Dalam kitab suci Veda, peleburan atau kiamat alam material disebut pralaya. Terdapat tiga macam pralaya yaitu:
- Peleburan pada malam hari Brahma disebut kalpa-pralaya.
- Peleburan pada akhir hidup Brahma disebut vikalpa-pralaya, dan
- Peleburan ketika Maha Visnu menarik nafas disebut maha-kalpa-pralaya.
Dalam hubungannya dengan kehidupan setiap makhluk di alam material, kematian yang mengakibatkan badan jasmani hancur, juga disebut pralaya.
Kalpa-pralaya yang terjadi pada malam hari Brahma adalah pralaya sebagian alam semesta material. Dengan kata lain, kalpa-pralaya adalah partial dissolution of the universe. Pralaya ini hanya mencakup wilayah Tri Bhuvana mulai dari susunan planet Svarga-loka menurun sampai Patala-loka.
Vikalpa-pralaya yang terjadi pada akhir hidup Brahma adalah pralaya alam semesta material. Dengan kata lain, vikalpa-pralaya adalah total dissolution of the universe. Pralaya ini mencakup peleburan seluruh susunan planet di alam semesta material mulai dari Brahma-loka menurun sampai Patala-loka.
Maha-kalpa-pralaya yang terjadi ketika Maha Visnu menarik nafas adalah pralaya keseluruhan alam semesta-alam semesta material. Dengan kata lain, maha-kalpa-pralaya adalah total dissolution of the entire material universes. Pralaya ini mencakup peleburan alam semesta kita dan semua alam semesta lain yang mengambang di samudra Karana.
Ketiga macam pralaya ini dapat diringkas sebagai berikut.
KALPA-PRALAYA
Kalpa adalah hari Brahma. 1 kalpa = 1 hari Brahma yang berlangsung selama 1.000 x Catur-Yuga, atau 1.000 x 4.320.000 = 4.320.000.000 th Bumi. Kalpa-pralaya terjadi pada malam hari Brahma. Ini berarti setiap malam hari Brahma terjadi pralaya. Dengan kata lain, setiap 4.320.000.000 tahun Bumi terjadi peleburan planet-planet di alam semesta mulai dari susunan planet Svarga-loka menurun sampai Patala-loka.
Kalpa-pralaya bermula dari kobaran api yang memancar keluar dari mulut sang Naga Ananta (yang juga di-sebut Sankarsana), tempat tidur Garbhodakasayi Visnu. Di-katakan bahwa kobaran api semesta nan dahsyat ini adalah kemarahan Sankarsana. Beliau marah melihat kegiatan-kegiatan yang semakim jahat dilakukan oleh para makhluk hidup menjelang akhir Manvantara yang ke 14.
Kobaran api nan dahsyat itu mengamuk Tri Bhuvana selama 100 tahun deva (= 36.000 tahun Bumi). Para Rishi dan penduduk saleh susunan planet Mahar-loka tidak tahan terhadap panas yang di-timbulkan oleh kobaran api yang menghancurkan Tri Bhuvana. Mereka lalu mengungsi ke susunan planet Jana-loka dan Tapo-loka. Disana, dengan tangan tercakup, mereka memanjatkan doa-doa pujian kepada Garbhodakasayi Visnu.
Setelah kobaran api semesta nan dahsyat itu surut dan padam, seluruh lautan dan samudra meluap dan membanjiri daratan setiap planet disertai hembusan topan amat dahsyat. Dalam sekejap seluruh Tri Bhuvana tenggelam dalam banjir besar tak terkirakan.
Selanjutnya, selama 100 tahun deva (= 36.000 tahun Bumi) berikutnya, hujan amat lebat mengguyur disertai topan dan badai dahsyat yang terus mengamuk. Laut dan samudra meluap terus, menggenangi dan membanjiri seluruh Tri Bhuvana. Beberapa lama kemudian. seluruh planet di Tri Bhuvana tidak terlihat lagi karena lebur kedalam samudra Garbha.
Sementara Bulan dan Matahari tanpa cahaya, segalanya menjadi gelap dan sunyi. Dan malam hari Brahma mulai berlangsung selama 4.320.000.000 tahun Bumi.
Masa 200 tahun deva (= 72.000 tahun Bumi) ketika api, banjir dan topan semesta nan dahsyat melebur Tri Bhuvana, adalah awal dari malam hari Brahma.
