Salah satu bagian dari kitab suci Veda yang paling banyak dibaca dan dimiliki baik oleh umat Hindu maupun para pengemar filsafat adalah Bhagavad Gita. Meski dalam penggolongannya, Bhagavad Gita dimasukkan kedalam Veda Smrti yang dikatakan sebagai “ingatan” dan penjabaran dari Veda Sruti, namun pada dasarnya Bhagavad Gita juga merupakan “sruti” atau wahyu langsung dari Tuhan sendiri sebagaimana ditegaskan dalam sloka Bhagavad Gita 15.15; “vedaiç ca sarvair aham eva vedyo  vedänta-kåd veda-vid eva cäham, Akulah yang harus diketahui dari segala Veda; memang Akulah yang menyusun Vedanta, dan Akulah yang mengetahui Veda”. Dari sloka ini kita dapat mengetahui bahwa penyabda Bhagavad Gita adalah sama dengan penyabda Veda-Veda itu sendiri, yaitu Krishna, Tuhan Yang Maha Esa.

Kenapa Bhagavad Gita digolongkan dalam Veda Smrti? Tidak lain karena Bhagavad Gita juga merupakan penggalan Bhisma Parwa dari kitab Suci Mahabharata, dimana secara umum kitab Mahabharata dan juga Ramayana merupakan penceritaan kembali sejarah kepahlawanan dan “lila” Tuhan yang tergolong Smrti.

Hari pewahyuan Bhagavad Gita dikenal sebagai Gita Jayanti yang diperingati setiap tahunnya oleh milyaran umat Hindu di dunia pada hari ke-11 saat Shukla Paksha (bulan mati menuju purnama) pada bulan Margashirsh yang juga merupakan hari Ekadasi. Pada tahun 2009 ini, Gita jayanti akan jatuh pada hari sabtu tanggal 28 November.

Bhagavad Gita disampaikan oleh Krishna kepada Arjuna tepat di tengah-tengah medan perang Kuruksetra (Dharmaksetra). Saat ini, di tempat tersebut disebut sebagai Jyotisar Tirtha dan di sana didirikan monumen dimana Krishna sebagai Parthasarati (supir kereta) dari Arjuna. Di dekat bangunan tersebut terdapat sebuah pohon yang sangat tua yang diyakini sebagai saksi bisu pewahyuan Bhagavad Gita enam ribu tahun silam. Pada saat hari Gita Jayanti biasanya orang-orang bertirtayatra ketempat tersebut dimulai sejak pagi hari. Mereka melakukan arati/pemujaan, pembacaan Bhagavad Gita, shobha yatra dan juga mimbar tentang Gita. Kegiatan ini biasanya baru berakhir pada pagi berikutnya.

Menurut kitab suci Mahabharata, dikisahkan malam sebelum perang berlangsung, Maha Rsi Vyasa datag ke Astinapura menemui Drstaratha untuk memberikan wejangan dan kekuatan magis agar Drstaratha yang buta sejak lahir dapat melihat anak-anaknya pada detik-detik terakhir hidup mereka. Namun Drstaratha menolaknya karena dia tidak sanggup melihat kematian anak-anaknya yang sudah pasti akan terjadi. Karena itulah akhirnya Maha Rsi Vyasa memberikan kemampuan penglihatan batin tersebut kepada Sanjaya, sais yang setia mendampingi Drstaraha selama perang Bharata berlangsung. Dengan anugrah tersebut, sanjaya dapat mengetahui apa saja yang terjadi di medan perang, baik siang maupun malam. Bahkan dia mampu membaca pikiran orang-orang dalam medan perang tersebut.

Jadi dalam perang Bharata ini, terdapat 3 pribadi yang dapat mengetahui jalannya perang secara lengkap, yaitu Sanjaya, Maha Rsi Vyasa dan Krishna, Tuhan yang Maha Esa penyabda Bhagavad Gita. Mungkin muncul pertanyaan, kenapa Maha Rsi Vyasa dapat menganugrahkan kemampuan seperti itu kepada sanjaya dan beliau sendiri dapat menuliskan Mahabharata dan mengkodifikasi Veda secara lengkap? Karena Maha Rsi Vyasa bukanlah manusia atau Rsi biasa, namun beliau adalah Avatara Tuhan sendiri sebagaimana dijelaskan dalam Visnu Purana skanda 3 bab 3, Tattva-sandarbha (16.2), dan juga dalam Bhagavata purana 1.3.21 dan 2.7.36.


