dan mengais rezeki dengan cara menerima santunan dari para peziarah dan/atau tidak segan-segan melakukan tipu muslihat tertentu agar mendapatkan keuntungan material. Tentunya jika kita adalah penekun spiritual sejati, kita akan dapat membedakan para penipu ini dengan para sadhu suci dengan merasakan getaran spiritualnya.
Kebalikan dari pada penipu spiritual tersebut, ada orang suci yang biasa dipanggil “Pagala Baba” atau orang suci sinting. Pagala Baba tidak memiliki tempat tinggal atau ashram. Satu-satunya harta miliknya hanyalah pakaian yang melekat di badannya. Tingkah Pagala Baba tidak ubahnya seperti orang gila. Kadang-kadang dia berlari kesana-kemari sepanjang sungai Gangga, kadang-kadang memanjat pohon dan bernyanyi dan di saat lain mengejar dan mempermainkan orang yang lewat. Namun sejatinya dia bukanlah orang gila, tetapi dia benar-benar luar biasa dalam Yoga Mistik. Tujuan dia bertingkah seperti itu agar orang-orang tidak mengganggunya dengan berbagai permintaan berkat ini dan itu dari para pelancong dan peziarah.
Pagala Baba
Ada lagi Yogi yang menggimbal rambutnya yang sangat panjang dan menggunakan rambut tersebut sebagai jubah penutup badannya yang disebut “Jatadhari Baba”. Jatadhari Baba biasanya sangat jarang berbicara dan tinggal dalam sebuah pondok yang sangat sederhana. Jika ada orang yang datang mempersembahkan makanan dan meminta berkat darinya, biasanya dia akan mngambil satu helai rambutnya, memberikannya kepada orang bersangkutan dan berkata dengan halus; “pekerjaanmu akan terlaksana”.
Jatali Baba
Di sebuah gubuk kecil yang serambinya hanya setinggi setengah meter mungkin kita akan menemukan seorang petapa yang hanya mengenakan pakaian dari karung goni, atau dalam bahasa setempat disebut “tat”, sehingga petapa ini sering dipanggil sebagai “Tat Baba”.
Tat Baba
Mungkin kita akan bertemu dengan monyet yang menarik-narik baju kita dan menuntun kita ke suatu tempat dengan berbagai bahasa isyaratnya. Monyet tersebut akan menggiring kita ke sebuah pohon dan menunjuk-nunjuk ke arah atas. Jika di atas pohon tersebut terdapat rumah pohon dan menemukan petapa duduk di sana, maka itu adalah “Vrksha Vasi Baba”, yaitu orang suci yang tinggal di atas pohon dalam usahanya melakukan penebusan dosa. Sang peziarah yang melemparkan buah atau makanan ke orang suci tersebut akan membagikan kembali makanan yang diberikan setelah di berkati untuk peziarah, monyet yang menuntun peziarah tersebut dan bagian lainnya barulah dia makan sendiri.
“Ekahari Baba” adalah orang suci yang hanya makan satu kali saja setiap hari dan hanya memakan satu jenis buah-buahan setiap makan. Menurutnya, pikiran kita hanya didesain untuk berpikir satu hal setiap satu satuan waktu, kaki kita hanya bisa berjalan satu arah saja dan demikian juga pencernaan kita akan lebih optimal jika hanya mengkonsumsi satu jenis makanan saja setiap kali makan. Dia mengatakan bahwa mahluk lain selain manusia pada dasarnya hanya memakan satu jenis makanan saja setiap harinya dan mereka tetp sehat dan bugar, hanya manusialah yang mengatasnamakan perkembangan selera mencampur berbagai jenis makanan sekaligus. Hal itu mempengaruhi sistem pencernaan dan mengundang berbagai penyakit. Jadi menurutnya, rahasia hidup sehat dan bahagia adalah dengan makan satu macam makanan saja setiap kalinya, cukup istirahat dan Yoga. Penjelasannya ini memang terbukti dari penampilannya sendiri yang kelihatan bugar dan kekar walaupun umurnya sudah tidak muda lagi.