Api yang mengamuk, angin berhembus dahsyat dan banjir yang menenggelamkan planet- planet adalah kegiatan Rudra (Siva) yang dipicu oleh kemarahan Sankarsana. Dengan kata lain, kalpa-pralaya adalah kegiatan sang pelebur Siva.
Ketika tidur di malam hari, dalam mimpi Brahma bertemu Garbhodakasayi Visnu dan memperoleh petunjuk-petunjuk dari Beliau untuk memperbaiki dan menata ulang lagi keesokan harinya seluruh wilayah Tri Bhuvana yang telah hancur.
Kalpa-pralaya bagi Brahma serupa dengan waktu tidur sang manusia dimalan hari. Bedanya adalah dalam hal lamanya tidur. Sang manusia tidur selama beberapa jam. Tetapi Brahma tidur selama milyaran tahun.
VIKALPA-PRALAYA
Bhagavata Purana 2.7.39 menyatakan, “Ante tu adharma hara manyu vasasuradya, pada masa-masa sebelum peleburan alam semesta (=masa-masa sebelum Brahma wafat), yang dominan ada di alam semesta adalah adharma, Hara (Siva), para Asura dan makhluk-makhluk jahat lainnya”.
Ini berarti bahwa pada masa terakhir sebelum Brahma wafat, kegiatan adharma merajalela di seluruh alam semesta, sebab hampir semua penduduk telah menjadi Asura dan berkegiatan jahat, kotor atau ber-dosa.
Melihat beraneka-macam kegiatan jahat, kotor, merusak dan menjijikkan di-lakukan oleh para Asura, sang Naga Ananta (yang juga disebut Sankarsana dan menopang seluruh alam semesta di kepalanya), menjadi jengkel dan marah. Beliau ingin menghancurkan (melebur) seluruh alam semesta material.
Diliputi kemarahan, kemudian dari antara kedua kening sang Naga muncul keluar personifikasi kemarahan yaitu Rudra (Siva) bermata tiga dengan senjata Trisula di tangan dan dikenal dengan nama Sankarsana. Beliau adalah perwujudan 11 Rudra yang merupakan penjelmaan Siva (Bhagavata Purana 5.25.3). Ini berarti Sankarsana adalah Siva sendiri.
Dengan demikian Siva melaksanakan fungsinya sebagai pelebur alam fana dengan ke 11 perbanyakannya yang di-sebut Eka-dasa Rudra, ke 11 Rudra. Dengan senjata Trisula nya para Rudra ini menyerang dan membunuh semua penguasa dan penduduk setiap planet. Mereka memporak porandakan semua bukit, gunung dan segala sesuatu yang lain yang ada di permukaan setiap planet di alam semesta material.
Dengan kobaran api yang memancar dari matanya yang ketiga (yang ada di dahi), para Rudra ini mengeringkan danau, telaga,laut dan samudra, membakar dan meng-hanguskan seluruh susunan planet di alam semesta beserta penghuni dan penduduknya menjadi abu.
Siva yang dikenal sebagai Nataraja, Raja segala penari, menari-nari dalam ke-suka-citaan bersama ke 11 perbanyakannya yaitu para Rudra. Tetapi tarian mereka adalah tari maut.
Setiap gerak tariannya adalah gerakan menghancurkan. Setiap pandangan dan kerlingan matanya adalah pandangan dan kerlingan membinasakan. Setiap teriakan suka-citanya adalah teriakan kematian bagi segala makhluk. Setiap injakan kakinya yang melompat-lompat keriangan adalah injakan yang melumatkan. Dan setiap hembusan nafasnya adalah hembusan yang memporandakan segala sesuatu.
Siva melaksanakan fungsinya melebur alam semesta material dengan menarikan tarian nya yang ter-masyur yaitu tari pralaya, tari yang membinasakan dan melenyapkan segala sesuatu, dan mengembalikan ke-asalnya semula yaitu Garbhodakasayi Visnu.
Bhagavata Purana 2.10.43 menyatakan bahwa Siva melebur planet-planet tempat tinggal berbagai makhluk di alam semesta dengan sangat mudah, bagai-kan angin melenyapkan kumpulan-kumpulan awan di langit dengan tiupannya nan keras.
MAHA-KALPA-PRALAYA
Setelah segala sesuatu di alam semesta material binasa dan kembali keasalnya yaitu Garbhodakasayi Visnu, karena pengaruh sang waktu (kala), alam semesta kemudian terhisap oleh tenaga tarikan nafas Maha Visnu dan masuk kedalam keberadaan diri-Nya.