Dalam Dharma Yudha (peperangan yang di dasarkan atas Dharma) ini ada beberapa aturan dasar yang harus disepakati oleh kedua belah pihak dan sama sekali tidak boleh di langgar, yaitu; pertarungan hanya diperkenankan secara duel atau satu orang lawan satu, tidak diperkenankan untuk membunuh tentara yang sudah menyerah, tidak diperkenankan menyerang kusir, tentara tanpa senjata dan juga membunuh hewan-hewan. Tentunya peperangan pada jaman sekarang ini tidak seperti ini kan? Karena itulah semua peperangan yang terjadi pada jaman kali ini tidak dapat dikatakan sebagai Dharma yudha.

Menjelang pewahyuan Bhagavad Gita, tentara Pandawa mengambil sisi sebelah barat dan menghadap ke timur yang terletak di dekat sebuah danau. Sementara pasukan korawa yang menggunakan umbul-umbul putih terletak tepat berlawanan dan saling berhadap-hadapan. Masing-masing pasukan meniupkan sankakala dan menabuh genderang sebagai tanda kesiapan mereka untuk berperang.

Pasukan Korawa yang diatur oleh Duryodana terdiri dari 11 Akshauhini, dimana satu Akshauhini angkatan darat terdiri dari 21870 kereta perang, 21870 gajah, 65610 kuda dan 109350 prajurit pejalan kaki. Pasukan-pasukan Korawa ini mengikuti prinsip Danur Veda yang menerapkan teknik Vyuha, atau pembagian pasukan kedalam kesatuan-kesatuan tempur.  Satu Akshauhini pasukan dipimpin langsung oleh kakek Bhisma yang juga sebagai pengendali utama pasukan-pasukan yang lain. Beliau mengendarai kereta perak berbendera berlambangkan matahari terbit berwarna emas dan dengan diarik oleh kuda-kuda putih.  Semua prajurit utama, seperti Ashwatama, Salya, Burishwara dan lain-lain berada di dekat Bhisma.

Pada pertempuran hari pertama ini, satu-satunya prajurit yang menolak untuk ikut bertempur karena adanya perjanjian tertentu sebelumnya adalah Karna, yang sebenarnya adalah kakak tertua para Pandawa.

Yudistira sendiri kebingungan menyaksikan pasukan Korawa yang sangat besar dengan 11 Akshauhini, sementara Pandawa hanya memiliki 7 Akshauhini pasukan. Karena itulah mereka menerapkan strategi perang Vyuha bernama Vajra yang dikatakan merupakan stategi perang faforitnya dewa Indra. Dimana pertahanan difokuskan pada kedua sisinya dan bagian tengah adalah penyerang.

Namun sesat sebelum perang dimulai, disaat Arjuna meminta Krishna membawa keretanya ke area antara kawan dan lawan, dia menyaksikan Bhisma, yaitu kakeknya memimpin pasukan lawan. Arjuna menjadi lemas dan kehilangan semangat bertempur. Pada saat-saat inilah detik-detik pertama Bhagavad gita disabdakan.

Penyabdaan Bhagavad Gita ini merupakan momen yang sangat penting bagi sebagian besar umat Hindu di dunia karena Bhagavad Gita merupakan sabda kesimpulan dan juga ringkasan dari jutaan sloka-sloka Veda. Bahkan Siva dalam kitab Gita Mahatmya juga menyangjung keagungan Bhagavad Gita dengan mengatakan bahwa dengan hanya mengerti dan melaksanakan ajaran Bhagavad Gita  dengan baik, setiap orang sudah pasti dapat mencapai pembebasan.

Bagaimana cara mengerti Bhagavad Gita? Bhagavad Gita harus dipelajari dalam suasana hati Arjuna saat menerima ajaran suci tersebut. Kenapa Arjuna yang dapat menerima ajaran Bhagavad Gita yang dikatakan sebagai pengetahuan yang paling utama ini? Jawabannya terdapat dalam Bhagavad Gita 4.3 dan 13.19, ”bhakto’si me sakha ceti rahasyam hy etad uttamam”, “mad bhakto etad vinaya mad bhava yo papadyate”. Karena Arjuna adalah penyembah dan kawan Krishna yang tidak iri hati. Jadi Bhagavad Gita hanya dapat dimengerti secara tepat jika setidaknya seseorang membaca Bhagavad Gita dengan memposisikan penyabda Bhagavad Gita, yaitu Krishna sebagai Tuhan Yang Maha Esa, tidak memiliki egosime, tidak bersikap spekulatif dan dengan sikap tunduk hati.

Pesan keuniversalan Bhagavad Gita yang mengakibatkannya dapat dibaca oleh setiap orang tanpa pengkotak-kotakan agama, suku atau golongan, namun untuk menghindari sikap spekulatif dan tafsir-tafsir keliru, Sri Krishna dengan tegas mengatakan bahwa untuk mengerti Bhagavad Gita, haruslah dipelajari dan diterima dari Guru kerohanian (Acarya) melalui proses parampara dalam garis perguruan (sampradaya) yang sah sebagaimana tertuang dalam Bhagavad Gita 13.8, 4.2 dan 4.34.