Kelompok petapa yang selalu sibuk dalam meditasi, tidak mengenakan pakaian sehelaipun dan sering kali melumuri badan mereka dengan abu disebut sebagai “Naga Baba”. Orang-orang sering kali berkunjung ke pertapaan mereka dan meminta berkat berupa vibhuti (abu suci).
Naga Baba
Di lain tempat mungkin kita akan menyaksikan para praktisi yoga yang dengan asyiknya tidur di atas papan berisi paku tajam, berdiri dengan satu kaki, masuk ke dalam kobaran api dan berbagai jenis kegiatan yang memperlihatkan kekebalan tubuh mereka. Mereka ini adalah para pengikut “Hatta Yoga”.
Ada lagi seorang suci yang bertingkah ganjil yang biasanya tidak mengenakan pakaian di daerah Gangotri. Beliau adalah Ramananda Avadhuta. Dia memiliki sebuah kotak kayu dalam gubuknya yang sangat sederhana. Di siang hari, biasanya dia duduk di atas kotak kayu tersebut dengan beralaskan selimut yang dilipat dalam empat lipatan. Namun di malam hari dia akan masuk ke dalam kotak dan tidur di dalam kotak tersebut. Dia akan keluar dari kotak pada pagi hari disaat seorang anak datang padanya dan membukakan kotak tersebut. Dia hanya meminum satu gelas susu setiap hari untuk menghidupi badannya. Jika ada orang datang meminta berkat kepadanya maka dia akan selalu menjawab dengan menggerakkan tangannya yang artinya; “Tuhan ada untuk menjaga, Bergantunglah pada-Nya”.
Disamping itu terdapat banyak ashram-ashram yang tidak bisa dijangkau oleh para peziarah biasa karena ashrama-ashrama tersebut diselimuti oleh Yoga Siddha yang sangat luar biasa. Hanya orang-orang yang memiliki spiritualitas tinggi saja yang mampu mencapi tempat tersebut. Salah seorang Babaji yang dipercaya telah berumur 2000 tahun namun perawakannya masih tetap seperti remaja 20 tahun juga tinggal di ashram yang seperti ini di Himalaya. Beliau adalah seorang Siddha Yoga yang sampai saat ini masih tetap mengajarkan tenaga dalam pada murid-muridnya di seluruh dunia secara batin. Vyasa Deva, Maha Rsi pengkodifiksi Veda juga diyakini masih tinggal di sebuah ashram yang tersembunyi seperti ini.
Disamping para babaji yang sibuk dengan sadhana mereka, di sekitar pegunungan Himalaya juga terdapat banyak kuil-kuil dan tempat-tempat suci yang memiliki sejarah menarik dalam penurunan dan penyebaran ajaran Veda. Ashram-ashram penting tempat berlangsungnya proses belajar mengajar filsafat Veda juga banyak bertebaran disana. Salah satunya adalah Ashram Parmanrthniketan di Rsikesha dan Ashram Swami Shardananda yang memiliki koleksi Catur Veda, Purana dan Upanisad yang sangat lengkap. Para anggota ashram juga terbiasa melakukan debat filsafat (shastrarth) di antara mereka setiap hari sabtu. Mungkin dengan adanya ashram-ashram seperti inilah ajaran Veda masih tetap eksis dan terjaga autentikasinya meskipun India sempat dikuasai penjajah Muslim dari abab ke 11 sampai abad ke 19 dan sangat banyak bangunan-bangunan suci bersejarah dan pustaka-pustaka Veda dihancurkan, serta banyak para sadhu dan sarjana Veda dibunuh, namun ajaran Veda masih tetap eksis. Penduduk India yang berhasil di konversi menjadi Muslim selama sembilan abad penjajahan tersebut tidak lebih dari 10%. Demikian juga pada masa penjajahan Inggris, yang ditunggangi oleh para kaum misionaris berusaha keras memusnahkan Hindu dan mengajarkan agama Kristen dengan cara yang lebih “elegan” dibandingkan penjajah Muslim sebelumnya. Para Indologis ini berusaha menyebarkan idiologi mereka dengan melakukan berbagai bhakti sosial, penelitian dan penerjemahan kitab-kitab suci Veda dalam bahasa Inggris yang tentunya semua usaha ini diarahkan untuk kepentingan konversi. Namun sampai pada akhir penjajahan, mereka hanya berhasil mengkonversi tidak lebih dari 1% penganut Veda. Tentunya semua ini tidak lepas dari peran aktif para sadhu dan acharya yang bertebaran di seluruh India dan di pegunungan Himalaya dalam menjaga kelestarian budaya Veda. Meski demikian efek teori palsu dan terjemahan Veda mereka yang keliru bagaikan bom waktu di Negara Barat. Dengan mengikuti pola pikir para Indologis, sebagian besar orang Barat menjadi memandang sebelah mata terhadap peradaban Veda dan menganggap Veda sebagai ajaran tahayul primitif. Untunglah para suami dan acharya agung dari berbagi garis perguruan membangkitkan kembali citra Hindu di dunia Barat. Bahkan saat ini Hindu tumbuh dengan sangat suburnya di Barat.