Ketika alam semesta (yang kita huni telah binasa) beserta seluruh alam semesta-alam semesta lain (yang juga sudah hancur) yang mengambang di samudra Karana, ter-hisap oleh tenaga tarikan nafas Maha Visnu dan masuk kedalam keberadaan diri-Nya, itu disebut maha-kalpa-pralaya.
Veda menyatakan bahwa hembusan dan tarikan nafas Maha Visnu adalah penciptaan dan peleburan seluruh alam semesta material. Dengan kata lain, keseluruhan alam semesta material bertahan ada hanya selama satu hembusan nafas Maha Visnu. Dan ketika Beliau menarik nafas, maka terjadilah maha-kalpa-pralaya, peleburan seluruh alam semesta material.
SRI KRISHNA PELEBUR YANG SEJATI
Naga Anantasesa yang juga disebut Sankarsana adalah perbanyakan pribadi (svamsa) Sri Visnu (Krishna) sendiri. Sedangkan Siva (Rudra) adalah inkarnasi Beliau dalam sifat tamas (kegelapan) sebagai tamo- guna-avatara. Karena itu, proses peleburan alam semesta material sesungguhnya dilakukan oleh Sri Krishna sendiri.
Itulah sebabnya Beliau berkata, “Sarva bhutani kaunteya prakrtim yanti mamikam kalpa ksaya punas tani, O putra Kunti (Arjuna) pada akhir millenium alam semesta yang terwujud ini (beserta segala makhluk penghuninya) masuk kedalam keberadaan diri-Ku”(Bhagavad Gita 9.7). Selanjut nya Beliau ber-kata, “ Mayadhyaksena prakrtih, alam semesta material ini berkerja dibawah pengendalian-Ku” (Bhagavad Gita 9.10).
Brahma bergantung kepada Tuhan Krishna dalam menciptakan alam material. Dan Siva bergantung kepada Beliau dalam melebur alam material. Fakta ini dinyatakan sendiri oleh Brahma, “Srjami tan niyukto’ ham haro hareti tad vasah visvam purusa rupena paripati tri sakti drk, atas kehendak-Nya, hamba mencipta dan Hara (Siva) melebur alam material. Sementara Beliau sendiri memelihara alam material ini. Beliau adalah pengendali maha perkasa atas segala kekuatan mencipta, memelihara dan melebur alam material” (Bhagavata Purana 2.6.32).
Siva sendiri berkata, “… ete vayam yasya vase mahatmanah sthitah sakuntah iva sutra yantritah, Brahma dan diriku adalah bagaikan burung-burung yang diikat dengan tali. Hanya atas karunia-Nya, kami mampu mencipta dan melebur alam material ini” (Bhagavata Purana 5.17.23).
Selama belum melaksanakan tugas melebur alam material, Siva khusuk ber-meditasi kepada sumber keberadaan dirinya yaitu Sankarsana. Beliau berdoa sebagai berikut, “Om namo bhagavate maha purusaya sarva guna sankhyanayanantavyaktaya namaiti ..., O Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa, hamba menghaturkan sembah dan sujud kepada Anda dalam perbanyakanMu sebagai Sankarsana. Anda adalah sumber segala sifat-sifat rohani (bajik). Meski pun hakekat Anda tidak terbatas, namun Anda tetap tidak di-kenal oleh mereka yang bukan penyembahMu” (Bhagavata Purana 5.17.17). Karena itu, gambar-gambar dan lukisan Siva memperlihatkan beliau sedang bermeditasi.
OSA
Maaf saudaraku…ada yang mengganjal dihati yang sekirannya ingin saya luruskan semoga prabu dapat memberikan pencerahan kutipan anda:
“Veda menyatakan bahwa hembusan dan tarikan nafas Maha Visnu adalah penciptaan dan peleburan seluruh alam semesta material”
mohon koreksi penangkapan saya apakah setelah kiamat/MAHA-KALPA-PRALAYA akan ada lagi kehidupan awal pada saat Maha Wisnu menghembuskan napasnya kembali, apa ini disebut awal adalah akhir dan akhir adalah awal.
Shanti
@ Srid
Om Swastiastu bli..
menurut pemahaman saya, pada saat pralaya total dimana semua mahluk hidup dan alam material terserap dalam pori-pori Tuhan, maka kondisi sang jiva/atman yang belum mencapai alam rohani/moksa akan berada dalam keadaan seperti tertidur/hibernate. Dan untuk memberikan kesempatan kepada jiva-jiva ini maka alam semesta akan tercipta lagi secara berulang-ulang kali. Kenapa demikian?