Bhagavad Gita yang tersusun atas 18 bab, menguraikan 5 hal utama, yaitu Isavara (Tuhan), Jivatma (Atman/roh), Kala (Waktu), Karma (hukum sebab-akibat) dan Prakriti (Alam material).

Adapun ringkasan yang disampaikan dalam masing-masing bab adalah sebagai berikut;

Bab 1

Meninjau tentara-tentara di medan perang kuruksetra

Tentara-tentara kedua belah pihak siap siaga untuk bertempur. Arjuna, seorang kesatria yang perkasa, melihat sanak keluarga, guru-guru dan kawan-kawannya dalam tentara-tentara kedua belah pihak siap untuk bertempur dan mengorbankan nyawanya. Arjuna tergugah kenestapaan dan rasa kasih sayang, sehingga kekuatannya menjadi lemah, pikirannya bingung, dan dia tidak dapat bertabah hati untuk bertempur.

Bab 2

Ringkasan isi Bhagavad Gita

Arjuna menyerahkan diri sebagai murid kepada Sri Krishna, kemudian Krishna memulai pelajaran-Nya kepada Arjuna dengan menjelaskan perbedaan pokok antara badan jasmani yang bersifat sementara dan sang roh yang bersifat kekal. Sri Krishna menjelskan proses perpindahan sang roh, sifat pengabdian kepada Tuhan Yang Maha Kuasa tanpa mementingkan diri sendiri dan ciri-ciri orang yang sudah insaf akan dirinya.

Bab 3

Karma-yoga

Semua orang harus melakukan kegiatan di dunia material. Tetapi perbuatan dapat mengikat diri seseorang pada dunia ini atau membebaskan dirinya dari dunia. Seseorang dapat dibebaskan dari hukum karma dan mencapai pengetahuan rohani tentang sang diri dan Yang Maha Kuasa dengan cara bertindak untuk memuaskan Yang Maha Kuasa, tanpa mementingkan diri sendiri.

Bab 4

Pengetahuan Rohani

Pengetahuan rohani tentang sang roh, Tuhan Yang Maha Esa, dan hubungan antara sang roh dengan Tuhan – menyucikan dan membebaskan diri manusia. Pengetahuan seperti itu adalah hasil perbuatan bhakti tanpa mementingkan diri sendiri (karma yoga). Krishna menjelaskan sejarah Bhagavad Gita sejak jaman purbakala, tujuan dan makna Beliau ketika menurun ke dunia material, serta pentingnya mendekati seorang guru kerohanian yang sudah insaf akan dirinya.

Bab 5

Karma-yoga;

Perbuatan dalam Kesadaran akan Krishna

Orang bijaksana yang sudah disucikan oleh api pengetahuan rohani, secara lahiriah melakukan segala kegiatan tetapi melepaskan ikatan terhadap hasil perbuatan dalam hatinya. Dengan cara demikian, orang bijaksana dapat mencapai kedamaian, ketidakterikatan, kesabaran, penglihatan rohani dan kebahagiaan.

Bab 6

Dhyana-yoga

Astangga-yoga, jenis latihan meditasi lahiriah, pengendalian pikiran dan indria-indria dan memusatkan perhatian kepada Paramaman (Roh yang utama yang bersemayam di dalam hati). Puncak latihan ini adalah samadhi. Samadhi berarti kesadaran sepenuhnya kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.

Bab 7

Pengetahuan tentang Yang Mutlak

Sri Krishna adalah Kepribadian Yang Paling Utama, Penyebab yang paling utama dan kekuatan yang memelihara segala sesuatu, baik material maupun rohani. Roh-roh yang sudah maju menyerahkan diri kepada Krishna dalam pengabdian suci bhakti, sedangkan roh yang tidak saleh mengalihkan pikirannya kepada obyek-obyek sesembahan yang lain.

Bab 8

Cara mencapai kepada Yang Maha Kuasa

Seseorang dapat mencapai tempat tingal Krishna, Kepribadian Yang paling Utama, di luar dunia material, dengan cara ingat kepada Sri Krishna dalam bhakti semasa hidupnya, dan khususnya pada saat meninggal.

Bab 9

Pengetahuan yang paling rahasia

Krishna adalah Tuhan Yang Maha Esa dan tujuan tertinggi kegiatan sembahyang. Sang roh mempunyai hubungan yang kekal dengan Krishna melalui pengabdian suci bhakti yang bersifat rohani. Dengan menghidupkan kembali bhakti yang murni, seseorang dapat kembali kepada Sri Krishna di alam rohani.

