Dalam kitab suci Veda, peleburan atau kiamat alam material disebut pralaya. Terdapat tiga macam pralaya yaitu:

  1. Peleburan pada malam hari Brahma disebut kalpa-pralaya.
  2. Peleburan pada akhir hidup Brahma disebut vikalpa-pralaya, dan
  3. Peleburan ketika Maha Visnu menarik nafas disebut maha-kalpa-pralaya.

Dalam hubungannya dengan kehidupan setiap makhluk di alam material, kematian yang mengakibatkan badan jasmani hancur, juga disebut pralaya.

Kalpa-pralaya yang terjadi pada malam hari Brahma adalah pralaya sebagian alam semesta material. Dengan kata  lain,  kalpa-pralaya  adalah  partial dissolution of the universe. Pralaya ini hanya mencakup wilayah Tri Bhuvana mulai dari susunan planet Svarga-loka menurun sampai Patala-loka.

Vikalpa-pralaya yang terjadi pada akhir hidup Brahma adalah pralaya alam semesta material. Dengan kata lain, vikalpa-pralaya adalah total dissolution of the universe. Pralaya ini mencakup peleburan seluruh susunan planet di alam semesta material mulai dari Brahma-loka menurun sampai Patala-loka.

Maha-kalpa-pralaya yang terjadi ketika Maha Visnu menarik nafas adalah pralaya keseluruhan alam semesta-alam semesta material. Dengan  kata lain, maha-kalpa-pralaya adalah total dissolution of  the  entire  material universes.  Pralaya ini mencakup peleburan alam semesta  kita  dan semua alam  semesta lain yang mengambang di samudra Karana.

Ketiga macam pralaya ini dapat diringkas sebagai berikut.

KALPA-PRALAYA

Kalpa adalah hari Brahma. 1 kalpa = 1 hari Brahma  yang berlangsung selama 1.000 x Catur-Yuga, atau 1.000 x 4.320.000 = 4.320.000.000 th Bumi. Kalpa-pralaya terjadi pada malam hari Brahma. Ini berarti  setiap  malam hari Brahma terjadi pralaya. Dengan kata lain, setiap  4.320.000.000 tahun Bumi terjadi peleburan planet-planet di alam  semesta mulai dari susunan planet Svarga-loka  menurun sampai  Patala-loka.

Kalpa-pralaya bermula dari kobaran api yang memancar keluar dari mulut sang Naga Ananta (yang juga di-sebut Sankarsana), tempat tidur Garbhodakasayi Visnu. Di-katakan bahwa kobaran api semesta nan dahsyat ini adalah kemarahan Sankarsana.  Beliau  marah melihat kegiatan-kegiatan yang semakim jahat dilakukan  oleh  para makhluk hidup menjelang akhir Manvantara yang ke 14.

Kobaran api nan dahsyat itu mengamuk Tri Bhuvana selama 100 tahun  deva (= 36.000 tahun  Bumi). Para Rishi dan penduduk saleh susunan planet Mahar-loka tidak tahan terhadap panas yang di-timbulkan oleh kobaran api yang menghancurkan Tri Bhuvana. Mereka lalu mengungsi  ke  susunan planet Jana-loka dan Tapo-loka. Disana, dengan tangan tercakup, mereka memanjatkan doa-doa pujian kepada Garbhodakasayi Visnu.

Setelah kobaran api semesta nan dahsyat  itu  surut dan padam, seluruh lautan dan samudra meluap dan membanjiri daratan setiap planet disertai hembusan topan amat dahsyat. Dalam sekejap seluruh Tri Bhuvana tenggelam dalam banjir besar tak terkirakan.

Selanjutnya, selama 100 tahun deva (= 36.000 tahun  Bumi) berikutnya, hujan amat lebat mengguyur disertai topan dan badai dahsyat yang terus mengamuk. Laut dan samudra meluap terus, menggenangi dan membanjiri seluruh Tri Bhuvana. Beberapa lama kemudian. seluruh planet di Tri Bhuvana tidak terlihat lagi karena lebur kedalam samudra Garbha.

Sementara Bulan dan Matahari tanpa cahaya, segalanya menjadi gelap dan sunyi. Dan malam hari Brahma mulai berlangsung selama 4.320.000.000 tahun  Bumi.