Karena mahluk hidup punya kebebasan untuk memilih menjadi pelayan Tuhan atau menikmati dunia material ini dan merealisasikan cita-citanya, (Bhagavad Gita 7.27, iccha dvesa samutthena dvandva mohena bharata … sarge yanti parantapa).
Hal ini akan menjadi seperti siklus siang dan malam. Tercipta dan terlebur berulang kali secara kekal. Sehingga perbedaan antara dunia rohani dengan dunia material adalah pada sifat kekekalannya. kalau dunia rohani tidak tercipta dan tidak akan musnah (kekal) namun di dunia material yang kekal adalah perubahan itu sendiri.
Salam,-
salam damai…
ya setelah kiamat pasti ada kehidupan baru,kalo dak gitu sepi,sepi,sepi dan sunyi dong dunia ini,hehehe
haribol,
om swastyastu,
bro,klo boleh usul (kalo boleh lho…namnya jg usul tp bukan usil neh) biar lebih afdol n lengkap bisa ga tulisan2 ente dilengkapi dg kutipan dari catur weda? biar lengkap selain dr BG,SB, n purana2
@ ksatria batu
Hare Krishna
Om Swastiastu bli…
Maaf saya baru belajar Bhagavad Gita dan sedikit Bhagavata Purana saja… saya belum sanggup membaca Catur Veda yang sangat-sangat tinggi filsafatnya…., karena itu saya hanya mengutip beberapa saja yang memang dikutip oleh sumber yang saya kutip.
Tar ya bli ya… kalau saya sudah punya kualifikasi dan paham Catur Veda akan saya kutipkan.
Om Santih Santih Santih Om
-=::”Say the truth or silent”::=-
saudaraku kstria batu,met kenal
ya paham Catur Veda itu sangat baik akan tetapi lebih baik lg kl kt paham dulu Bagavadgita,purana,sarascamuscaya dsb dg baik,kemudian baru catur veda. wong Bagavadgita aja blm dong mau catur veda apa dak keblinger nantinya hehehe
Mungkin artikel ini bisa menambah referensi mas :
http://vilaputih.wordpress.com/2009/12/21/genesis-1-0/
http://vilaputih.wordpress.com/2009/12/23/genesis-1-1/
Mas ngarayana coba anda buka web http://vilaputih.wordpress.com/2009/08/06/hindu-yang-islami/…
Ada artikel mengenai Hindu yang Islami….
Menurut Saya artikel tersebut salah penafsiran mengenai hindu, bisakah ada memberi komentar tentang artikel tersebut untuk meralat kebenaran’nya…
salam
@ Ria…
Thanks ya sudah ngasih link yang menarik…
Untuk link yang pertama prihal penciptaan, terus terang kalau menurut saya terlalu membuat-buat…
Quran 18:86
Hingga apabila dia telah sampai ke tempat terbenamnya matahari, dia melihat matahari terbenam di dalam laut yang berlumpur hitam, dan dia mendapati di situ segolongan umat. Kami berkata: “Hai Dzulqarnain, kamu boleh menyiksa atau boleh berbuat kebaikan terhadap mereka”.
Quran 55:17
Tuhan yang memelihara kedua tempat terbit matahari dan Tuhan yang memelihara kedua tempat terbenamnya.
Nah dari 2 ayat ini kita melihat bahwa konsep pemahaman tentang terbit dan terbenamnya matahari masih mengikuti konsep parallelogram Ephorus. Jadi tidaklah salah jika selanjutnya Al-Quran juga hanya menyinggung terciptanya Langit dan Bumi, bukan terciptakan alam semesta dan susunan planet-planet.
Teori prihal korelasi Qur’an dengan Big bang pertama kali dikemukakan oleh Harun Yahya, seorang muslim taat yang pada dasarnya tidak memiliki dasar studi eksakta. Namun seiring dengan berkembangnya teori Big bang yang wahtu itu masih diyakini oleh para ilmuan, para kaum neo Islam memanfaatan ketenaran teori tersebut untuk mencari popularitas. Sayangnya dewasa ini teori Big Bang semakin surut karena banyak hal yang tidak bisa di jelaskan oleh teori tersebut. Bagaimana para aktifis muslim menyikapi hal ini? Mereka lalu berkomentar bahwa Qur’an hanya menyediakan informasi dasar dan semuanya tergantung dari tafsir manusianya.. (lihat diskusi-diskusi sebelumnya tentang ini di web ini).
