Sebagian besar dari kita tentunya sudah pernah mendengar kata Yoga kan? Saat ini Yoga yang dikenal masyarakat umum hanyalah yoga level dasar, yaitu Asana Yoga. Asana Yoga adalah level ke-3 dari 8 level Yoga. Asana Yoga memiliki efek yang sangat baik bagi kesehatan dan kenyataan ini sudah diakui secara luas di bidang kedokteran. Saat ini yoga tidak hanya dipraktekkan oleh para penganut Veda, tapi juga oleh umat-umat agama yang lain di seluruh dunia. Mungkin karena saking luasnya penyebaran ajaran yoga inilah yang memicu munculnya fatwa haram dari kaum ulama yang sangat kontroversial beberapa saat yang lalu.

Sayangnya, para praktisi yoga saat ini melupakan tujuan sejati dari ajaran yoga sendiri. Kebanyakan orang berlatih yoga untuk tujuan kesehatan dan kepuasan seksual, padahal kalau kita menarik arti kata yoga, yaitu dari urat kata “yuj”[sansekerta] yang berarti menghubungkan diri. Jadi arti Yoga adalah untuk menghubungkan diri dengan Tuhan.

Sebelum melaksanakan Yoga Asana, seseorang sebaiknya telah melewati 2 level sebelumnya, yaitu panca yama bratha dan panca nyama bratha.

Panca yama bratha adalah lima jenis pengekangan diri tahap dasar yang terdiri dari;

1. Ahimsa; Cinta kasih kepada semua makhluk lain, tidak membunuh atau menganiaya

2. Brahmacari; Menuntut ilmu dengan sungguh-sungguh dan menjaga kesucian selama menuntut ilmu

3. Satya; Setia;  pantang ingkar kepada janji

4. Awyawaharika; Cinta damai, berbicara yang sopan dan baik

5. Astenya; Jujur dan pantang mencuri

Sedangkan panca nyama bratha adalah lima jenis pengekangan diri pada tahap mental, yang terdiri dari;

1. Akrodha; Tidak dikuasai oleh nafsu kemarahan

2. Guru Susrusa; Hormat dan taat pada guru dan ajarannya

3. Sauca; Senantiasa menyucikan diri lahir batin

4. Aharalagawa; Pengaturan pola makan yang secukupnya

5. Apramada; Tidak sombong dan takabur

Setelah kesepuluh pantangan di atas dapat dilalui barulah seharusnya seseorang dapat melakukan Yoga Asana dengan baik. Asana pada dasarnya dipersiapkan agar seseorang memiliki badan fit, sehat dan menemukan posisi yang tepat untuk kemampuan fisiknya pada saat melakukan meditasi.

Tahap ke-4 dari astangga raja yoga adalah Pranayama atau melakukan olah nafas diiringi dengan pengucapan nama suci Tuhan secara batin. Setiap praktisi yoga pada umumnya akan merasakan kesehatan yang optimal, tidak mudah lelah dan juga hilangnya gejala-gejala penyakit yang pernah timbul sebelum berlatih asana dan pranayama secara rutin.

Tahap ke-5 adalah Pratyahara atau menarik Semua Indria-indria kita dari objek-objek material dan berusaha memusatkannya hanya ke Tuhan dengan mengambil sikap (asana) yang paling nyaman dengan badan kita.

Tahap ke-6 adalah Dharana yaitu tingkat kondisi dimana pikiran seorang praktisi yoga  benar-benar terlepas dari hal material.

Tahap ke-7 adalah Dhyana yaitu disaat seorang praktisi yoga mulai menerima vibrasi-vibrasi spiritual dari Tuhan yang maha esa. Pada tahap inilah biasanya Vibhuthi (kesaktian batin) diterima dan muncul dalam diri seseorang. Ada yang bisa melayang (yogic flying), menghilang, mengambil benda jarak jauh, melakukan teleportasi dan bahkan menciptakan planet. Disinilah seorang yogin akan mengalami ujian yang sangat berat, apakah dia mampu menggunakan vibhuti-vibhuti ini dengan benar atau malah disalahgunakan. Jika seorang praktisi yoga menyalahgunakan kesaktian material ini dan melupakan tujuan yoga, yaitu menghubungkan diri pada Tuhan, maka dia tidak akan pernah mencapai tahapan terakhir yaitu Samadhi, merasakan kehadiran ilahi dan mencapai sat cit ananda (kekal, penuh dengan ilmu pengetahuan dan penuh dengan kebahagiaan).

Pada saat ajang Asian Science Camp di Sanur, Bali, Rabu (6/8) salah satu efek yoga ini diperlihatkan ke khalayak umum. Ratusan siswa yang mengikuti  Asian Science Camp dengan sangat semangatnya memperhatikan dengan seksama bagaimana praktisi transendental meditation (TM), Regianto dan I Wayan Sutrisna melakukan teknik yoga melayang ini. Bagaimana seorang praktisi yoga bisa melayang? Apakah memanfaatkan ilmu hitam atau mahluk halus seperti setan?