Masa 200 tahun deva (= 72.000 tahun  Bumi) ketika api, banjir dan topan semesta nan dahsyat melebur Tri Bhuvana, adalah awal dari malam hari Brahma.

Api yang mengamuk, angin berhembus dahsyat dan banjir  yang menenggelamkan planet- planet adalah kegiatan Rudra (Siva) yang dipicu oleh kemarahan Sankarsana. Dengan kata lain, kalpa-pralaya adalah kegiatan sang pelebur Siva.

Ketika tidur di malam hari, dalam mimpi Brahma bertemu Garbhodakasayi Visnu dan memperoleh petunjuk-petunjuk dari Beliau untuk memperbaiki dan menata ulang lagi keesokan harinya seluruh wilayah Tri Bhuvana yang telah hancur.

Kalpa-pralaya  bagi Brahma serupa dengan waktu tidur sang  manusia  dimalan hari. Bedanya adalah dalam hal lamanya tidur. Sang manusia tidur selama beberapa jam. Tetapi Brahma tidur selama milyaran tahun.

VIKALPA-PRALAYA

Bhagavata Purana 2.7.39 menyatakan, “Ante tu adharma hara manyu vasasuradya, pada masa-masa sebelum peleburan alam semesta (=masa-masa sebelum Brahma wafat), yang dominan ada di alam semesta adalah adharma, Hara (Siva), para Asura dan makhluk-makhluk jahat lainnya”.

Ini berarti bahwa pada masa terakhir sebelum Brahma wafat, kegiatan adharma merajalela di seluruh alam semesta, sebab hampir semua penduduk  telah  menjadi Asura dan berkegiatan jahat, kotor atau ber-dosa.

Melihat beraneka-macam kegiatan jahat, kotor, merusak dan menjijikkan di-lakukan oleh para  Asura, sang  Naga Ananta (yang juga disebut Sankarsana dan menopang seluruh alam semesta di kepalanya), menjadi jengkel dan marah. Beliau ingin menghancurkan (melebur) seluruh alam semesta material.

Diliputi kemarahan, kemudian dari antara kedua kening sang Naga muncul keluar personifikasi kemarahan yaitu Rudra (Siva) bermata tiga dengan senjata Trisula di tangan dan dikenal dengan nama Sankarsana. Beliau adalah perwujudan 11 Rudra yang merupakan penjelmaan Siva (Bhagavata Purana 5.25.3). Ini berarti Sankarsana adalah Siva sendiri.

Dengan demikian Siva melaksanakan fungsinya sebagai pelebur alam fana dengan ke 11 perbanyakannya yang di-sebut Eka-dasa Rudra,  ke  11 Rudra. Dengan senjata Trisula nya para Rudra ini menyerang dan membunuh semua penguasa dan penduduk setiap planet. Mereka memporak porandakan semua bukit, gunung dan segala sesuatu yang lain yang ada di permukaan setiap planet di alam semesta material.

Dengan kobaran api yang memancar dari matanya yang ketiga (yang ada di dahi), para Rudra ini mengeringkan danau, telaga,laut dan samudra, membakar dan meng-hanguskan seluruh susunan planet di alam semesta beserta penghuni dan penduduknya menjadi abu.

Siva yang dikenal sebagai Nataraja, Raja segala penari, menari-nari dalam ke-suka-citaan bersama ke 11 perbanyakannya yaitu para Rudra. Tetapi tarian mereka adalah tari maut.

Setiap gerak tariannya adalah gerakan menghancurkan. Setiap pandangan dan kerlingan matanya adalah pandangan dan kerlingan membinasakan. Setiap teriakan suka-citanya adalah teriakan kematian bagi segala makhluk. Setiap injakan kakinya yang melompat-lompat keriangan adalah injakan yang melumatkan. Dan setiap hembusan nafasnya adalah hembusan yang memporandakan segala sesuatu.

Siva melaksanakan fungsinya melebur alam semesta material dengan menarikan tarian nya yang ter-masyur yaitu tari pralaya, tari yang membinasakan dan melenyapkan  segala  sesuatu, dan mengembalikan ke-asalnya semula yaitu Garbhodakasayi Visnu.