Bab 10

Kehebatan Tuhan Yang Mutlak

Segala fenomena ajaib yang memperlihatkan kekuatan, keindahan, sifat agung atau mulia, baik di dunia material maupun di dunia rohani, tidak lain dari pada perwujudan sebagian tenaga-tenaga dan kehebatan rohani Tuhan, Sri Krishna. Sebagai sebab utama segala sebab serta sandaran dan hakekat segala sesuatu. Krishna, Tuhan Yang Maha Esa, adalah tujuan sembahyang tertinggi bagi para mahluk.

Bab 11

Bentuk Semesta

Sri Krishna menganugrahkan penglihatan rohani kepada Arjuna. Krishna memperlihatkan bentuk-Nya yang tidak terhingga dan mengagumkan sebagai alam semesta. Dengan cara demikian, Krishna membuktikan secara meyakinkan identitas-Nya sebagai Yang Maha Kuasa. Krishna menjelaskan bahwa bentuk-Nya sendiri yang serba tampan dan dekat dengan bentuk manusia adalah bentuk asli Tuhan Yang Maha Esa. Seseorang dapat melihat bentuk ini hanya dengan bhakti yang murni.

Bab 12

Pengabdian suci bhakti

Bhakti-yoga, pengabdian suci yang murni kepada sri Krishna, adalah cara tertinggi dan paling manjur untuk mencapai cinta bhakti yang murni kepada Krishna, tujuan tertinggi kehidupan rohani. Orang yang menempuh jalan tertinggi ini dapat mengembangkan sifat-sifat suci.

Bab 13

Alam, Kepribadian Yang Menikmati dan Kesadaran

Orang yang mengerti perbedaan antara badan, dengan sang roh dan Roh Yang Utama yang melampaui badan dan roh, akan mencapai pembebasan dari dunia material.

Bab 14

Tiga sifat alam material

Semua roh terkungkung dalam badan di bawah pengendalian tiga sifat alam material; kebaikan, nafsu dan kebodohan. Sri Krishna menjelaskan arti sifat-sifat alam tersebut, bagaimana sifat-sifat itu mempengaruhi diri kita, bagaimana cara melampaui sifat-sifat alam sera cirri-ciri orang yang sudah mencapai keadaan rohani.

Bab 15

Yoga berhubungan dengan Kepribadian Yang Paling Utama

Tujuan utama pengetahuan Veda adalah melepaskan diri dari ikatan terhadap dunia material dan mengerti Sri Krishna sebagai Kepribadian Tuhan Yang Maha Esa. Orang yang mengerti identitas Krishna yang paling utama menyerahkan diri kepada Krishna dan menekuni pengabdian suci kepada Krishna.

Bab 16

Sifat rohani dan sifat jahat

Orang yang mempunyai sifat-sifat jahat dan hidup seska hatinya, tanpa mengikuti peraturan Kitab Suci, dilahirkan dalam kehidupan yang lebih rendah dan diikat lebih lanjut secara material. Tetapi orang yang memiliki sifat-sifat suci dan hidup secara teratur, dengan mematuhi kekuasaan Kitab Suci, berangsur-angsur mencapai kesempurnaan rohani.

Bab 17

Golongan-golongan keyakinan

Ada tiga jenis keyakinan, yang masing-masing berkembang dari salah satu di antara tiga sifat alam. Perbuatan yang dilakukan oleh orang yang keyakinannya bersifat nafsu dan kebodohan hanya membuahkan hasil material yang bersifat sementara, sedangkan perbuatan yang dilakukan dalam sifat kebaikan, menurut Kitab Suci, menyucikan hati dan membawa seseorang sampai tingkat keyakinan murni terhadap Sri Krishna dan bhakti kepada Krishna.

Bab 18

Kesempurnaan pelepasan ikatan

Krishna menjelakan arti pelepasan ikatan dan efek dari sifat-sifat alam terhadap kesadaran dan kegiatan manusia. Krishna menjelaskan keinsafan Brahman, kemuliaan Bhagavad Gita, dan kesimpulan utama Bhagavad gita; jalan kerohanian tertinggi berarti menyerahkan diri sepenuhnya tanpa syarat dalam cinta bhakti kepada sri Krishna. Jalan ini membebaskan seseorang dari segala dosa, membawa dirinya sampai pembebasan sepenuhnya dari kebodohan dan kemungkian ia kembali ke tempat tinggal rohani Krishna yang kekal.

Semoga dengan akan berlangsungnya perayaan Gita jayanti pada tanggal 28 Noverber 2009 ini menjadikan momen yang tepat untuk dapat mengerti dan memperdalam Veda, yaitu dimulai dari membaca dan memahami Bhagavad Gita sesuai dengan petunjuk sastra.

Translate »