Pada setiap acara Kumbha mela yang berlangsung pada daerah pertemuan tiga sungai suci, Gangga, Yamuna dan Sarasvati (sekarang mengering), semua para Yogi, petapa dan orang suci di pegunungan Himalaya dan seluruh penjuru India datang ke sana. Tidak jarang kita akan disuguhi pemandangan menakjubkan di acara Kumbhamela tersebut. Bukan saja karena terdapat lautan manusia yang luar biasa banyak, bahkan berlipat-lipat lebih banyak dari pada prosesi naik haji di Mekah, tetapi juga oleh adanya fenomena-fenomena ganjil yang ditunjukkan oleh para Babaji. Tidak jarang para Babaji datang dan hilang begitu saja, terbang atau berjalan di atas air serta berbagai fenomena Yoga mistik lainnya. Sesuatu yang benar-benar aneh dan ajaib di dunia kita yang modern.
Jika kita bisa berinteraksi langsung dengan mereka, mungkin kita akan berpikir bahwa orang-orang sakti yang sering kali mengaku diri sebagai Tuhan yang kita kenal saat ini ternyata tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan mereka.
Dikutip dari Autobiography Acharya Cidananda “Unforgettable memories”
wow..
Ingin deh kesana….Ya mudah2an Hyang widhi memberikan kesempattan deh…
Doakan ya Bli, semuanya deh doakan ya
Astungkara bli adi wira..qt smw brcta2 ksn,smg bsa trcapai..astu svaha.
di indonesia, para plaku yoga yg cm smpai mjd dukun, atau sumber spiritualis palsu mnggunakan siddhi (yg sbnernya hanya godaan saja) lngsng buat:
ketik REG spasi blablablabla… hahahaha…..
kasian mereka, hny trikat godaan dunia… dukun2 hny mncari uang, sok hebat n suci, n kpuasan material lainnya, bhkan parahnya brsekutu dg asura… hmmm…
coba mereka brcakap2 dg para Yogi Himalaya itu…
@ beli Ngarayana
apakah Naga Baba adalah Contoh mulia penganut agama hindu
Terima kasih Jawabanya
Damai selalu lebih baik
Efendi
@ efendi
Tidak…
Setiap orang memiliki “rasa” dalam memuja Tuhan… tentu saja jika Naga Baba menawarkan dan mengajarkan pada saya untuk memuja Tuhan sama seperti cara dia saya akan menolak… saya merasa nyaman dan merasa dekat dengan Tuhan dengan berjapa menggunakan Japa Mala (sejenis tasbih) dan mengucapkan nama suci Tuhan (dalam hal ini Maha Mantra Hare Krishna) secara berulang-ulang… dan saya lebih senang mendengarkan lagu-lagu, kidung atau bhajan nama-nama suci Tuhan yang mengalun merdu. Ditambah lagi saya merasa tenang saat duduk berkontemplasi di tempat sunyi seperti Pura Gunung Salak, Bogor, Pura Batukaru dan sejenisnya…
Mungkin jika anda tanya temen yang lain mereka akan menjawab jika mereka akan lebih nyaman dan merasa dekat dengan Tuhan dengan cara meditasi, sembahyang di tempat suci atau malah melakukan segala sesuatu yang membuat dia selalu ingat akan keagungan Tuhan.