Bhagavata Purana 2.10.43 menyatakan bahwa Siva melebur planet-planet tempat tinggal berbagai makhluk di alam semesta dengan sangat mudah, bagai-kan  angin melenyapkan kumpulan-kumpulan awan di langit dengan tiupannya nan keras.

MAHA-KALPA-PRALAYA

Setelah segala sesuatu di alam semesta material binasa dan kembali  keasalnya yaitu Garbhodakasayi Visnu, karena pengaruh sang waktu (kala), alam semesta kemudian terhisap oleh tenaga tarikan nafas Maha Visnu dan masuk kedalam keberadaan diri-Nya.

Ketika alam semesta (yang kita huni telah binasa) beserta seluruh alam semesta-alam semesta lain (yang juga sudah hancur) yang mengambang di samudra Karana, ter-hisap oleh tenaga tarikan nafas Maha Visnu dan masuk kedalam keberadaan diri-Nya, itu disebut maha-kalpa-pralaya.

Veda menyatakan bahwa hembusan dan tarikan nafas Maha Visnu adalah penciptaan dan peleburan seluruh alam semesta material. Dengan kata lain, keseluruhan alam semesta material bertahan ada hanya selama satu hembusan nafas Maha Visnu. Dan ketika Beliau menarik nafas, maka terjadilah maha-kalpa-pralaya, peleburan seluruh alam semesta material.

SRI KRISHNA PELEBUR YANG SEJATI

Naga Anantasesa yang juga disebut Sankarsana adalah perbanyakan pribadi (svamsa) Sri Visnu (Krishna) sendiri. Sedangkan Siva (Rudra)  adalah inkarnasi Beliau dalam sifat tamas (kegelapan) sebagai  tamo- guna-avatara. Karena itu, proses peleburan alam semesta material sesungguhnya dilakukan oleh Sri Krishna sendiri.

Itulah sebabnya Beliau berkata, “Sarva bhutani kaunteya  prakrtim yanti mamikam kalpa ksaya  punas  tani, O  putra  Kunti  (Arjuna) pada akhir millenium alam semesta yang terwujud ini (beserta segala  makhluk penghuninya) masuk kedalam keberadaan diri-Ku”(Bhagavad Gita 9.7). Selanjut nya Beliau ber-kata, “ Mayadhyaksena prakrtih, alam semesta material ini berkerja dibawah pengendalian-Ku” (Bhagavad Gita 9.10).

Brahma bergantung kepada Tuhan Krishna dalam menciptakan alam material. Dan Siva bergantung kepada Beliau dalam melebur alam material. Fakta ini dinyatakan sendiri oleh Brahma, “Srjami tan niyukto’ ham  haro hareti tad vasah visvam purusa rupena paripati tri sakti drk, atas kehendak-Nya, hamba mencipta dan Hara (Siva) melebur alam material. Sementara Beliau sendiri memelihara alam material ini. Beliau  adalah  pengendali maha perkasa atas segala kekuatan mencipta, memelihara dan melebur alam material” (Bhagavata Purana 2.6.32).

Siva sendiri berkata, “… ete vayam yasya  vase  mahatmanah  sthitah  sakuntah iva sutra yantritah, Brahma dan diriku adalah bagaikan burung-burung yang diikat dengan tali. Hanya atas karunia-Nya, kami mampu  mencipta dan melebur alam material ini” (Bhagavata Purana 5.17.23).

Selama belum melaksanakan tugas melebur alam material, Siva khusuk ber-meditasi kepada sumber keberadaan dirinya yaitu Sankarsana. Beliau berdoa sebagai berikut, “Om namo bhagavate maha purusaya sarva guna  sankhyanayanantavyaktaya  namaiti ..., O Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, hamba menghaturkan sembah dan sujud kepada Anda dalam perbanyakanMu sebagai Sankarsana. Anda adalah sumber segala sifat-sifat rohani (bajik). Meski pun hakekat Anda tidak terbatas, namun Anda tetap tidak di-kenal oleh mereka yang bukan penyembahMu” (Bhagavata Purana 5.17.17). Karena itu, gambar-gambar dan lukisan Siva memperlihatkan beliau sedang bermeditasi.

Translate »