Tidak, secara fisika hal ini bisa dijelaskan berdasarkan prinsip “Meissner Effect” atau teori tentang ketahanan dengan koherensi. Dalam teori “Meisnner Effect”, terbukti elektron yang disorder atau tidak beraturan dapat dengan mudah ditembus medan magnet. Sedangkan elektron yang koheren, tidak dapat ditembus medan magnet. Inilah penyebab mengapa pikiran yang koheren yang dihasilkan dari prinsip-prinsip yoga dapat menangkal energi negatif dan tubuh kita bisa melayang di udara atau Yogic Flying.

Efek lain dari Yoga yang sudah dapat dijelaskan secara ilmiah adalah rahasia umur panjang seorang siddha yoga. Professor Pat Monaghan, seorang peneliti dari Glasgow University pada tahun 2001 menemukan potongan genetis yang disebut telomeres, genetis inilah yang bertanggung jawab pada umur dan proses penuaan seseorang.  Telomeres terdapat di ujung kromosom. Saat sel mati, sel yang ada membelah menggantikan yang mati. Namun saat sel terbelah, telomeres menjadi semakin pendek. Peneliti mendapati saat telomeres terlalu pendek, maka tidak akan mampu membelah lagi dan akan mati. Untuk dapat memperpanjang dan menjaga telomeres ini dapat ditempuh dengan cara menjaga tingkat oksidan di darah, stres serta faktor lingkungan. Ternyata hasil dari latihan yoga salahsatunya juga dapat mengatur faktor-faktor yang dapat menjaga kelangsungan potongan telomeres ini. Sehingga tidak jarang seorang praktisi yoga memiliki umur yang panjang dan wajah yang relatif tampak muda dan bersinar-sinar.

Disamping itu salah satu penemuan ilmiah dari yoga ini adalah pembuktian bahwa dengan teknik yoga, zat seretonin yang ada dalam tubuh kita akan diproduksi secara optimal. Zat inilah yang memicu perasaan bahagia. Seorang praktisi yoga juga akan memiliki mitokondria dalam sel-sel tubuhnya yang relatif lebih besar dari manusia normal. Konon pembesaran mitokondria inilah yang menyebabkan seorang praktisi yoga dapat menahan nafas lebih lama dan juga bertahan hidup lebih dalam tanpa makanan.

Bahkan menurut buku “Autobiografi seorang Yogi”  yang diterbitkan oleh seorang yogi besar di tahun 1946, Paramahansa Yogananda,  menceritakan tentang eksistensi seorang suci, Mahayogi yang hidup abadi, (saat ini telah berumur sekitar 2000 tahun) Mahavatar Babaji. Yogananda menceritakan bagaimana Babaji selama berabad -abad hidup di Himalaya memberi bimbingan kepada banyak tokoh suci dalam sejarah. Bahkan Babaji juga dikenal sebagai maha guru dalam reiki tumo / sinci saat ini.

Mahavatar Babaji adalah seorang Siddha besar, orang yang telah melampaui batasan manusia biasa dan bekerja di belakang layar bagi evolusi spiritual umat manusia. Ia juga menyatakan bahwa Babaji mengajarkan serangkaian teknik Yoga yang luar biasa, yang dikenal sebagai “Kriya Yoga”  kepada Lahiri Mahasaya, sekitar tahun 1861, orang yang kemudian pada gilirannya menginisisi banyak orang lainnya, termasuk Guru Suci Paramahansa Yogananda sendiri yakni , Sri Yukteswar, 30 tahun kemudian. Yogananda menghabiskan 10 tahun dengan Gurunya sebelum Babaji sendiri kemudian muncul sendiri di hadapannya, dan memerintahkannya untuk membawa ilmu pengetahuan rahasia Kriya Yoga ke dunia Barat. Yogananda memenuhi misi suci ini dari tahun 1920 sampai 1952 hingga ia mencapai mahasamadhi.

Sebagai bukti dari efektivitas Kriya Yoga dalam garis perguruannya, jazad Yogananda tidak membusuk meski selama 21 hari dibaringkan tanpa pengawetan apapun sebelum dikubur di sebuah monumen di Los angeles. Sisa jazadnya memang diletakkan dalam bentuk monumen “samadhi” yang permanen, namun jutaan orang di seluruh dunia mengenang dengan penuh rasa terima kasih kepada sumbangsih Yogananda yang telah diberikan kepada mereka.

Anda tertarik belajar yoga? Tapi bukan karena efek vibhuti/kesaktiannya kan?

Tujuan yoga adalah untuk menghubungkan diri dengan Tuhan, bukan mencapai vibhuti-vibhuti tersebut. Jadi jika niat anda untuk mencapai kesaktian buat dipamerkan, maka hentikan niat anda saat ini juga.

Dikutip dari berbagai sumber

Translate »