Namun jika kita menengok kitab suci, maka dikatakan bahwa pada jaman ini jalan yang paling mudah yang dapat dilalui oleh kebanyakan orang untuk mengingat dan mencapai Tuhan adalah dengan cara mengucapkan nama-nama sucinya yang disebut Hari-nama Sankirtana
Dalam Padma purna, Uttara-khanda, 42 adhyaya disebutkan: “Dhayayan kate yajan yajiais-tretayaa dvapare ‘rcayan yadapnoti tadapnoti kalau saikertya kesavam, Hasil apa pun yang diperoleh pada zaman Satya dengan cara meditasi kepada Sri Visnu, pada zaman Treta dengan cara persembahan korban suci, pada zaman Dvpara dengan cara pemujaan kepada arca Tuhan, pada zaman Kali dapat dicapai dengan cara Hari nama Sankirtana mengagungkan nama suci Krishna yang dikenal dengan nama Kesava.”
Demikian juga dalam Brhan Naradiya purana 38.126 ditegaskan: “harer nama harer nama harer namaiva kevalam kalau nasty eva nasty eva nasty eva gatir anyataha, Pada zaman Kali, tidak ada cara lain, tidak ada cara lain, tidak ada cara lain untuk mencapai kemajuan rohani kecuali hanya dengan mengucapkan nama suci Sri Hari, nama suci Sri Hari, nama suci Sri Hari.”
Dalam Bhagavata Purana 6.3.31: “tasmat snikirtanam visnor jagan-mngalam amhasam mahatam api kauravya viddy aikantika-niskritam, Sukadeva Gosvami menyampaikan lebih lanjut: “Baginda raja yang saya hormati, cara mengucapkan nama suci Tuhan dapat mencabut bahkan reaksi dosa terbesar sekalipun. Karena itu kegiatan Sankirtanam adalah kegiatan yang paling mensejahterakan di seluruh alam semesta. Pahamilah hal ini agar orang lain menerimanya dengan sungguh-sungguh.”
Bhagavata Purana 12.3.51: “kaler dosa-nidhe rajann asty hy eko mahan gunah kirtanad eva krsnasya muktah sangah param vraje, Walaupun Kali yuga lautan dosa, namun masih ada satu sifat baiknya, yaitu hanya dengan Sankirtana seseorang dapat dibebaskan dari ikatan duniawi dan mencapai dunia rohani.”
Jadi menurut Veda, pada jaman Kali ini cara yang paling tepat dan mudah memuja Tuhan adalah dengan mengucapkan nama-nama Suci Beliau, baik dengan japa mala/genitri/tasbih, dinyanyikan, mekidung, mekekawin atau yang lainnya.
Kalau anda merasa sanggup menjalani pertapaan dan meditasi seperti Naga Baba juga boleh… 😀 tapi Veda sendiri tidak menganjurkannya pada jaman kali ini.
Ambillah jalan mendekati Tuhan yang bisa memmbuat anda se-conform mungkin…
Salam,-
Ngarayana
@ beli Ngarayana
Terima kasih jawabanya, saya menangkap bahwa cara Naga Baba adalah cara yang tidak tepat (untuk menghindari kata salah) dalam memahami ajaran veda pada jaman kali ini.
Memang perdukunan lebih banyak tidak sejalan dengan ilmu pengetahuan dan jaman Modern.
Terima kasih
Damai selalu lebih baik
efendi
@ Efendi
Saya tidak berani men-justice Naga Baba salah…
Seperti halnya di jaman modern ini kebanyakan orang menggunakan komputer untuk mengetik dokumen.. tetapi ada orang-orang tertentu yang tidak suka menggunakan komputer meski dia punya, dia memilih menggunakan mesin tik jaman jadul… alasannya karena dia lebih nyaman dengan mesin tik dari pada komputer… Bisakah kita menyalahkan orang yang memilih menggunakan mesin tik tersebut?
Ini kasus nyata.. dalam artikel ini banyak sumber yang sanya quote dari orang tersebut, beliau adalah Haladara Prabhu yang selalu memilih menggunakan mesin tik jadul dari pada menggunakan laptopnya dalam menulis.. padahal karya tulis beliau luar biasa bagus. Alasannya karena mata beliau tidak nyaman dengan laptop dan lebih nyaman dengan mesin tik.. terbukti dalam umur beliau yang sudah masa pensiun beliau masih bisa membaca secara normal tanpa kaca mata..
