Dalam karya film fiksi ilmiah modern sering kali kita menyaksikan adegan seseorang dengan menggunakan mesin waktu atau jatuh ke lorong waktu yang membawanya pada kehidupan di masa lampau. Hal yang sungguh fantastis dan menjadi dambaan setiap orang untuk dapat seperti itu. Hanya saja, mungkinkah fantasi ini dapat diwujudkan?
Saya akan mencoba mengulas hal ini dari persepektif fisika modern dan juga dari persepentif Vedanta.
Dalam Bhagavad Gita 10.20 disebutkan;
aham atma gudakesa sarva-bhutasaya-sthitah
aham adis ca madyam ca bhutanam anta eva ca
Artinya;
O Arjuna, Aku adalah Roh yang utama yang bersemayam di dalam hati setiap mahluk hidup, Aku adalah awal, pertengahan dan akhir semua mahluk hidup.
Bhagavad Gita 10.32
sarganam adir antas ca madhayam caivaham arjuna
adhyatman-vidya vidyanam vadah pravadatam aham
Artinya;
Di antara segala ciptaan Aku adalah permulaan, akhir dan juga pertengahan, wahai Arjuna. Di antara segala ilmu pengetahuan, aku adalah ilmu pengetahuan rohani tentang sang diri, dan di antara para ahli lohika, Aku adalah kebenaran sebagai kesimpulan.
Bhagavad Gita 10.33
aksaranam a-karo ‘smi dvandvah samasikasya ca
aham evaksayam kalo dhataham visvato-mukhah
Artinya;
Di antara semua huruf Aku adalah A. Di antara kata-kata majemuk, Aku adalah kata majemuk setara. Aku adalah waktu yang tidak dapat dimusnahkan, dan di antara para pencipta, Aku adalah Brahma.
Bhagavad Gita 11.32 ;
sri-bhagavan uvaca
kalo ‘smir loka-ksaya-krt pravrddho
lokan samahartum iha pravrttah
rte ‘pi tvam na bhavisyanti sarve
ye ‘vasthitah pratyanikesu yodhah
Artinya;
Tuhan Yang Maha Esa bersabda; Aku adalah sang waktu, penghancur besar dunia-dunia, dan Aku datang ke sini untuk menghancurkan semua orang, Kecuali kalian [para pandawa], semua kesatria di sini dari kedua pihak akan terbunuh.
Sloka-sloka dari Bhagavad Gita di atas memberikan kita gambaran bahwa konsep waktu/kala menurut Hindu adalah kekal. Waktu adalah aspek impersonal Tuhan Yang Maha Esa. Waktu dan perubahan sangat berkuasa dan tidak dapat dihindari dalam kehidupan material ini. Tidak seorangpun dan tidak seekor mahluk hiduppun dapat mengubah dan terbebas dari cengkraman sang waktu. Semuanya akan memiliki awal, pertengahan dan akhir.
Namun demikian apakah menurut Veda waktu bersifat konstan dan linier? Mari kita cermati beberapa sloka-sloka berikut ini;
Bhagavata Purana 3.11.22
Di luar tiga susunan planet (Svarga, Martya dan Patala), catur yuga dikalikan seribu sama dengan satu siang hari di planet dewa Brahma. Periode yang sama membentuk satu malam dewa Brahma. Dimana sang pencipta jagat raya ini tidur.
Bhagavata Purana 3.11.8
Satu tahun para dewa sama dengan 360 tahun umat manusia.
Berdasarkan sloka Bhagavata Purana diatas kita dapat menarik kesimpulan bahwa waktu bersifat relatif dan tidak linier. Di alam manusia / bumi waktu berlangsung jauh lebih cepat dari pada planet-planet para dewa (surga) dan demikian juga waktu di planet surga/svarga ternyata jauh lebih cepat dari planet dewa Brahma (Brahmaloka/Satyaloka). Waktu yang dihitung secara astronomis yang terpengaruh oleh kondisi ruang, perubahan kecepatan dan kehidupan objek material tertentu ini menurut filsafat Vedanta disebut sebagai waktu riil. Sedangkan waktu yang berlangsung terus menerus di luar objek material dan tidak terpengaruh oleh cepat-lambat serta kondisi objek material disebut sebagai waktu absolut.
Gambar berikut menunjukkan durasi total alam semesta kita sebagaimana dialami oleh alam kosmis yang berjauhan sesuai dengan uraian yang diberikan oleh Bhagavata Purana 2.2.26, 2.2.25, 3.25.37, 3.11.31 dan 5.23.9.