Okay, andaipun teori Big-Bang benar, alam semesta mulai sebelum berbagai jenis materi eksis. yang dimulai sebagai energi murni yang memerlukan beberapa waktu untuk terbentuknya berbagai materi, yang merupakan sebuah plasma bukan sebuah gas. Gas datang kemudian, sesudah plasma mendingin, dan gas-gas bukanlah satu-satunya, banyak massa energi pada saat itu, seperti sebelumnya, terdiri atas radiasi elektromagnetik (cahaya). Pada kenyataannya Quran gagal menyebutkan hal-hal itu atau menyebutkan berbagai informasi sains yang penting lainnya dengan tepat. Quran hanyalah membuat pernyataan metafisis samar-sama. Quran pun tidak pernah menyebutkan kata “gas” tetapi kata “asap”, padahal gas dan asap pada dasarnya tidak bisa di samakan kan?
Mari kita lihat kutipan ayat-ayat Quran 41 : 9-12 mengenai penciptaan:
[9] Katakanlah: “Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada Yang menciptakan bumi dalam dua masa (atau hari) dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya? (Yang bersifat) demikian itulah Tuhan semesta alam”.
[10] Dan Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni) nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya.
[11] Kemudian Dia menuju langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa”. Keduanya menjawab: “Kami datang dengan suka hati”.
[12] Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.
Lihat ayat yang ke-12, kok bintang-bintang hanya sebagai hiasan langit ya? 🙂
Mengenai artikel “HINDU YANG ISLAMI” yang anda sebutkan sangat sangat menarik, anda tahu bahwa Hindu pada dasarnya monoteisme murni dan juga memiliki prinsip ketuhanan yang benar. Namun bagaimana dapat di katakan bahwa umat Hindu memuja batu dan benda-benda selain Allah?
Sebenarnya prihal ini sudah banyak saya bahas seperti pada link berikut:
1. Arca Vigraha
2. Hindu pemuja berhala (bagian 1)
3. Hindu pemuja berhala (bagian 2)
4. Orang Hindu memuja patung dan batu?
5. Apa beda Arca dengan Berhala?
dan masih banyak lagi yang lainnya……..
Jadi logikanya begini. Kenapa umat muslim selalu sholat menghadap Ka’bah? Apa yang umat muslim bayangkan pada waktu solat? Ka’bah? Wujud Allah? Atau Kekosongan? Andaikan anda jawab kekosongan, bukankah kekosongan juga merupakan suatu perwujudan akan sesuatu yang tidak berbentuk/berwujud dalam angan-angan anda?
Jika anda melakukan upacara bendera, apakah anda menghormati bendera atau sesuatu di balik itu? Beranikah anda membakar bendera merah putih di depan aparat berwajib? Kenapa anda di hukum walaupun hanya membakar bendera merah putih yang anda buat dan jahit sendiri?
Perlu kedewasaan spiritual untuk memahami filosofi seperti ini 🙂
Salam,-
@Nina
link ga mutu,bwt orang smkn bodoh aza ha3jtx…islam d artikel yg anda sbtkan pada ngibul tuh,ha3jtx..bsa d bktika ga klo lngit ma bumi dlu merupakan suatu yg padu!ha300jtx..islam suka ngibul y..
@ria
nah,link yg anda sbtkan jga pnfsiranny amburadul,islam memang pinter mencaplok ajaran agama lain ya,ha3jtx
Mas ngarayana atau teman-teman Hindu coba anda buka link http://vilaputih.wordpress.com/2009/08/06/hindu-yang-islami/…
Ada artikel mengenai Hindu yang Islami….
Menurut Saya artikel tersebut salah penafsiran mengenai hindu, bisakah ada memberi komentar tentang artikel tersebut untuk meralat kebenaran’nya…
salam
Aku belum memahami susunan alam semesta, tepatnya dimana sih samudera garbha itu? Trus aku mau tanya? pas Wisnu muncul sebagai awatara sebagai kura-kura yang menyangga bumi agar tidak tenggelam ke dalam samudera. samudera disini itu samudera garbha ato apa? so kalo demikian waktu itu bumi keluar dari lintasan orbitnya ya?
trus pas kalpa pralaya, bumi dan bulan ikut hancur ya? khan ketiga buwana juga hancur? trus planet -planet yang lain kaya venus merkurius, dan lain-lain hancur ga? soalnya khan dippalnet-planet itu ga ada hujan (ini terbukti ilmiah lho, disana memang ga ada hujan)banjirnya itu gimana to???