Dalam hal spiritual. mungkin masih ada orang (tentunya dalam jumlah yang sangat jarang) yang lebih nyaman melakukan pertapaan seperti Naga Baba dan mereka merasa lebih conform dengan cara itu dari pada cara kita saat ini.. meskipun “manual” (baca: kitab suci) menyatakan bahwa cara tersebut sudah tidak relevan dengan perkembangan jaman..
Perdukunan? Ajaran Yoga dengan berbagai Siddhi (kesaktian)-nya bukanlah Ilmu hitam… setiap orang yang mendekatkan diri pada Tuhan dapat mencapai siddhi-siddhi tersebut.. hanya saja bukan siddhi tersebut yang menjadi tujuan terakhir.. Tapi Tuhanlah tujuan terakhir.. jika seseorang tidak kuat dan memanfaatkan siddhi tersebut demi egonya, maka dia dipastikan akan jatuh dari tataran spiritual.
Salam,-
Ngarayana
@ngarayana berkata:
Saya berpendapat adalah sesuatu yang perlu di pikirkan koreksinya terhadap orang yang melarikan diri dari tanggung jawab dunia dengan menyepi dan berperilaku tidak sopan dan aneh/tidak wajar/tidak patut kemudian mendapatkan kesaktian dan membuka jasa perdukunan, alih alih sudah menyatu dengan tuhan sehingga memiliki otaritas lebih dibanding Manusia lainya (kesaktian) yang bertanggung jawab terhadap dunianya dan selalu mendekatkan diri ke Tuhan yang maha esa di setiap kesempatan.
Pengetahuan yang bijaksanan seharusnya tidak menyuruh kita untuk pergi selamanya menjauh dari tanggung jawab hidup (berkembang biak, Mencari Makan untuk hidup, bertanggung jawab terhadap keluarga,mengembangkan pengetahuan untuk kesejahtraan, menurunkan pengetahuan dan kemampuan kegenerasi berikutnya, menjaga harmoni serta bersosialisasi dengan manusia lainya dll)
Sebelum saya mengakhiri saya ingin bertanya,
Naradiya purana 38.126 ditegaskan: Pada zaman Kali, tidak ada cara lain, tidak ada cara lain, tidak ada cara lain untuk mencapai kemajuan rohani kecuali hanya dengan mengucapkan nama suci Sri Hari, nama suci Sri Hari, nama suci Sri Hari.”
Apa maksud “tidak ada cara lain” dalam veda ini, beli Ngarayana?
Kalau saya menangkapnya ini satu-satu nya cara/metoda untuk mencapai kemajuan Rohani. Apakah veda ini diterjemahkan lain.
Apakah kata-kata dalam Veda selalu bermakna tidak sama dengan makna text nya
Mohon penjelasanya
Terima kasih
Damai selalu lebih baik
efendi
@ Efendi
memang benar.. orang yang menggunakan kesaktian yang diperolehnya untuk memuaskan nafsunya adalah salah…
Sloka Veda memang dibaca apa adanya.. kecuali Catur Veda yang dalam pemahamannya memerlu bantuan kitab-kitab lain yang menyangkut tata bahasa, gramatikal, cara pengucapan dan sejenisnya. dan pemahaman Catur Veda memerlukan bantuan Purana dan itihasa
Namun tentunya untuk Brhan Naradiya purana 38.126 memang artinya seperti itulah… Karena itu jika kita perhatikan prakteknya dalam kehidupan umat Hindu saat ini, tidak ada yang memuja Tuhan hanya dengan meditasi saja, tetapi selalu ada kegiatan “mekidung”, mekekawin atau sejenis lagu-lagu pujaan dan juga ada kegiatan berjapa.. Meski kelihatan bervariasi tapi “ideal”-nya mereka harus melakukan 9 proses bhakti, yaitu :
1. Sravanam (Mendengarkan nama suci Tuhan)
2. Kirtanam (Memuji / menyanyikan nama suci Tuhan)
3. Smaranam (Mengingat nama suci Tuhan)
4. Vandanam (Memuja dengan melantunkan ayat-ayat kitab suci)
5. Padasyevanam (Melayani kaki padma Tuhan)
6. Dasyam (bertindak sebagai pelayan Tuhan)
7. Sakyam (melayani Tuhan seolah-olah sebagai kawan)
8. Atmanivedanam (penyerahan diri total kepada Tuhan)
9. Arcanam (melayani arca vigraha)
Salam,-
Ngarayana
@ngarayana
Terima kasih
Damai selalu lebih baik
efendi
“OM SWATIASTU ” beli ngarayana
saya mau tanya, apakah kita dalam menyanyikan nama suci Tuhan harus secara beramai-ramai seperti yang di lakukan para bhakta Hare Krishna di india atau di bali yang pada waktu itu saya dengar dan melihat pertama kali di lapangan renon denpasar mereka menyanyikan maha mantra hare krishna ( waktu saya sempat mau menagis tapi tidak mau mengeluarkan air mata)? bolehkah saya sendiri mendengar lagunya di laptop sambil menyanyi sendiri???