Gambar semilogaritmik plot waktu dan jarak dalam yojana pada lokasi yang berbeda di alam semesta
Tabel lokasi beberapa lokasi alam dalam satu alam semesta ini
Gambaran diatas menjelaskan bahwa semakin jauh kita bergerak dari bumi dan semakin dekat dengan alam rohani maka perjalanan waktu akan semakin lambat dan bahkan waktu riil akan berhenti dan bersifat kekal di luar alam material (alam rohani). Waktu yang kekal yang tanpa sebab dan akibat di alam rohani inilah yang dalam Vedanta disebut sebagai waktu Absolut.
Berdasarkan uraian panjang lebar dari filsafat Veda diatas maka dapat kita simpulkan bahwa waktu riil di dunia material ini akan selalu bergerak maju dan dapat mengalami pelengkungan, perlambatan atau percepatan, tetapi tidak akan pernah bergerak mundur ke masa lalu.
Nah, bagaimana halnya dengan perhitungan fisika modern yang berkembang saat ini? Mari kita cermati bersama.
Konsep waktu dalam ilmu fisika klasik, atau biasa dikenal dengan fisika Newton adalah linier. Pada hukum-hukum Nowton yang pada waktu itu mengkaji fenomena fisika dalam ukuran makro dan dalam kecepatan rendah, waktu selalu dijadikan acuan utama dan dipandang bahwa waktu bersifat mutlak, atau dengan kata lain waktu pengamatan pada beberapa kejadian yang berbeda adalah sama. Namun seiring dengan perkembangan jaman, yang mengarahkan manusia pada penelitian pada tingkat mikro, atomik bahkan sampai sub atomik, ternyata asumsi bahwa waktu yang bersifat mutlak ini tidak dapat menjelaskan fenomena-fenomena fisika yang ada. Dengan dasar ini, muncullah teori kuantum yang meletakkan konsep waktu yang relatif yang memandang relativitas waktu terhadap kedudukan, kecepatan dan probabilitas dari setiap kombinasi.
Teori relativitas ini diungkapkan oleh Einstein pada tahun 1905 yang didasarkan pada 2 aksioma penting, yaitu;
- Hukum-hukum sains haruslah berlaku sama bagi semua pengamat yang bergerak bebas
- Kecepatan cahaya melalui ruang hampa adalah sama bagi semua pengamat yang berada di berbagai titik acuan yang tetap. (Hal ini ditunjukkan melalui eksperimen Michelson dan Morley).
Dari aksioma ini Einstein menunjukkan bahwa interval ruang dan waktu diantara dua fenomena yang diukur dari sebuah titik acuan yang tetap tidak akan sama dengan titik acuan tetap yang lainnya.
Teori relativitas ini akhirnya berimplikasi pada fenomena diluar kehidupan normal manusia.
- Relativitas penjumlahan kecepatan
- Dilatasi waktu
- Kontraksi Lorentz
- Massa dan Energi Relativistik
Dengan relativitas massa membuat energi kinetik yang bergantung dengan massa dan kecepatan berubah menjadi;
Berdasarkan persamaan diatas, mari kita coba mengutak-atik besar kecepatan dan kedudukan-nya, apakah dengan melakukan perubahan itu akan mengakibatkan waktu bernilai negatif (mundur)? Waktu dapat semakin cepat (mengecil) atau menjadi semakin lama (membesar) tetapi tidak pernah mundur.
Andaikan waktu bergerak mundur, maka kejadian-kejadian seperti pada koordinat-koordinat yang menggambarkan kedudukan sebuah partikel (x,y,z) juga akan bergerak mundur. Hal ini juga akan menunjukkan bahwa entropi jagat raya yang merupakan suatu sistem terisolasi yang seharusnya bertambah akan menjadi berkurang. Sedangkan menurut hukum termodinamika ke-2 menyatakan bahwa entropi sistem harus selalu bertambah. Jadi dengan demikian tidaklah mungkin memutar balikkan waktu.
Dengan demikian apa yang disampaikan Veda sama sekali tidak bertentangan dibandingkan dengan teori fisika modern saat ini.
Inilah keunikan Veda. Pengetahuan paling kuno di dunia ini ternyata sekalipun tidak pernah bertentangan dengan ilmu pengetahuan modern saat ini, malahan Veda dapat memberikan penjelasan yang jauh lebih baik dari apa yang dapat dijelaskan oleh ilmuan saat ini.
Sumber:
http://en.wikipedia.org/wiki/Albert_Einstein
His Holiness Bhaktisvarupa Damodara Swami (T.D. Singh, Ph.D), Vedanta & Sains, The Bhaktivedanta Institute, Calcuta, 2004
hare krishna prabhu
salam kenal. btw apa tiyang pernah ketemu pr ya? masih kuliah atau ngajar pr?blh tahu emailnya.
artikelnya bgs2 pr.
Hare Krishna Prabhuji
Salam kenal juga. Pernah ketemu? dimana ya? Di Narayana Smrti Ashram kali ya? Sekarang saya di BATAN, Serpong, riset tentang teknologi nuklir.
email saya: ngarayana@batan.go.id