@ dwi
Om Swastiastu
untuk lebih memudahkan membayangkan hal ini, mungkin anda bisa memperhatikan poster alam semesta yang dapat di download di sini.
Sebagaimana kita lihat dalam gambar, terdapat banyak alam semesta dan dalam setiap alam semesta terdapat samudra garbha dimana Sri Visnu berbaring di atas anantasesa. Pada saat Avatara Tuhan muncul sebagai penyangga pada saat pemutaran gunung mandara disaat usaha para dewa dan asura mendapatkan tirta amrta, dimanakah letak gunung mandara? Gunung mandara terletak di jambu dvipa atau di bumi ini. coba perhatikan artikel Astronomi veda.
Jadi pada saat itu bumi tidak keluar dari orbitnya.. tetapi pengadukan lautan terjadi di bumi.
Tapi jika kita baca kisah Varaha Avatara yang muncul sebagai babi hutan maha besar, maka pada saat itu baru bumi keluar dari orbitnya.
Iya, pada saat kalpa pralaya semua planet yang berada pada alam svarga loka dan ke bawah sampai pada patala loka akan hancur. dari mana air datang? Coba perhatikan posternya, pada dasar setiap alam semesta terdapat samudra garbha… nah semua susunan planet tersebut hancur dan tenggelam dalam samudra garbha tersebut..
Sayang sampai saat ini manusia belum bisa mengamati objek yang sejauh itu, bahkan susunan planet dalam bhur loka saja belum bisa di amati semuanya.. mungkin kalau suatu saat manusia bisa menjangkau objek yang berjarak triliunan tahun cahaya mungkin akan bisa menguak misteri ini.. bener atau salah.. he..he.. 😉
Hmmmmmm,jadi plaet-plaet padha jatuh ke samudera garbha itu ya? masih ada pertanyaan lagi, letak samudera garbha itu ada di dasar, dasar itu letaknya mana ya? Samudera itu ada batasya ga???
Mungkin aku terlalu bodoh untuk memahami ini.
@ Dwi
Om swastiastu bli…
Iya, semua susunan planet/alam tersebut jatuh ke samudra garbha.
Setiap satu alam semesta berbentuk bagaikan telur yang bulat dan merupakan sistem tertutup dimana dapat dikatakan 1 alam semesta di selimuti oleh “cangkang”. Milyaran galaksi dan planet2 terletak di dalam sistem tertutup tersebut dimana 1/2 sistem tersebut (pada bagian bawahnya) terdiri dari air (samudra garbha) tempat dimana Visnu berbaring di atas Anantasesa. permukaan air ini adalah dasar alam semesta dan tepat di atasnya terdapat susunan planet yang paling rendah.. yaitu Neraka… dan keatasnya lagi masih banyak susunan planet/alam yang lain sampai pada yang tertinggi yaitu Brahma loka, tempat bersemayamnya dewa Brahma.
Apakah samudra garbha ada batasnya? sebagai sistem tertutup, tentu memiliki batas, baik volume maupun ukurannya, hanya saja dengan sistem yang sangat-sangat besar seperti itu, mungkinkah kita mengukurnya? susah kayaknya ya… dari apa yang saya baca, samudra di luar alam semesta ini tempat Maha Visnu berbaring barulah tidak bisa di gambarkan dan di lukiskan sama sekali baik luas, volume dan batasannya.
Tidak.. bli tidak terlalu bodoh.. saya tidak kalah bodohnya dengan bli.. karena itu mari kita coba berdiskusi, mudah-mudahan dengan diskusi dan saling mengisi kita bisa memiliki pemahaman yang lebih baik lagi..
Suksma,-
THanks ya, infonya, btw kemarin aku lewat di depan BATAN, Prhabu tinggal didekat sana ya? kalo boleh kapan-kapan aku main. makasih sekali lagi
@ Dwi;
Yup saya tinggal di deket kawasan Puspiptek Serpong.. tapi daerah saya sudah masuk dalam daerah perbatasan bogor-tangerang.. iya silahkan main saja.. cuman rumah saya berantakan.. maklum masih bujang.. 🙂