mohon pencerahannya beli ngarayana.
“OM SHAHTI SHANTI SHANTI OM”
Om Swastiastu bli sugix
Mohon lihat artikel “Hari Nama Cintamani” dan “Hari Nama Sankirtana” ya bli…
Intinya tidak harus, kitab bisa saja berjapa atau melagukan nama-nama suci Tuhan secara perorangan. Gerakan sankirtana yang dilakukan beramai-ramai tentunya salah satu upaya agar kita saling mengingatkan, membenahi dan saling belajar mengingat dalam pengucapan nama suci Tuhan ada 3 proses yang mungkin harus dilewati, yaitu:
1. Nama-aparadha, mengucapkan nama suci Tuhan dengan kesalahan.
2. Nama-abhasa, mengucapkan nama suci Tuhan secara tidak murni dan sempurna.
3. Suddha-nama, mengucapkan nama suci Tuhan secara murni dan sempurna.
Tentu boleh jika bli mau mengucapkannya dan menyanyikannya di depan laptop atau kapanpun dan dimanapun..
Saya kagum melihat bli yang bisa sampai menangis jika mengucapkan nama suci Tuhan. Jarang orang yang beruntung seperti bli..
Salam,-
Ngarayana
trimakasih atas pencerahannya bli…
HARE KRISHNA…
Bagaimana klo Naga baba yang menilai anda bukan kah kalian yang gila tergila2 terhadap cra berpakaian ,kecantikan. ketampanan ,harta kesenangan,keinginan yang takkan pernah habis dll di dunia maya ini sedangkan Naga baba sma skali tidak terikat duniawi slalu memusatkan pikiran pada beliau untuk mencari jalan kesempurnaan yaitu moksa sedangkan kita penuh suka duka lara pati.suka hanya 1 : 3 siapa yang menilai siapa yang dinilai ?? dlm kesempurnaan Rohani janagn di lihat materialnya !
ya jelas Naga baba mulia tak sebanding dengan para rohaniawan dari agama lainya . lainya pulang pergi naik pesawat ,mengendarai mobil,berpakaian necis memakai jam tangan bermerk ,tidur di kasur empuk ,sandal bata ,menjalani kehidupan berkeluarga apalagi klo nambah .mana pengabdian mereka pada Beliau beranikah mereka berkorban meninggalkan sgala duniawi ???berkoar2 paling tahu kerohanian .lihatlah pendeta hindu di Bali tak satupun ada pendeta hindu mengendarai motor apalagi mobil, makan2nan berdaging mereka sudah lepas dari ikatan duniawi untuk mencapai tingkatan rohani yang lebih tinggi
kepada teman2 hindu semua,apapun jalan kita untuk menuju Tuhan menurut catur marga hendaknya kita harus saling menghormati karena tingkat perkembangan spiritual kita berbeda-beda.jadi tetap jaga keharmonisan kita,karena hindu agama yang banyak memberi jalan untuk menuju kepada Beliau,agama yang berdasarkan satyam sivam sundaram,agama yang berdasarkan satya dharma santhi prema ahimsa. demikian yang dapat tiyang sampaikan lebih dan kurangnya tiyang minta maaf